1. SOPIR BARU

1.1K 64 20
                                    

  Dear Rakhasya, tak pernah habis cerita yang kutulis di buku yang hampir penuh ini. Tapi, sejauh itu pula aku tak pernah bosan menceritakan pada angin malam bahwa kamulah satu-satunya manusia di dunia ini yang mencintaiku tanpa syarat setelah ayah dan ibuku.

Kamu satu-satunya yang berhasil menjadikan aku wanita yang sempurna. Wanita yang merasakan menjadi seorang ratu tanpa mahkota. Kamu pula satu-satunya yang membuat aku tahu apa itu cinta yang sesungguhnya.

Cintamu mengajariku kuat dalam segala hal, cintamu memberiku tempat yang tak akan pernah kulupakan. Menjadi milikmu, merupakan pengalaman paling indah yang pernah kurasakan, meski ... sejauh langkah kita meniti jalan cinta, tak sedikit luka dan air mata yang kita terima.

Jika nanti kita di ijinkan berjumpa lagi di dunia yang berbeda, aku hanya ingin meminta satu hal. Aku ingin terus menjadi milikmu ... selamanya.

Fatmala Zitrya

***

"Pokoknya Mala nggak mau ada sopir baru." Gadis cantik dengan dress selutut tanpa lengan itu menghempaskan tubuhnya ke sofa empuk ruang tamu rumah besarnya.

"Sayang, ini untuk menjaga kamu." Alisia, mamanya mengusap lembut pucuk kepalanya yang bersandar di sandaran sofa.

"Tapi, Ma. Belum tentu orangnya baik kayak Pak Beni."

"Tapi ini keponakan Pak Beni, Mala. Anaknya sopan, baik, ya ... walaupun agak polos."

"Tahu dari mana Mama sampai sudah bisa mendeskripsikan dia?" Mala, gadis cantik itu memicingkan mata menatap penuh selidik.

"Ya, karena--dia sudah di sini," jawab Alisia.

Mala memutar bola matanya kesal. Ia yakin, pengganti Pak Beni, supir kesayangannya itu pasti sudah ada di paviliun sekarang. Tempat Pak Beni dulu tinggal.

"Mala, papa tidak mau kamu kenapa-kenapa. Fans-fans kamu itu banyak yang bar-bar apalagi yang cowok. Dan papa yakin, Rasya bisa menjagamu dengan baik."

"Pertemuan dengan masa depanmu akan segera dimulai."

Mendengar sang Papa menyebut nama calon sopirnya, Mala tertegun. Ia tiba-tiba teringat akan ucapan seorang peramal di pasar malam beberapa hari lalu saat ia dan teman-temannya menyempatkan refreshing di tengah padatnya jadwal shooting.

"Rasya?" Gumamnya, nama yang terasa tak asing baginya. Tapi sepertinya bukan nama itu.

"Iya, Rakhasya namanya, dia seumuran kamu. Dia ... kalem, baik, patuh, sopan, ya seperti yang Mama kamu bilang. Polos," sahut sang papa santai tapi terselip usaha meyakinkan.

"Namanya akan selalu bersanding dengan namamu."

"Ck." Mala berdecak sebal menepis ingatannya. Bisa-bisanya kedua orang tuanya menggantikan Pak Beni dengan orang yang masih seumuran dengannya. Andai lelaki 60 an itu tidak mengundurkan diri, pasti dia tak akan di ribetkan urusan kecil ini.

"Tapi gimana kalau justru dia yang nggak baik? Laki-laki jaman sekarang itu sama, Papa."

"Jangan nge judge kalau kamu belum tahu orangnya seperti apa, Sayang. Mama suka, dia anak yang baik."

"Kalau suka, kenapa nggak Mama aja yang pakai dia? Kan Mama juga butuh buat antar jemput ke Boutique."

"Ya nggak bisa dong, kan Mama bisa nyetir sendiri," kilah wanita disamping Mala.

DEAR RAKHASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang