4. MIMPI BURUK

611 52 22
                                    

Bersyukurlah dengan apa yang kau punya saat ini. Di luar sana masih banyak yang berjuang untuk bisa menjadi sepertimu.

"Beh, kalau sampai potong gaji. Iso sebulan aku nggak dapat uang." Rakhasya mengeluh saat melihat pakaian pemberian Mala. Dalam hatinya kenapa tadi ia menerima saja semua pemberian gadis itu.

"Iki mahal, kenapa malah foya-foya to, Non-La. Aduh lambe kok susah wong nyebut nama MALA gitu aja. Kok repot."

Ponsel tulalit nya berbunyi, menampilkan nama Pak De Beni di sana.

"Assalamualaikum, Pak De."

'Waalaikumsalam, piye kabarmu, Le? Sudah di Jakarta kan?"

"Alhamdulillah slamet, Pak De. Tadi sama Non Mala terusan di ajak keluar."

'Syukur lek kamu slamet. Terus kamu krasan ndak?"

"Piye nggak krasan, Pak De. Wong ibu sama Non Mala baik poll e."

'Ya wes, alhamdulillah."

Belum lama mereka berbincang, Rakhasya mendengar suara pintu di ketuk dari luar.

"Ya uwes, Pak De. Sepertinya ibu kesini."

Usai memutus panggilan, Rakhasya bergegas membuka pintu.

Belum sempat melihat wajah tamunya, pandangan Rakhasya justru tetutup sebuah buku.

"Aduh, biyung."

"Lo bisa baca kan?" Suara familiar Mala terdengar menyebalkan bagi lelaki tampan itu. Bagaimana tidak, Mala menyodorkan buku tepat di wajahnya.

"Ya Allah, Non. Mbok ya jangan kayak jelangkung. Datang ngga dijemput, nanti pulangnya pasti minta antar."

Mala mencebik. Ia memutar badan menuju undakan kecil paviliun. Mendudukkan diri disana kemudian menelungkupkan wajah.

"Non-La, eh. Mala kenapa?"

Mala berbalik menatap intens pada Rakhasya yang beberapa kali justru menyentuh bagian-bagian wajahnya.

"Ada apa to, La? Ada yang aneh ya? Muka saya kenek opo?"

"Nggak." Singkat, Mala mengalihkan padangannya pada taman luas paviliun. Entah kenapa, bersama Rakhasya ia merasakan kedamaian, merasa dilindungi, dan merasa nyaman. Ini hari pertama kebersamaan mereka, tapi rasanya Mala sudah mengenal lelaki yang kini duduk di sampingnya itu bertahun-tahun.

"Lha kok cemberut? Mukanya asem, untung cantik. Kalau enggak, kabur aku."

"Heh, Lo nggak bisa ya kalau nggak bikin gue darting."

"Ya Allah, darting iki opo maneh to, La? Mbok ya kalau ngomong sama aku tuh yang enak gitu. Nggak usah pakai bahasa jadu."

"Jadu? Apaan?" Mala mengernyit.

"Itu, boneka alien yang di film India." Mendengar jawaban Rakhasya, Mala mencebik.

"Nggak usah terlalu formal sama Gue. Oh ya, sebenernya, Lo kesini disuruh gantiin Pak Beni apa gimana?"

DEAR RAKHASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang