9. DIMARAHI

645 55 39
                                    

Sesederhana pelangi mewarnai langit, sesederhana itu pula aku ingin menghiasi hatimu dengan cinta.

Rakhasya hanya mampu menunduk dalam-dalam menerima kemarahan gadis di sampingnya yang tengah memegang kemudi. Bukan karena tak bisa bicara, melainkan ia sadar jika kecerobohannya terlalu percaya pada pesan dari orang tak dikenal lah yang tak bisa di maafkan. Mungkin.

"Mana HP, Lo." Mala, mengulurkan tangan tanpa berniat menatap pada nya.

Masih dengan kepala tertunduk, Rakhasya mengulurkan ponselnya pada gadis itu. Sungguh hatinya jengkel mendengar Mala memanggilnya dengan sebutan Lo lagi. Tapi apa mau di kata.

Setelah mendapatkan ponsel Rakhasya, Mala meraih tas nya mencari jarum pentul untuk membuka slot simcard. Tak memakan waktu lama, simcard di dalamnya telah berhasil ia keluarkan.

"Kita beli nomor baru, setelahnya cukup orang tertentu aja yang tahu."

Rakhasya dibuat tak berkutik hanya karena Mala lah alasan dia bisa keluar dan terhindar dari dua gadis di club itu. Jika saja Mala tak datang tepat waktu, ia tak tahu lagi akan jadi apa dirinya.

Membayangkan saja Rakhasya sudah bergidik ngeri.

"La." Rakhasya memberanikan diri melirik Mala yang masih stay dengan ekspresi dinginnya.

"Ya Allah, dia pasti marah sekali. Duh, Sya kalau kamu nggak ceroboh nggak akan begini."

Rakhasya hanya mampu bermonolog dalam hati. Mengembuskan napas berat usai tak mendapat jawaban atas panggilannya.

Flashback on

"Loh-loh, Mal. Itu kan mobil Lo." Rienta yang tengah berdiri di pinggir jalan menunggu Mala membeli es coklat memanggil sedikit berteriak tatkala melihat pajero putih milik Mala melewatinya.

"Yang bener, Lo." Mala berbalik menatap Rienta dan mengikuti arah tunjuk gadis itu.

Benar saja, tampak mobilnya dipacu sedikit kencang. Ia yakin, Rakhasya lah pengemudinya. Karena ia tahu kedua orang tuanya sedang pergi.

"Mau ke mana si Rasya?"

"Ikutin, Rien. Gue curiga ada hal yang Gue nggak tahu."

Rienta buru-buru memasuki mobil disusul Mala yang mulai tampak cemas.

"Coba telepon dia, Mal." Saran Rienta.

"Duh! Sial. Hp Gue lowbat." Rienta berdecak, pasalnya ponsel miliknya pun tertinggal di rumah.

"Udah, ikutin aja dan coba klakson."

Beberapa kali Rienta mencoba membunyikan klakson untuk menghentikan Rakhasya, tapi hasilnya tak sesuai harapan. Rupanya lelaki itu memacu mobilnya cukup kencang sehingga tak merasa bahwa bunyi klakson itu untuknya.

Sampai pada akhirnya mereka terkejut bukan main saat Rakhasya justru membelokkan mobil itu ke sebuah club malam yang memang cukup terkenal di wilayah Jakarta.

"Loh kok ke club, Mal?"

"Enggak, ini pasti ada yang nggak beres, Rien. Nggak mungkin Rakha kayak gitu." Mala tak sabar, berusaha turun tapi di hentikan oleh Rienta.

DEAR RAKHASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang