27. KEPALSUAN

497 60 47
                                    

Jika aku bisa melewati ini, satu-satunya orang yang akan aku tuju hanya dirimu.
Tapi jika aku tidak mampu melwatinya
Maka kupastikan hanya kamu pemilikku yang pertama dan terakhir.

Rakhasya Bhumi Ghantara

Pagi ini, acara lamaran Rakhasya berjalan lancar. Bukan, bukan lancar karena semestinya, tapi karena memang telah di susun sedemikian rupa agar lelaki itu tak membuat ulah.

Selama berjalannya acara, Rakhasya hanya diam tanpa menunjukkan reaksi apa pun. Bahkan saat Andri memintanya memakaikan cincin di jari manis Alfi, lelaki itu hanya cukup diam dan menurut.

Pelaksanaan yang di lakukan diam-diam dan hanya di hadiri pihak keluarga itu tentu sudah cukup membuat Alfi bahagia. Bagaimana tidak, lelaki idamannya tak lama lagi akan jatuh ke pelukannya.

Jakarta

"Aarghht! Sialan! Aku yang mati-matian membuat dia pulang kampung, malah di dului gadis kurang ajar itu. Jangan berharap aku akan diam saja Alfi, semenjak kita masih SMA, kita sudah bersaing untuk mendapatkan Rasya. Kamu boleh bahagia sekarang, tapi tidak di hari pernikahanmu nanti. Karena aku akan pulang dan merebut Rasya darimu."

Ilyana, gadis yang telah berusaha mati-matian memfitnah Mala di depan Pak Beni kini tengah uring-uringan usai mendapat kiriman sebuah video pendek dari saingannya, Alfi. Yang seakan ingin mengejek karena merasa telah berhasil mendapatkan Rakhasya.

***

"Mal, jalan yuk." Arienta mengetuk pintu kamar Mala yang dikunci dari dalam.

Arienta datang atas permintaan Alisia yang tak mau putrinya terus terpuruk.

"Maaaal, buka pintunya."

Ceklek

Pintu terbuka, menampilkan Mala yang masih dengan piayama tidur serta mata panda nya. Gadis itu terlihat semakin kurus dari hari ke hari karena susah makan.

"Duh, tuan putri jam segini masih tidur aja."

"Ada apa, Rien?" Mala melangkah menuju ranjang nya di ikuti Arienta. Gadis itu terlihat bermalas-malasan menyambut kedatangan sahabatnya.

"Duh, dengerin Gue dulu napa. Lo udah nggak sayang sama Gue?"

"Lo bisa nggak jangan lebay."

"Bentaran doang. Sini Gue bisikin."

"Duh ngapain sih,"

Arienta menarik Mala agar gadis itu mau duduk, lalu mendekatkan diri untuk membisikkan sesuatu padanya.

Netra Mala berbinar, "Lo nggak bercanda?" Arienta menggeleng cepat.

"Oke, Gue mandi dulu." Mala berjalan menuju kamar mandi. Bukan berjalan, melainkan berlari.

***

"Sya, kamu bahagia nggak sama pertunangan kita?" Alfi melingkarkan tangannya di lengan kekar Rakhasya.

Meskipun samar, lelaki itu tersenyum mengusap lembut pipi Alfi, membuat Alfi semakin bersemangat mengajaknya bicara.

DEAR RAKHASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang