34. INSIDEN

802 77 46
                                    

Apalah arti sebuah luka, selama aku melakukannya untuk memastikan kamu tetap baik-baik saja

Rakhasya Bhumi Ghantara

Segepok uang di dalam amplop coklat diterima pria bermasker hitam. Untuk sesaat pria itu mencium uang yang ada di tangannya sebelum kemudian memasuki mobil dan menginjak pedal gas dalam-dalam saat seorang gadis hendak memasuki mobilnya.

***

"Sayang, kamu sudah sadar?" Mala, dari semalaman menjaga Rakhasya yang menjadi korban tabrak lari saat mereka baru saja pulang dari mengambil cincin pertunangan mereka.

"La, kamu baik-baik saja kan, Sayang?"

Mala menunduk mencium kening Rakhasya dalam-dalam.

"Aku pikir aku sudah kehilangan kamu." Gadis cantik itu mulai menangis.

"Kenapa nangis?" Suara lirih Rakhasya semakin membuat Mala tak bisa menahan laju air matanya.

"Tapi kamu terluka karena aku, Rakha." Isak Mala, gadis itu memilih memeluk Rakhasya yang terbaring di brankar dengan erat.

"Apalah arti sebuah luka, selama aku melakukannya untuk memastikan kamu tetap baik-baik saja."

"Rakha, ini kedua kalinya kamu dalam bahaya karena aku."

"Hei, kamu nggak boleh ngomong begitu. Percuma aku selamat kalau kamu yang terluka, kamu itu nyawaku, Fatmala Zitrya."

Mala bangkit berdiri lalu mengusap lembut rambut Rakhasya.

Flash Back On

"Pa, Ma. Rasya mengakui jika Rasya bukan tipe lelaki yang bisa merangkai kalimat indah. Tapi Rasya yakin, Papa dan Mama mengerti maksud Rasya yang menginginkan putri Papa dan Mama untuk menjadi pendamping Rasya." Rakhasya yang duduk berseberangan dengan Mala dan kedua orang tuanya berucap lembut tapi tegas.

Arienta, Dian, Tyo, Ruri dan juga Kendra masih setia menemani meski malam sudah hampir larut. Mereka ingin menyaksikan moment bahagia sahabat mereka saat ini yang tengah dilamar seorang lelaki yang menjadi pujaan hatinya.

"Papa pasrahkan semuanya pada Mala, Rasya. Dia yang berhak menentukan."

Mala yang sedari tadi memperhatikan Rakhasya dibuat kaget saat Alisia memukul pelan tangannya.

"Tahu kok, Rasya nya ganteng banget malam ini. Nggak usah di tatap begitu juga nggak akan hilang." Godaan wanita ayu itu sukses membuat Mala menunduk malu.

"Ma, tolong jangan digoda. Nanti kalau marah lagi Rasya yang repot, soalnya kan tamunya lagi baru datang."

Mala melotot tak percaya dengan lontaran kalimat Rakhasya. Jelas, semua itu mengundang tawa teman-temannya.

"Aduh, La. Aku salah lagi ya?"

Mala beranjak berdiri lalu bersedekap, "kamu kenapa jadi ikut-ikutan Mama." Entakan kaki Mala membuat tawa yang lain semakin pecah.

"Aduh, bakal susah lagi ini." Rakhasya ikut berdiri, meraih tangan Mala kemudian meminta sesuatu pada Endang.

"La, ini mungkin nggak seberapa, tapi kenangannya nggak terlupakan. Bu De bilang, ini adalah peninggalan ibu satu-satunya. Kalau kamu mau terima aku, kamu pakai ya." Rakhasya mengulurkan sebuah kalung berliontin bulan sabit.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DEAR RAKHASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang