13. KAMU MILIKKU

686 61 39
                                    

Bertahanlah bersamaku, hingga kita bisa menunjukkan pada dunia, bahwa cinta kita tak pernah salah.

"Rasya, ada hal penting yang harus kamu tahu." Panji duduk di depan Rakhasya yang baru datang di kantornya. Lelaki muda itu kini berada dalam ruang pribadi milik Panji.

"Apa itu, Pak?"

"Perihal tujuan utama saya membuat kamu datang kemari."

"Saya harus menjaga Mala kan, Pak?"

"Ya. Tapi ada rahasia besar yang belum saya beritahukan padamu, Nak."

"Tentang?"

"Tentang ayah kandung Fatmala."

Rakhasya terhenyak, ia tak pernah menyangka jika Panji bukanlah ayah kandung Mala. Lalu, siapa sesungguhnya ayah kandung gadis itu.

"Yang perlu kamu lakukan saat ini adalah, memantau Mala. Jika ia terlibat pertemuan dengan orang asing pastikan bahwa orang itu tidak berbahaya baginya."

Panji menceritakan banyak hal tentang masa lalu Alisia dan dirinya juga mantan suami wanita itu. Rakhasya setia mendengarkan tanpa berniat mengajukan pertanyaan.

"Mungkin, dengan cara itu aku akan lebih leluasa menjaga Mala. Ya Allah, maafkan jika caraku ini mungkin salah. Tapi, aku tidak bisa membiarkan dia terluka."

Usai mendengarkan cerita Panji, Rakhasya memutuskan untuk kembali menjemput Mala di lokasi. Ia tak mungkin membiarkan gadis itu berinteraksi dengan orang yang salah. Terlebih, ia seperti memiliki firasat buruk perihal Akbar.

Dari jauh, Rakhasya melihat Mala dan Lianna hendak masuk ke mobil Akbar, buru-buru ia menekan klakson agar Mala menghentikan niatnya.

Usai memarkirkan asal mobilnya, Rakhasya turun dan berlari mendekati Mala. Wajah datar lelaki itu mampu membuat si gadis menelan salivanya, ada rasa takut Rakhasya benar-benar marah.

"Kamu pulang sama aku."

"Enggak! Akbar mau antar aku."

"Aku nggak mau makan gaji buta."

"Itu urusanmu."

"Mala." Wajah dingin dan suara rendah Rakhasya berhasil membuat nyali Mala menciut. Sementara Akbar yang tak terima segera menghampiri Rakhasya lalu menjambak kerah kemejanya.

"Lo nggak denger dia mau balik sama Gue?!"

"Saya sopirnya, dan saya di gaji buat menjaga dia."

"Sopir aja sombong Lo."

"Bukan masalah sombong, tapi ini masalah tanggung jawab. Selain saya sopir yang harus mempertanggung jawabkan pekerjaannya, saya juga laki-laki. Dan laki-laki yang di pegang adalah omongannya, karena saya sudah berjanji untuk menjaga dia pada kedua orang tuanya."

Mala terhenyak, baru kali ini si polos itu bicara panjang lebar tanpa jeda. Dan semuanya, begitu tegas terdengar.

"Lo bukan siapa-siapa!"

"Sama. Anda juga bukan siapa-siapa dan mungkin juga tidak akan pernah menjadi siapa-siapa nya."

Telak, Akbar tak lagi bisa menjawab, di hempaskannya Rakhasya hingga terbentur badan mobil.

DEAR RAKHASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang