"Tidurlah, ini sudah hampir pagi. Aku tidak mau kamu sakit."
Usai menceritakan perihal dirinya, Rakhasya meminta Mala untuk beristirahat. Wajah gadis itu sedikit pucat, mungkin juga di tambah rasa sakit di kakinya.
"Aku di sini saja."
"Tapi, La-"
"Ya udah kalau nggak boleh aku balik aja." Mala hendak turun tapi Rakhasya mencegahnya.
"Enggak, bukan begitu. Ya sudah, kamu tidur di kamar biar aku tidur di sini ya."
Mala mengangguk, suasana hatinya yang tengah kecewa membuat ia malas untuk bertemu orang tuanya.
"Ayo aku antar."
"Rakha-" Mala menghentikan pergerakan Rakhasya dengan meraih tangannya. "Aku di sini saja."
"La, kamu tidur di kamar aja. Nanti badan kamu sakit semua kalau tidur di sini."
Tak menjawab, Mala justru merangsek masuk ke pelukan Rakhasya. Memejamkan netranya dan berharap Rakhasya mengerti maksud yang tak ingin ia sampaikan.
Rakhasya hanya bisa mengembuskan napas berat. Di belai nya rambut panjang Mala sesaat, "tunggu sini, aku cari selimut dulu buat kamu."
Sebetulnya, ia sendiri juga sudah mengantuk. Tapi meninggalkan gadis itu sendirian adalah hal yang tak mungkin ia lakukan.
"Rakha, please temani aku." Mala memohon pada Rakhasya yang tengah menyelimuti dirinya.
"Hmm, tidurlah." Rakhasya memposisikan dirinya duduk di ujung sofa, lalu membiarkan Mala merebahkan diri di pangkuannya. Sungguh manis.
***
"Bagaimana, Sya?"
"Dia sudah tidur, Bu, Pak." Rakhasya duduk di hadapan Panji dan Alisia yang sedari tadi menunggu di depan paviliun diam-diam.
"Sya, tidak ada yang bisa kami ucapkan selain terima kasih. Kami tidak menyangka jika dia akan tahu di saat yang tidak tepat seperti ini. Beruntung ada kami, jika tidak. Dia pasti akan lari entah ke mana." Alisia menangis di hadapan Rakhasya yang menatapnya iba.
"Sebenarnya bukan maksud kami menyembunyikan perihal kebenaran ini padanya, Sya. Tapi ... Kami cuma tidak mau dia memaksa mencari lelaki itu jika dia tahu kalau dirinya bukanlah putri kandung saya." Panji berdiri menuju teralis teras.
"Ayahnya adalah orang yang jahat, Sya. Dulu, ibu sering di pukuli hanya karema rasa cemburu. Bahkan lelaki itu meminta ibu untuk menggugurkan kandungan ibu." Alisia melanjutkan cerita.
Rakhasya menghela napas berat, ternyata keluarga majikannya ini begitu rumit.
"Ibu di usir dari rumah, saat itu hujan turun dan ibu terserempet mobil, beruntung ada Mas Panji yang menolong, jika tidak. Mungkin ibu sudah meninggal bersama Mala, gara-gara kecemburuan lelaki arogan itu."
"Sya, saya minta tolong kamu jaga Mala. Kami merasa hanya kamu satu-satunya yang bisa memahami dirinya selain kami. Dan saat ini, hanya kamulah yang bisa mengendalikan dirinya," imbuh Panji.
"Semampu saya, saya akan lakukan, Pak." Janji Rakhasya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR RAKHASYA
RomanceKatakan padaku bagaimana caranya meraihmu di posisi terendahku saat ini. katakan padaku bagaimana cara menunjukkan pada dunia bahwa aku ingin memilikimu meski aku tahu aku tak sebanding denganmu. Rakhasya Bhumi Ghantara Bukan aku yang memilihmu, tap...