10. MALA MARAH

606 57 22
                                    

Bukankah cinta tak pernah menuntut kesempurnaan? Karena cinta yang sesungguhnya adalah dia yang bisa menerima kurangmu dan membanggakan lebihmu tanpa kamu memintanya

Fatmala Zitrya

Panji dan Alisia sedikit kecewa karena tiba-tiba Mala mendapat callingan siang ini. Alhasil, usaha mereka mencari waktu senggang Mala harus kembali gagal karena putrinya itu mendadak harus pergi menuju lokasi shooting.

"Kaki kamu beneran sudah sembuh, Sayang?" Kentara gurat khawatir di wajah Alisia.

"Tenang, Mama. Aku strong," kekeh Mala.

"Lagian kan ada Rasya yang jagain, Ma. Jangan posesif."

"Tapi, Pa-"

"Udah ah, Mama kayak nggak tahu aku aja sih, yang penting Mama doain Mala biar ke mana pun Mala pergi. Mala selamat." Hibur Mala.

"Peluk dulu kenapa?" Mala terkekeh melihat ibunya yang tak biasanya manja.

"Non, Mas Rasya sudah menunggu di depan." Mbak Ira mendekat mengambil alih tas Mala.

"Ya sudah, aku berangkat ya, Ma, Pa. Maaf jadi gagal makan bareng nya."

"Iya, Sayang. Kamu hati-hati." Pesan Panji.

Mala melenggang keluar menyusul Mbak Ira yang berjalan lebih dulu.

***

"Rakha, sepertinya kita pulang subuh nanti." Mala membuka suara.

"Tugas aku jagain kamu, mau pulang besok juga ayo."

Mala tersenyum menanggapi, "terima kasih, ya. Aku nggak tahu kalau aku dapat so--pir selain kamu."Mala sedikit melirihkan kata sopir.

"La, nggak usah sungkan. Lagi pula nggak salah kok. Aku kan memang sopir kamu."

Mala sedikit tak enak hati karena beberapa hari lalu mereka baru saja saling mengungkapkan rasa.

"Rakha."

"Hmm?"

"Waktu itu ... kamu nggak lagi bercanda kan?"

"Yang mana to, La?"

"Soal ... kamu cin-ta."

"Sebetulnya, aku tidak pernah bercanda untuk urusan hati dan perasaan. Tapi, kalau memang aku di haruskan mundur, ya aku nggak boleh egois."

"Maksud kamu apa?" Mala mengernyit tak mengerti.

"Hati kamu sudah buat orang lain kan?"

"Buat orang lain bagaimana? Kamu nggak percaya sama aku?"

"Bukan, tapi aku merasa tidak pantas buat kamu, La."

"Kamu jangan mengalihkan topik, Rakha. Aku nggak suka."

Rakha menepikan mobilnya bermaksud menyudahi obrolan mereka. Ia khawatir kehilangan konsentrasi.

"La, kamu artis, aku sopir. Kamu terpandang, aku tidak punya apa-apa. Aku cinta sama kamu tapi aku nggak mau merusak reputasi kamu."

"Aku nggak nyangka kamu punya pikiran picik, Rakha."

"Cinta tidak harus memiliki, La."

DEAR RAKHASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang