28. TERLALU PERCAYA DIRI

558 72 88
                                    

Endang membuka pintu rumahnya tergesa saat mendapat ketukan lebih dari 3x. Wanita baya itu mengira Rakhasya telah pulang.

"Aduh, Sya. Mbok ya ka--mu-" Endang tertegun melihat seorang gadis cantik dengan dress selututnya tengah berdiri di teras.

"Mbak iki sopo?"

Gadis itu tersenyum, menjabat tangan Endang lalu menciumnya.

"Non Mala." Pak Beni yang baru saja datang, terkejut melihat kedatangan Mala.

"Ya Allah, Non datang ke kampung bapak?"

Endang cengo, "Pak, iki widodari teko ngendi?"

"Hust! Ini Non Mala."

Endang yang baru saja melihat Mala dibuat takjub dengan kecantikan gadis itu.

Dress hitam selutut, di padu dengan kemeja putih yang lengannya dilipas sebatas siku. Rambut tergerai bebas serta sepatu sneakers putih yang membuat penampilannya semakin terlihat menawan.

"Non, silakan masuk, Non."

"Terima kasih, Pak." Mala mengikuti Pak Beni yang masuk rumah lebih dulu, sementara Endang berjalan masuk menyusul di belakang Mala.

"Ya Allah, wangi tenan cah ayu iki." Gumam nya dalam hati.

Mala tersenyum melihat foto-foto Rakhasya yang terpampang di lemari bufet serta tergantung bebas di dinding.

"Bu, Rasya ke mana?"

"Rasya pergi, Pak." Endang menjawab setengah berteriak.

"Biarkan saja, Pak."

Mala menunggu Endang untuk berbicara. Gadis itu akan menjelaskan maksud dan tujuannya meski singkat. Dan berharap, Pak Beni dan istrinya memahami apa yang menjadi kemauannya.

"Saya mohon sama Bapak, rahasiakan kedatangan saya." Pak Beni mengerti maksud yang disampaikan Mala. Bahkan gadis itu membatasi waktunya di sana hanya 15 menit. Setelahnya, ia akan segera pergi karena takut akan bertemu Rakhasya.

***

Jam menunjukkan angka 22.15, Rakhasya yang baru pulang dari rumah Alinda menghentikan langkahnya tepat di depan pintu.

"Ada apa, Le? Kenapa berdiri di situ?" Endang yang baru saja membereskan gelas bekas Mala segera menghampiri Rakhasya.

"Bu De, habis ada tamu ya?"

"Hah? Ndak, ndak ada siapa-siapa."

"Tapi, kenapa aku seperti kenal aroma parfum ini?" batinnya. Rakhasya memilih mengeksplore ruangan, mencoba mencari jika saja ada jejak yang tertinggal.

"Sya, kamu dari siang belum makan, Le. Kamu ndak makan dulu mau tidur?"

"Ndak, Bu De. Tadi di ajak makan di rumah Pak Surya."

"Memangnya ada perlu apa?"

"Itu, saudara nya yang dari Mojokerto katanya mau datang. Sya dimintai tolong benahi lampu di kamar penginapannya. Karena Pak Surya ke kota."

"Hoalah, memangnya nggak ada orang lain?"

"Ndak ada Bu De, wong tadi aku kerjain sendiri. Alinda juga malah kabur."

"Ya wes, turu wae kono. Kamu kurang tidur dari kemarin. Ini, minum dulu." Endang kembali menyodorkan air putih sisa dari Kyai Annas.

DEAR RAKHASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang