42. CEMBURU?

568 70 40
                                    

"Sayang. Mau ini nggak?" Rakhasya menunjuk makanannya, menatap Mala yang menyangga dagu dengan tangan tanpa menoleh sedikit pun padanya. Mereka tengah makan malam berdua di taman rumah saat ini.

"Kok diam sih? Kenapa?" Rakhasya mengernyit heran. Sejak tadi, gadis itu mengabaikannya.

"Makan aja tuh sana, sama cewek-cewek kamu itu." Mala beranjak berdiri

"Ya Allah, cewek yang mana, Sayang. Nggak ada."

"Sok amnesia? Yang tadi di supermarket siapa?"

"Ya Allah, masih aja di bahas. Aku kan sudah bilang nggak kenal mereka."

"Bohong. Semua laki-laki sama aja ternyata."

"Astaga, Sayang. Kok kamu ngomong gitu? Aku beneran nggak kenal."

"Tapi mereka asyik banget peluk-peluk kamu."

"Ya aku nggak tahu, kan tadi juga udah aku lepasin pelukannya. Aku nggak kenal."

"Tahu ah, gelap." Mala berjalan cepat hendak masuk rumah.

"Eeh, tunggu dulu. Kita ngomong dulu." Rakhasya menarik Mala dan menggendong gadis itu ala karung beras.

"Rakha, lepasin!" Mala memukul punggung Rakhasya beberapa kali melampiaskan kekesalan.

"Nggak, sebelum kamu mau ngomong sama aku."

"Ada apa sih, kok pada ribut-ribut." Alisia yang baru saja turun dari mobil heran melihat Rakhasya menggendong seperti karung beras. Ia dan Panji baru pulang dari kondangan.

"Mama tolongin." Mala terus meronta.

Bukannya menolong, Panji dan Alisia justru tertawa lepas melihat Rakhasya yang tersenyum polos, "calon istri lagi cemburu, Ma, Pa. Dari tadi di ajak ngomong nggak mau."

"Ya sudah, kalian selesaikan masalah kalian." Panji menggandeng Alisia masuk rumah seraya geleng-geleng kepala atas kelakuan putri dan calon menantunya.

"Mamaa! Papaa!!." Mala geram karena kedua orang tuanya malah berpihak pada Rakhasya.

"Rakha lepasin!" Rakhasya menangkap kedua tangan Mala yang hendak memukulnya.

"Sudah, hentikan. Calon istri, calon ibu nya anak-anak aku. Kamu mau nya apa, Sayang?" Rakhasya berlutut di depan Mala yang baru saja ia dudukkan di kursi taman.

"Nggak usah ngegombal." Mala menepis tangan Rakhasya.

"Kamu minta aku ganti baju udah, minta aku mandi udah abis di peluk-peluk orang. Ini masih aja ngambeg."

"Abisnya kamu malah kesenengan gitu di peluk-peluk, Om Bima nawarin kamu ikut casting aja belom di lakoni udah punya fans gak jelas kayak gitu. Nanti jadi artis beneran kamu lupa sama aku pasti."

"Ya Allah, mana ada. Aku aja cinta nya cuma sama kamu."

"Bulshitt!"

"La, jangan pakai bahasa yang aku nggak ngerti." Rakhasya frustrasi.

"Udah, aku males sama kamu."

"Sayang, dengar. Siapa pun itu yang mencoba merayuku, aku nggak peduli. Cuma kamu yang ada di hati aku." (heleh, bucin 😌)

"Bener?"

"Pernah aku bohong?" Mala menggeleng pelan.

"Sudah ya, kamu dari tadi siang belum makan, sekarang makan dulu. Karena sebentar lagi aku harus pulang."

Mala sedikit mengangkat wajahnya yang semula menunduk, "besok aku ada pemotretan di Management."

"Iya, aku ingat. Besok pagi aku ke sini buat jemput kamu." Rakhasya mengusap lembut pipi Mala.

DEAR RAKHASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang