19. PERTIMBANGAN

503 49 54
                                    

Pagi menjelang

Rakhasya yang tertidur di sofa teras terbangun mendengar deru mobil Mala memasuki pekarangan. Lelaki itu beranjak menyambut sang kekasih walau pun terlihat memasang wajah datar.

"La, kamu pulang? Kamu mau kasih kesempatan bapak sama ibu bicara kan?"

"Kamu ada di pihak aku atau papa sama mama?" Datar, Mala mengajukan pertanyaan dengan wajah tetap tanpa ekspresi.

"La, itu pilihan sulit buat aku. Bapak sama ibu juga perlu di dengarkan, dan aku nggak mau kamu kenapa-kenapa."

"Aku kenapa, Rakha? Aku bersama ayah kandungku sendiri kamu bilang takut aku kenapa-kenapa."

"La, aku yang sudah dengar semuanya dari bapak dan ibu."

"Ya, karena kamu anak emasnya. Bahkan sampai aku sendiri aja nggak dikasih tahu."

"Karena kamu nggak kasih mereka kesempatan, La."

"Kesempatan? Kamu tahu semalam aku mau kasih kesempatan. Tapi apa yang aku dapat? Papa ngehajar ayah habis-habisan."

"Bapak punya alasan lakuin itu, La."

"Alasan apa lagi, Rakha? Alasan takut aku dalam bahaya, iya? Takut ayah manfaatin aku, iya? Nggak masuk akal." Mala melenggang pergi meninggalkan Rakhasya seorang diri.

Flash back on

"Yusman, mau apa kau kemari?!" Alisia yang menemui Yusman di teras rumah langsung emosi melihat senyum mengejek mantan suaminya itu.

"Bagaimana Alisia? Sudah merasakan bagaimana di benci anak kandung sendiri?"

"Kau benar-benar keterlaluan, Yusman. Apa yang sudah kau lakukan untuk meracuni putriku."

"Mudah saja, aku hanya memutar sedikit fakta yang ada. Hahahaha." Tawa Yusman menggema.

Cukup lama Alisia berdebat dengan Yusman, bahkan lelaki itu melayangkan tamparan pada Alisia yang terus melawannya.Panji yang baru saja sampai melihat bagaimana Yusman mencengkeram erat bahu istrinya itu serta melihat pipi Alisia yang memerah segera menarik Yusman menjauh.

"Ooh, perebut istri orang rupanya."

"Tutup mulutmu, Yusman. Kau sudah membuang Alisia dan juga Mala yang saat itu masih ada dalam kandungan!"

"Itu dulu, Panji. Mereka memang tidak berguna bagiku. Tapi sekarang, Fatmala akan sangat berguna untukku membuat pundi-pundi kekayaan."

Panji menggeleng tak percaya, bagaimana bisa ada seorang ayah yang pikirannya sejahat lelaki yang ada di hadapannya kini.

"Kau keterlaluan, Yusman. Tak akan kubiarkan putriku jatuh ke tanganmu."

"Hei, dia putriku, Panji. Kau mandul." Tawa Yusman kembali menggema. Tak sabar dengan ejekan dan niat jahat Yusman pada putrinya. Panji pun mengambil ancang-ancang lalu menendang perut Yusman. Menghanjar lelaki itu habis-habisan. Tapi sialnya, waktu seakan berpihak pada lelaki licik itu. Mala datang tanpa ia sangka lalu melihat semua kejadian yang memang seharusnya terjadi itu.

Flash back off

"Andai kamu mau dengar sedikit saja, La. Apa aku harus berkorban? Agar bisa membuat kamu mau mendengarkan apa yang orang tua kamu katakan."

Rakhasya melangkah gontai menuju paviliun. Semalaman ia menunggu Mala pulang, tapi rupanya kemarahan gadis itu benar-benar tak bisa di hindari lagi. Kesalah pahaman, serta sifat keras kepalanya yang tak ingin mendengar lah yang membuatnya seperti itu.

DEAR RAKHASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang