25. MIMPI BURUK

655 69 54
                                    

Takdir kembali tak berpihak padaku saat itu, Sayang. Aku dituntut berjuang sekali lagi untuk mempertahankan kamu. Aku merasa duniaku saat itu seperti ruangan tanpa lampu. Karena kekuatanku yang bertumpu padamu di renggut paksa tanpa meminta persetujuanku, dan itu adalah mimpi terburukku saat itu.

Fatmala Zitrya

"Ya Allah, Mala!" Arienta yang baru datang dan masuk ke ruang rawat Rakhasya terkejut bukan main melihat Mala tergeletak tak sadaekan diri.

"Om, Om Panji, Tante Lisia, tolong Mala." Teriak nya memanggil kedua orang tua Mala.

Rakhasya berusaha bangkit untuk mendekati Mala tapi gagal. Kondisi nya yang masih belum memungkinkan hanya membuatnya menatap khawatir dari kejauhan.

"Ya Allah, Nak." Panji segera mengangkat Mala menuju sofa panjang di ruangan itu. Dan Alisia memanggil Dokter melalui bel untuk segera menangani Mala.

Arienta yang melihat Rakhasya berusaha untuk bangkit segera mendekatinya, "Sya, kamu tenang di sini aja. Kondisi kami baru pulih, kita tunggu Dokter aja, Mala pasti aman."

Sebelum Dokter datang, Panji terus berusaha menyadarkan putrinya itu semampunya.

"Nak, sadar, Sayang. Kamu kenapa?" Panji terus mengguncang tubuh Mala.

Pintu berderit terbuka, menampakkan Dokter yang merawat Rakhasya datang bersama seorang Suster.

"Dokter, tolong putri saya."

Menunggu Dokter memeriksa Mala, Arienta berlari ke kantin guna membeli teh manis hangat untuk sahabatnya itu.

Tak lama, Mala membuka netranya perlahan. Melihat sekeliling kemudian berusaha untuk duduk.

"Sebaiknya Nona istirahat." Saran Dokter.

"Dokter, kenapa dengan putri saya?" Alisia merangkul Mala dan menyandarkan kepala putrinya itu di bahu.

"Tekanan darahnya rendah, dan sepertinya asam lambung nya juga naik. Apakah Nona kurang mendapat asupan makanan?"

"Beberapa hari ini memang dia jarang sekali makan, Dokter. Dan kurang tidur juga," jawab Alisia.

"Usahakan makan teratur, dan juga tidur yang cukup. Saya akan berikan resep obat dan juga vitamin, mohon segera di tebus agar asam lambung nya tidak semakin parah."

"Terima kasih, Dokter." Panji bangkit berdiri menjajari Dokter yang memeriksa Mala.

"Lekas sehat, Nona. Jangan di forsir lagi ya tenaga nya. Kasihan nanti kalau Nona sakit, siapa yang akan memberi semangat calon suaminya."

Mala tersenyum tipis melirik pada Rakhasya yang sepertinya kekhawatiran lelaki itu juga belum usai. Pipinya terasa memanas mendengar godaan sang Dokter.

Arienta datang dengan teh manis serta sebuah sterofoam makanan di tangannya.

"Mal, Lo makan dulu ya. Tadi pagi Lo baru makan sedikit udah kabur aja."

"Thank's ya, Rien."

"Sama-sama. Lo itu harus sehat, kalau Lo sakit Rasya juga pasti nggak sembuh-sembuh."

DEAR RAKHASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang