24. MENARUH HARAP

732 68 52
                                    

Kau pernah bilang, bahwa kita tak boleh berhenti menaruh harap pada sang pencipta. Tapi, kenapa kau justru mematahkan harapanku untuk tetap bersamamu.

Fatmala Zitrya

Hari telah berganti. Dan ini adalah hari ketiga semenjak Rakhasya di nyatakan koma. Usai di hari pertama mengalami kejang, hingga saat ini lelaki itu tetap setia memejamkan matanya, ditambah lagi tak memberikan respons apa pun.

01.30 dini hari

"Rakha, aku jahat banget ya sama kamu? Sampai kamu hukum aku dengan ketakutan seperti ini. Kumohon bangun, Sayang. Aku nggak bisa tanpa kamu."

Meskipun netranya sudah terasa panas dan seperti enggan mengeluarkan air, tapi tak ada pelampiasan lagi kecuali menangis. Bahkan makan pun ia harus di paksa, dan bahkan untuk tidur, ia hanya seperti tidur ayam.

Seusai dibuat panik dengan kondisi Rakhasya yang tiba-tiba kolaps 2 hari lalu, ia seperti takut untuk sekedar meninggalkannya. ia tak bisa membayangkan jika lelaki itu benar-benar tak bisa bertahan, dan itu terjadi saat ia tak berada di sisinya.

Alisia dan Panji memutuskan bergiliran dengan Arienta untuk menemani Mala di rumah sakit.

"Tolong, Rakha. Aku tak akan pernah memaafkan diriku sendiri jika terjadi sesuatu denganmu, Sayang. Please, bangun ya."

Seorang Suster menghampirinya, "Nona, sebaiknya Nona istirahat dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang Suster menghampirinya, "Nona, sebaiknya Nona istirahat dulu. Nona semakin pucat, biarkan Tuan Rasya kami yang jaga."

Mala yang tengah menelungkupkan wajahnya di tangan Rakhasya mendongak sesaat lalu tersenyum getir. "Terima kasih, Suster. Tapi saya tidak mau melewatkan sedetik pun waktu saya bersamanya." Tangannya terulur mengusap pipi Rakhasya dengan ibu jari.

Si Suster menghela napas berat, sebagai seorang perawat, bukan satu atau dua kali ia melihat hal seperti ini. Tapi baru Mala lah yang membuat hatinya trenyuh.

"Kasihan sekali dia ya Allah, tolong sembuhkan laki-laki ini, sepertinya dia begitu berharga untuknya."

Merasa Mala tak akan mendengar sarannya, ia kembali ke meja kerjanya. Mengambil sebuah mukenah lalu kembali pada Mala yang masih setia menggenggam tangan Rakhasya.

"Sholatlah, Nona. Mintalah hajatmu di kabulkan oleh Allah SWT. In Syaa Allah, Allah pasti mendengar doa-doa hamba-Nya. Dan jangan pernah berhenti menaruh harap."

Mala tersenyum kecil, "saya sudah pasrahkan semua pada-Nya. Tapi Dia tidak mendengar."

Suster itu menggeleng, "mintalah sekali lagi dan terus mencobalah tanpa henti. Sesungguhnya, Allah tahu kapan waktu yang tepat mengabulkan permintaan hamba-Nya."

Mala tertegun, ia ingat ucapan Rakhasya beberapa waktu lalu sebelum huru-hara menimpa.

"La, coba deh kamu ingat-ingat. Pernah nggak kamu minta sesuatu pada papa dan mama kamu tapi tidak di turuti?"

DEAR RAKHASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang