29. TAK AKAN KUBIARKAN

670 75 49
                                    

Brakk!!

Pak Andri menggebrak meja ruang tamu rumahnya. Emosinya meledak mendengar aduan Alfi perihal Rakhasya yang di anggap selingkuh dengan orang kota. Padahal ia baru saja sampai dari Blitar.

"Kowe iku anak e ayah, kok malah diam saja." Di seretnya Alfi keluar, menghidupkan mesin motor lalu berangkat ke rumah Pak Beni. Membawa serta putrinya yang masih tak berhenti menangis.

"Beni, keluar kowe!" teriaknya.

Hari masih terlalu pagi, beruntung rumah Pak Beni berjarak lumayan jauh dari para tetangga, jadi teriakan Pak Andri tak mengganggu mereka.

"Lihat, Yah. Sepatu gadis itu ada di sini, dia pasti tidur di sini." Alfi merengek.

Pak Beni membuka pintu, "ada apa, Pak. Pagi-pagi jangan teriak-teriak."

"Mana keponakanmu yang kurang ajar itu. Dia sudah bertunangan dengan anakku kenapa malah membawa gadis lain masuk rumahmu. Lalu kau malah mendukung tindakan tak bermoral itu!"

"Maaf, Pak. Untuk urusan perasaan, kami tidak bisa melibatkan diri terlalu dalam."

"Halah! Banyak omong. Cepat bawa sini ponakanmu itu. Biar kuhajar dia."

Pak Andri tak sabar, ia menerobos masuk bersama Alfi, Pak Beni dan Endang hanya bisa pasrah dan mengekori di belakang mereka.

Brakk!!

Semua mata membulat sempurna melihat pemandangan di depan mereka saat pintu kamar Rakhasya dibuka lebar oleh Pak Andri.

Bahkan bukan hanya Pak Andri dan Alfi, Endang dan Pak Beni pun turut terperangah melihat Rakhasya dan Mala tidur di dalam selimut yang sama dengan posisi Mala berada di pelukan Rakhasya.

Alfi menangis, "Ayah, Rasya." Gadis itu berlari pergi disusul Pak Andri. Menyisakan Endang dan Pak Beni yang masih mematung tak percaya.

"Pak, sebaiknya Bapak susul mereka. Biar Rasya dan Mala ibu yang urus." Endang mendorong Pak Beni pergi.

Mendengar keributan di depan kamarnya, Rakhasya perlahan membuka mata.

Belum sempurna kesadarannya terkumpul, Rakhasya terkejut melihat Mala berada di pelukannya. Mala pun sama, berusaha membuka mata menyesuaikan dengan sumber cahaya yang berasal dari jendela yang dibuka Endang.

"La." Rakhasya mengerjapkan matanya, memijit pangkal hidungnya beberapa saat mencoba mengingat apa yang sudah mereka lakukan.

"Rakha, kita-" Mala menarik selimut menutupi dirinya.

"La, apa yang sudah aku lakukan padamu?"

Mala menangis, sementara Endang hanya tersenyum tipis tanpa sepengetahuan Rakhasya.

"Cepat pakai baju kalian, Bu De tunggu di luar," ucapnya pelan. Endang melenggang pergi, menutup pintu kamar setelah sebelumnya mengintip keluar.

"La, maafin aku." Rakhasya menarik Mala ke pelukannya.

"Rakha, kenapa kamu-"

"Iya maaf, Sayang. Aku--aku nggak tahu apa yang terjadi sama aku."

"Tapi kita-"

"Udah, kamu tenang ya. Aku pasti akan bertanggung jawab. Maafin aku ya, aku sudah merusak kamu."

Mala tergugu memeluk erat Rakhasya.

"Sekarang, pakai baju kamu ya. Aku tunggu di luar." Mala mengangguk pasrah. Rakhasya meraih kemeja nya, memakai nya buru-buru lalu mengusap lembut pipi Mala yang basah sebelum keluar.

***

Rakhasya menggandeng tangan Mala keluar menuju ruang tamu. Pegangan mereka begitu erat, bahkan melihat itu Alfi semakin menangis.

DEAR RAKHASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang