Entah sudah ke berapa kali nya Mala mencoba gaun pilihan Arienta yang akan ia pakai di pesta pertunangannya dengan Rakhasya. Bahkan lelaki polos itu kini tengah menunggu di sofa panjang ruang khususnya sembari rebahan.
Rakhasya memang telah berangsur sembuh dari cidera nya, tapi ia masih belum di sarankan untuk beraktifitas berat, atau bahkan berdiri terlalu lama.
"Sayang, yang ini gimana?" Mala meminta pendapat Rakhasya.
Lelaki itu bangkit berdiri, mendekati Mala lalu meraih kedua tangannya.
"Kamu itu kenapa bingung terus dari tadi, kurang ini, kurang itu, harus begini harus begitu. Kamu nggak sadar? Kamu itu mau pakai apa pun tetap cantik."
Blush
Mala meraba pipinya yang memanas hasil pujian Rakhasya yang terang-terangan.
"Heh bocil, mentang-mentang mau tunangan pada songong di depan orang tua."
"Lah, Lo tua, Rien?" Mala menaikkan sebelah alisnya menatap Arienta yang bersedekap kesal.
"Berisik, Lo."
"Ya ufah sih simple aja, Lo gabung aja sama kami berdua. Kita tunangan bareng, Gue sama Rakha, Lo sama Ridho." Rakhasya menyentil kening Mala gemas.
"Kamu tuh ya, sukanya godain Mbak Rienta terus."
"Bini kamu tuh, Sya. Hobby banget nistain aku di depan kamu."
"Tapi ngomong-ngomong ada benarnya sih, Mbak. Pasti ramai nanti kalau kita tunangan bareng."
"Hiihh! Ternyata sama aja. Kamu udah ketularan sangklek nya Mala." Arienta mengentakkan kaki kemudian ngeloyor pergi.
Giliran Mala menyentil hidung Rakhasya, "kamu tuh ya." Rakhasya terkekeh geli.
"Katanya kalau jodoh itu se request--ah, apa ya? Lupa." Rakhasya menggaruk kepalanya.
"Sefrekuensi." Mala membenarkan kalimat Rakhasya.
"Naah, itu."
"Halah, sok-sok an kamu."
"Hehehe, belajar dikit, Yank."
"Dih." Mala mencubit pelan pinggang Rakhasya yang memanyunkan bibirnya.
***
"Aku tidak mau gagal untuk kali ini. Pertunangan mereka harus batal."
Doni menadahkan kedua tangannya, berdoa dan memohon untuk seseorang yang begitu dicintainya, Ilyana.
"Tuhan, lindungi dia dan jangan buat dia dalam kesulitan. Jika dia bersalah, tegurlah untuk kembali pada kebenaran. Dan jika dia benar, peliharalah hatinya untuk selalu menjadi seorang perempuan yang lemah lembut dan tidak memiliki niat jahat pada orang lain."
"Saudara Doni. Ada yang ingin bertemu dengan anda." Panggilan penjaga tahanan menghentikan Doni yang tengah berdoa.
Doni menoleh perlahan, "siapa, Pak?"
"Saudara anda."
Mendengar kata saudara, Doni ambigu. Karena sejauh ini, ia hanya seorang yatim piatu yang tak dihiraukan keluarga, baik dari pihak sang ayah ataupun sang ibu.
***
"Ma, sudah pas kan?" Mala mematut diri di depan cermin. Sesekali memutar tubuhnya, mengagumi dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR RAKHASYA
RomanceKatakan padaku bagaimana caranya meraihmu di posisi terendahku saat ini. katakan padaku bagaimana cara menunjukkan pada dunia bahwa aku ingin memilikimu meski aku tahu aku tak sebanding denganmu. Rakhasya Bhumi Ghantara Bukan aku yang memilihmu, tap...