Setelah mengatur napas cukup panjang, aku berhenti sejenak di bawah pohon yang tidak terlalu tinggi.
"Apa tidak ada jalan pintas?" lelah Lucas tidak mau jikalau harus diajak hal-hal gila lagi.
Mengingat dia sudah trauma dengan motor dan balok kayu.
"Tidak ada"
geleng Gibran pelan.Lucas menghela napas pendekp dan segera menatap Gio yang tengah duduk, sibuk main beberapa kerikil.
"Gibran, apa hutan ini masih panjang?"
penasaran Lucas."Tentu saja"
"Ayo kita lanjut jalan"
sela ku, berjalan mendahului."Kak lihat!" Gio menarik-narik tanganku sembari menunjuk keatas.
Aku menoleh keatas diikuti oleh yang lain, dimana kami dibuat takjub dengan sebuah pelangi yang menghiasi langit.
"Woah! pelangi... tepat diatas kita"
Lucas berdecak kagum."Pelangi!?" Gio menatap Lucas dengan tatapan senang.
"Iya Gio, itu namanya pelangi" jelas Lucas karena dia tau kalau Gio tidak pernah melihat pelangi.
"Pelangi ya!"
tukasnya."Shh... Gio"
potongku agar dia tidak berisik.Drap!
Drap!
Nathan tiba-tiba saja berlari lebih dulu, mengecek jalan depan yang dimana terdapat sebuah jembatan kayu.
"Hati-hati"
arah Nathan perlahan.Kami harus berjalan pelan-pelan karena setiap papan kayu yang kami injak, justru membuat beberapa retakan mulai terdengar.
Wush!...
Angin bertiup kencang, ketika secara tiba-tiba papan yang Gio injak justru patah.
Krak!
BRAK!
"AKH!!" jerit Gio panik, untung saja dia sigap mencengkram papan kayu didepannya.
Grep!
"Gio!" aku dengan cepat meraih tangannya dibantu oleh Nathan yang mengangkat tubuh Gio dari belakang.
"Apa kau terluka?" cemas ku setelah berhasil membawanya naik.
"Tidak"
gelengnya cepat.Mendapati dia tidak terluka, aku kembali berdiri.
Krak!
"Eh?".
Aku menoleh kebelakang.KRAK!
BRAK!
Tetapi, yang awalnya hanya satu papan saja yang retak, kini justru diikuti oleh semua papan kayu lain.
Menjatuhkan kami langsung ke bawah dengan cepat.
.
.
."Uh..." aku terbangun, berusaha berdiri dengan seluruh tenagaku.
"Gio..." panggilku lemah, saat melihatnya yang sedang beranjak berdiri.
Dia menoleh kearah ku, lalu meraih tanganku cepat dan membantu ku berdiri.
Saat itu juga aku baru sadar, bahwa kami jatuh ke tumpukan para serigala yang sudah mati membusuk.
"A-- apa yang telah terjadi?" cengangku dengan tatapan tidak percaya.
Semuanya hanya diam, memikirkan hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOTA ZOMBIE 2 (Ambang Kematian) ✔ [Revisi]
Mystery / Thriller(Seri kedua : Kota Zombie) ✔ Ramalan perang dunia ke-tiga, aku pernah mendengarnya, aku pikir perang itu hanyalah perang besar pada umumnya. Tetapi, perang dunia ke-tiga kali ini ternyata lebih besar dari apa yang telah ku duga. Dan sebuah kenyataan...