Tik!
Tik!
Dentingan jam terdengar mengisi lamunan ku, aku sungguh pusing harus memikirkan rencana untuk pergi ke lab Miko sekarang.
"Rini" Nathan datang berdiri tepat di sebelahku. Ikut menatap sunset yang indah di tengah hancurnya kota.
Aku menoleh kearahnya, ketika raut wajah Nathan terlihat menunjukkan kesedihan.
"Nathan kau kenapa?" Tanyaku dengan perasaan yang merasa aneh.
"Entah kenapa Rini?---" Geleng Nathan perlahan.
"Entah kenapa aku mulai merasakan takut kehilanganmu"Deg!
Mendengar kata itu bak sebuah petir yang menyambar ku sore ini.
"Kenapa kau berpikir seperti itu?" Tanyaku menatap lurus ke tanah.
"... Lupakan, kemarilah" Nathan mengulurkan tangannya.
"Apa?" Ku angkat satu alis bingung.
"Peluklah aku, apa kau malu?" Ledek Nathan.
"Kau yakin?"
"Ya" Nathan semakin melebarkan tangannya.
Aku berjalan mendekat, langsung memeluknya walau masih merasa ragu.
Grep!
Nathan memelukku erat, sekarang bisa ku dengar dengan jelas suara detak jantung Nathan.
"Sekarang, dengarkan irama detak jantungku Rini... Inilah detakan yang selalu terjadi jika aku bersamamu" Kata Nathan semakin mempererat pelukannya.
Aku terdiam terus merasakan setiap detakannya.
"Sampai kapan aku harus menggambarkan perasaanku padamu Rini, bahwa aku mencintaimu" Ungkap Nathan membuatku semakin tenang mendengarnya.
"Tapi, aku akan menunggumu sampai kau benar-benar mengatakan cinta padaku" Tambah Nathan.
🍀
.
.
.
🍀"Lucas kau sudah siapkan barang-barangnya?" Tanya Gibran sembari berjalan keluar bersama Lucas.
"Tentu saja, memangnya dimana mereka berdua" Tanya Lucas tidak melihat keberadaan Rini maupun Nathan.
Mereka berdua menatap lurus, ketika langsung melihat Nathan dan Rini yang sedang berpelukan.
"Aw!" Lucas langsung memalingkan muka melihatnya.
"Haha! Lucas apa kau malu" Gibran menggeplak bahu Lucas.
"Tidak" Geleng Lucas cepat.
"Ayo kita masuk, lebih baik kita biarkan saja" Ajak Gibran langsung mendorong tubuh Lucas.
"Ya lebih baik begitu" Angguk Lucas mengiyakan.
Gibran berjalan hendak kembali masuk kedalam rumah, dia menoleh kebelakang melihat kembali.
"Kalian cocok" Monolog Gibran walau hatinya sakit.
🍀
.
.
.
🍀Ku lepas pelukan perlahan, menatap Nathan sejenak.
"Nathan... Jika aku pergi, apa kau akan merelakan ku?" Tanyaku membuat mata Nathan langsung berubah aneh.
"Apa yang kau lakukan!!!" Suara keributan terdengar dari dalam rumah.
Mendengar keributan itu, aku dan Nathan bergegas masuk kedalam rumah.
"Ada apa?" Tanyaku baru masuk ke dalam rumah.
"Singa sialan itu!!! Akan menggigitku!" Tuding Ilma marah.
Aku menatap Lion, mata Lion justru menunjukkan hal lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOTA ZOMBIE 2 (Ambang Kematian) ✔ [Revisi]
Mystery / Thriller(Seri kedua : Kota Zombie) ✔ Ramalan perang dunia ke-tiga, aku pernah mendengarnya, aku pikir perang itu hanyalah perang besar pada umumnya. Tetapi, perang dunia ke-tiga kali ini ternyata lebih besar dari apa yang telah ku duga. Dan sebuah kenyataan...