Kami bertiga berjalan menanjak, dengan Gio yang masih sedikit pusing.
Sore itu adalah hari yang lebih melelahkan untukku, luka di kepala, pinggang dan bahu rasanya kini sedang beradu menjadi satu."Rini setelah kita sampai ke rumah neneknya Siya, lukamu harus aku jahit" Ucap Lucas.
"Terserah kau saja Lucas" Jawabku pasrah saja.
"Kapan kita akan sampai di puncak? Kakiku sudah gemetar lelah" Timpal Gio dengan suara lemah.
"Kita istirahat saja dulu" Ajak Lucas lalu berlari ke sebuah pohon.
"Huh" Aku duduk dibawah pohon merebahkan punggungku yang terasa sakit.
"Lucas bisakah kau lanjutkan cerita komiknya lagi" Pinta Gio memberikan buku komiknya pada Lucas.
"Tentu, duduklah" Lucas meraih buku Gio dan mulai membacanya.
Lucas membacanya dengan sedikit memperagakan beberapa adegan membuat Gio langsung ketawa bahagia mendengarnya.
"Si monster pun bilang... Graaa!!! Aku akan memusnahkan mu"
"Akh menakutkan" Gio bergidik ngeri.
Aku yang mendengar keributan mereka berdua hanya bisa tersenyum tipis sembari menatap lurus kearah langit.
Menatap matahari yang sebentar lagi akan tenggelam, ku tarik napas sejenak merilekskan tubuhku.
Ketika aku memejamkan mata bayang-bayang kejadian tadi dan kemarin mulai mengusik benakku.
Aku tidak pernah menyangka akan menghadapi hal yang seperti ini, hidup tenang saja rasanya akan sangat sulit. Dan satu lagi jamur... Jamur yang tadi ku lihat di gereja masih terasa menjadi misteri ataukah jawabannya sudah didepan mata sekarang.
"Hahaha!! Lucas kau pasti bercanda" Tawa Gio pecah mengganggu lamunanku.
Aku menoleh lalu melihat Gio yang masih tertawa terbahak-bahak.
"Kenapa?" Tanyaku penasaran.
"Lucas bilang, sapi itu bertelur" Jelas Gio disertai tawa.
"Ha! Sapi bertelur? Lucas..." Aku menahan tawaku.
"Iya sapi bertelur, jika sapi itu adalah sapi jadi-jadian" Jawab Lucas langsung ketawa juga.
"Hahaha..." Gio semakin tertawa terbahak-bahak.
"Aku masih bisa membayangkan bagaimana sapi bertelur" Gelengku pelan.
"Kayak ayam mungkin" Lucas mengangkat kedua bahunya.
"Sudah cukup bercandanya, ayo kita lanjutkan perjalanan... Siapa tau kita sudah dekat" Ajakku pada mereka berdua.
"Iya" Mereka berdua mengangguk kompak.
Kami kembali berjalan dengan derap pohon yang mengiringi, aku berjalan pelan tidak sanggup harus berlari menaiki puncak bukit.
Ketika secara tiba-tiba tanah kembali bergetar, menjatuhkan kami bertiga kesebuah lubang.
Bruk!
"Akh..." Tubuhku membentur tanah cukup keras, entah kenapa tubuhku harus mengalami luka yang seperti ini.
"Ada apa ini Lucas? Kenapa tanahnya terus bergetar" Tanyaku dengan kepala yang kembali pusing.
Lucas diam, memikirkan sesuatu.
"Aku juga masih bingung kenapa ini terjadi?"Aku menekan dahi kuat, menghela napas sejenak mencoba memproses semuanya. Dengan rasa pusing yang lebih hebat kini kembali datang.
"Jangan dipikirkan lebih baik kita cari jalan untuk naik keatas" Sela Lucas agar mencari jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOTA ZOMBIE 2 (Ambang Kematian) ✔ [Revisi]
Mystery / Thriller(Seri kedua : Kota Zombie) ✔ Ramalan perang dunia ke-tiga, aku pernah mendengarnya, aku pikir perang itu hanyalah perang besar pada umumnya. Tetapi, perang dunia ke-tiga kali ini ternyata lebih besar dari apa yang telah ku duga. Dan sebuah kenyataan...