Semua perlengkapan sudah beres, kami berjalan keluar menatap lab itu sejenak.
"Terima kasih Arthur, sudah menerima kami lagi disini" Kata Gibran sebagai tanda pamit akan kembali pergi meninggalkan tempat ini.
Kami berlima berjalan keluar, dengan Lion yang tiba-tiba saja langsung berlari mendekat, seolah merindukanku.
"Hai, Lion... Kau menjaga goa ini dengan baik" Aku mengusap Lion pelan.
Lion hanya menggeliat manja, langkah kami berjalan ke sebuah pintu. Untuk mengambil kendaraan masing-masing, lumayan menghemat tenaga.
"Lucas, lebih baik kotak itu taro mobil saja" Perintah Gibran bersiap menaiki mobil pick up nya.
"Baiklah, ini" Lucas mendekat menyodorkan kotak berisi bahan-bahan penawar mutan.
"Jaga kotak ini baik-baik""Tenang saja" Gibran masuk kedalam mobil membawa kotak itu aman bersamanya.
"Lucas, ayo!" Ajak ku sudah siap dengan motor.
"Kakak apa kita akan menyusuri jalan yang sama?" Tanya Gio yang sudah mempererat pegangannya di belakang.
"Mungkin--" Bahuku refleks terangkat
"---kita ikuti mereka saja""Oo" Dagu Gio mengangguk.
"Kau sudah siap Lucas?" Tanyaku melihat Lucas dari spion motor.
"Siap" Sahutnya mengacungkan jempol.
Aku menyalakan motor, diikuti oleh Nathan yang juga menyalakan mesin mobilnya.
"Lihat! Lion terlihat seperti raja" Tunjuk Gio dengan tawa saat melihat Lion sedang berdiri di belakang mobil pick up.
"Haha, dia persis sepertimu Gio" Canda Lucas.
"Lucas!" Gio menyilangkan tangannya cemberut.
"Wah apakah raja Gio harus marah seperti ini?" Lucas mencolek hidung mancung Gio.
"Hehe, raja Gio tidak akan marah hanya karena hal sepele" Bantahnya mengenai perkataan Lucas.
"Oh benarkah?" Selaku tidak percaya, mengingat Gio mudah sekali ngambek.
"Lihatlah, pengawalmu sendiri mulai berpihak padaku" Tawa Lucas puas.
"Hah! Kak Rini" Rengek Gio bersiap akan menangis.
"Ya, ya--" Ku anggukan kepala.
"Lucas, mari kita berhenti meledek Gio""Siap, Rini" Respon Lucas mengiyakan.
Perlahan Gio, mulai tidak ngambek lagi. Mobil didepan tiba-tiba saja berhenti, refleks pun aku juga menghentikan motorku.
"Ada apa!!" Tanyaku cukup keras.
"Mutan!" Jawab Gibran menunjuk ke depan.
"Uh!" Aku mendengus pelan, segera membawa motorku ke samping mobil.
"Bisakah kau minggir, kami ingin lewat" Perintahku, dan segera di turuti olehnya.
Kami kembali melaju beriringan, pikiran tentang mutan dan zombie yang sekarang bisa ku kendalikan rasanya masih sangat aneh.
Apalagi soal mimpiku...
Mati!
Pemimpin!
Huh! Aku masih belum siap menerima semua itu.
Aku tau hidupku memang pahit akhir-akhir ini, tapi aku masih punya keluarga untuk di pertahankan.
"Rini, apa kau lihat--" Celetuk Lucas dengan mata menatap sekitaran gedung-gedung yang menjulang tinggi.
"--mutan-mutan itu menatap kita" Imbuh Lucas.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOTA ZOMBIE 2 (Ambang Kematian) ✔ [Revisi]
Mystery / Thriller(Seri kedua : Kota Zombie) ✔ Ramalan perang dunia ke-tiga, aku pernah mendengarnya, aku pikir perang itu hanyalah perang besar pada umumnya. Tetapi, perang dunia ke-tiga kali ini ternyata lebih besar dari apa yang telah ku duga. Dan sebuah kenyataan...