Srak!
Srak!
Srak!
Suara gemerasak daun kering terdengar mengiringi langkah kami bertiga.
Srash...
"Kalian dengar itu?" Tukas Lucas memberitahu tentang suara aliran air.
"Ya" Anggukku dan Gio bersamaan.
"Ayo kita kesana, luka mu harus dibersihkan" Ajak Lucas dengan tangan sudah mengambil sebuah kain untuk diikatkan di kepalaku.
Aku mengangguk mengiyakan, berjalan mengikutinya.
Suara katak terdengar, Gio melepas gandenganku dan berlari cepat mendahului.
"Apa dia tidak pernah mendengar suara katak?" Satu alis Lucas mengangkat bingung.
"Aku tidak tau" Ku angkat kedua bahuku bingung.
Kini, pandanganku langsung dihadapkan dengan sebuah sungai yang masih jernih.
"Kak! Lihat... Kataknya melompat cepat sekali" Tunjuk Gio dengan sumringah.
"Iya Gio, mereka sepertimu" Ledekku kemudian berjongkok disamping air.
Dengan, Lucas yang langsung membasahi kainnya.
"Hah? Kakak menyamakanku dengan katak?" Bibir Gio manyun, dengan ekspresi kesalnya.
"Haha... Kakak bercanda Gio" Tawaku pecah.
Lucas yang sudah selesai membasahi kainnya, segera mengikatkannya di kepalaku.
"Akh" Rintihku pelan.
Lucas diam dengan tangan yang sibuk mengikat kainnya.
"Nah sudah" Timpal Lucas kemudian beranjak berdiri.
"Lucas kemana tujuan kita sekarang?" Tanyaku yang sekarang sudah kembali menggandeng tangan Gio.
"Ke bukit pinus" Jawab Lucas.
"Apa kau tau jalannya?"
"Semoga saja, Siya bilang rumah neneknya ada di puncak bukit pinus. Mungkin kita bisa mencarinya melalui informasi terdekat" Ujar Lucas berjalan memimpin.
"Aku harap kita bisa bertemu yang lain disana" Mohon ku tidak mau berpisah seperti ini.
Kami terus mengikuti jalan setapak, yang langsung mengarahkan kami kepuluhan bunga anggrek.
"Woah" Mulut Gio terbuka otomatis, takjub dengan apa yang dia lihat sekarang.
"Ayo kita lomba lari" Ajak Gio antusias.
"Baiklah... Dalam hitungan ke tiga" Ku iyakan ajakan Gio dan mulai menghitung.
1...
2...
"3!!!" Curang Gio, yang sekarang lari lebih dulu layaknya kuda.
"Haha, hey!" Seruku kemudian berlari mengejar bersama Lucas.
Dug!
Bruk!
Saat sedang asik berlari, Gio tiba-tiba terjatuh tengkurap diatas rumput.
"Hahaha..." Tawaku pecah.
"Haha, ayo" Lucas tertawa sembari membantu Gio berdiri.
"Kenapa kalian ketawa!" Gio yang kesal menyilangkan kedua lengannya.
"Kau seperti kelinci yang kehilangan keseimbangan Gio" Jawabku kemudian berjongkok disebelahnya.
Gio mengalihkan tangannya, mengambil sebuah kupu-kupu yang tergeletak.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOTA ZOMBIE 2 (Ambang Kematian) ✔ [Revisi]
Mystery / Thriller(Seri kedua : Kota Zombie) ✔ Ramalan perang dunia ke-tiga, aku pernah mendengarnya, aku pikir perang itu hanyalah perang besar pada umumnya. Tetapi, perang dunia ke-tiga kali ini ternyata lebih besar dari apa yang telah ku duga. Dan sebuah kenyataan...