Pov Rini
"Hah... Hah..." Napasku tersengal hebat, setelah terbawa arus banjir yang membawaku sampai ke sebuah sungai.
Aku merangkak ke tepi sungai, dengan Gio yang sudah terbatuk-batuk. Kain didahiku juga sudah terbawa entah kemana, tapi untung saja lukanya sudah kering.
Aku tiduran terlentang, menatap lurus kearah langit yang sekarang sudah pagi mungkin sekitar jam 10.
"Lihat itu gereja yang biarawati Vina maksudkan!" Tunjuk Lucas tiba-tiba.
Aku duduk, menoleh kebelakang dan benar saja ada sebuah gereja yang mungkin dapat mendekatkan kita ke rumah neneknya Siya.
Kami bertiga beranjak berdiri, berjalan mendekati gereja tersebut yang sudah sangat usang dan lama ditinggalkan.
Sampai tepat didepan pintu, aku membuka pintunya. Lalu menyuguhkan sebuah ruangan yang sudah usang dengan lilin-lilin mati.
"Kita istirahat disini saja sebentar, aku ingin melakukan sesuatu" Suruhku dan diangguk cepat oleh Lucas.
Lucas berjalan menyusuri setiap sudut ruangan, dengan Gio yang langsung mengikutinya kepo.
Aku berjalan ke deretan lilin mati, mataku kini melihat sebuah kalung rosario yang berada diatas meja.
Ku raih kalung tersebut, kemudian berjalan melangkah kesebuah patung. Ku pejamkan mata dengan tangan yang menggenggam erat rosarionya.
"Maafkan aku... Aku telah terlalu banyak membunuh seseorang. Sekarang, aku justru sangat takut... Entah rasa bersalah atau apa?---"
"Kakak!" Panggil Gio tiba-tiba mengganggu doaku.
Aku segera meletakan kalung rosarionya lagi, lalu berjalan mendekati Gio dan Lucas yang sekarang sedang berjongkok melihat sesuatu.
"Ada apa Gio?"
"Lihat ini" Gio menunjuk kesebuah jamur yang berbentuk aneh.
"Jamur apa ini?" Celetukku penuh tanya.
"Entahlah, aku baru pertama kali melihat jamur ini" Lucas mengangkat kedua bahunya tidak mengerti.
Ku anggukan kepala mengerti lalu menatap jamur itu lekat, memperhatikannya dengan seksama.
Ketika tiba-tiba saja denyut jantungku berdetak kencang, dengan rasa nyeri yang kembali datang.
Deg!
"Rini tanganmu" Sahut Lucas menyela lamunanku.
Aku tatap tanganku yang sekarang semakin terdapat jelas otot-otot berwarna hitam.
"Apa itu mutan?" Tanya Gio memperhatikan tanganku.
"Ya, emosimu yang tidak stabil justru akan memperparah kondisimu. Marah justru akan memperburuk keadaan" Ujar Lucas singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOTA ZOMBIE 2 (Ambang Kematian) ✔ [Revisi]
Mystery / Thriller(Seri kedua : Kota Zombie) ✔ Ramalan perang dunia ke-tiga, aku pernah mendengarnya, aku pikir perang itu hanyalah perang besar pada umumnya. Tetapi, perang dunia ke-tiga kali ini ternyata lebih besar dari apa yang telah ku duga. Dan sebuah kenyataan...