Aku merenung suasana benar-benar hening, biasanya saat setiap langkah kaki kami berjalan Gibran pasti melangkah bersama kami.
Kali ini, seolah tali kematian sudah benar-benar rapuh.
"Gio kau kenapa?" Celetuk Lucas sadar sesuatu.
Aku mendongakkan kepala
"Ada apa Lucas?""Gio..." Sahutnya lirih.
Aku beranjak mendekati Gio.
"Kau kenapa Gio?" Ku remas erat kedua bahunya.Dia hanya diam tapi suhu tubuhnya benar-benar naik.
"Kau demam?" Tanyaku.
"Oh aku tau, penawarnya pasti berhenti" Tengah Lucas.
"Berhenti? Tapi kenapa"
"Itu karena emosinya yang tidak stabil, kita butuh waktu" Jelasnya singkat.
"Huh" Nathan menghela napas sejenak.
"Kalau begitu kita tunda saja dulu untuk pulang kali ini""Ya, kesehatan Gio juga penting Rini" Rakha membenarkan, kali ini dia tidak akan memaksa. Tau kondisi yang sekarang sedang mereka alami.
"Farhan hentikan kapal!" Seru J..
Farhan dengan cepat membawa kapalnya ke daratan.
Nathan dan Lucas turun lebih dulu, aku berbalik menghadap Rakha. Ku lontarkan senyuman kecut padanya.
"Rakha tolong berikan ini pada Alma" Ku cabut bros mawarku, memberikannya pada Rakha.
"Katakan padanya, untuk menjaga bros ini... Mungkin setelah ini aku akan pergi jauh"
Rakha mengiyakan matanya berair, kenangan penuh kebahagian sekarang di gantikan dengan kesedihan.
Aku segera menggendong tubuh Gio turun dari kapal.
Kapal mulai kembali berlayar meninggalkan kami, pandangan Rakha sama sekali tidak teralih dia terus menatap kami ketika sosoknya kini mulai tertutupi kabut.
"Ayo kita bawa Gio kesana" Ajak Lucas melihat sebuah gubuk yang setidaknya masih layak untuk di tinggali.
🍀***🍀
Lucas menumpuk beberapa jerami, meletakan tasnya untuk di jadikan bantalan bagi Gio.
Ku baringkan tubuh kecilnya untuk beristirahat, ku usap rambutnya pelan lalu beranjak pergi bersama dengan Lucas.
Gio tiba-tiba meneteskan air matanya, mengambil boneka beruang yang telah lama ia simpan didalam tas.
Mata Gio menatap nanar boneka pemberian kakaknya dulu.
"Ya tuhan... Kapan kak Rini akan mendapatkan kembali ingatannya. Aku tidak mau dia pergi sebelum mengingat semuanya" Gio memeluk boneka itu erat, memejamkan matanya dengan penuh harap.
🍀
.
.
.
🍀Walau jasad Gibran tidak ada disini, kami bertiga tetap menghormati jasanya dengan menumpuk beberapa batu lalu meletakan sebuah bunga di dekatnya.
"Gibran terima kasih untuk apa yang telah kau berikan pada kami selama ini... Kau tentara yang tangguh, walau terkadang kita memang suka berbeda pendapat... Tapi akan tetap ku katakan kau adalah teman terbaik..." Kata Nathan mengingat mereka sering bertengkar hanya karena masalah sepele.
Lucas dan Nathan pergi meninggalkan ku yang masih berdiri. Aku ingin berbicara dengannya berdua saja.
"Gibran..." Aku duduk menatap makamnya nanar.
"Apa kau sudah bertemu dengan keluargamu... Hiduplah dengan bahagia, kau pantas mendapatkan kebahagian itu" Mataku berair tentu saja aku mulai menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOTA ZOMBIE 2 (Ambang Kematian) ✔ [Revisi]
Mystery / Thriller(Seri kedua : Kota Zombie) ✔ Ramalan perang dunia ke-tiga, aku pernah mendengarnya, aku pikir perang itu hanyalah perang besar pada umumnya. Tetapi, perang dunia ke-tiga kali ini ternyata lebih besar dari apa yang telah ku duga. Dan sebuah kenyataan...