Senandika | Sang Pencerita

733 62 5
                                    

Tenggelam dalam keemasan
Ditelan deru laju peradaban
Dilahap habis tanpa ingatan
Itulah aku, sang pencerita

Bukalah kitab-kitab
Bacalah susunan aksara
Lagi, bukalah halaman baru
Gayatri Rajapatni, Tribhuwana Wijayatunggadewi
Bahkan Sri Suhita, ada di sana
Namun, kau tak akan pernah menemukan namaku

Rakawi dan pujangga
Menuliskan namaku dalam sajak mereka
Tiada cela, bagaikan apsara
Mereka memujaku
Oh, akulah permaisuri itu
Satu-satunya wanita yang pantas untuk Sri Prabu
Namun, mengapa tak ada yang sudi menuliskan kisahku?

Katakanlah pada angin
Ke manakah ia menerbangkan lembaran yang hilang?
Laksana harapan yang hanya menjadi angan

8 Februari 2024


Mari renungi, yang tak terkenang, belum tentu tak berperan.

Senandika memiliki makna berdialog dengan diri sendiri yang mengungkapkan perasaan, konflik batin, dan sebagainya kepada pembaca. Dan kali ini, izinkan sang pencerita bersenandika. Ingatkah tentang Lautan Teduh? Sudewi tak membatasi siapa saja untuk menyelaminya. Di kehidupannya, Wilwatikta mengenalnya sebagai Gusti Permaisuri, tetapi kini ... tahukah kita tentang dirinya?

***

Hai! Gimana kabarmu? Semoga baik-baik saja ya. Chapter ini bukan bagian inti dari cerita, tetapi intermeso karena season kedua ini memiliki chapter yang lebih banyak dan tentunya konflik yang lebih njelimet dibandingkan season pertama. Emosi dan konflik dalam diri para tokoh sebisa mungkin aku jabarin supaya menghidupkan cerita.

Chapter ini berupa puisi, tentunya kamu sudah paham siapa tokoh 'aku' di dalamnya. Jadi, selamat menikmati dan sampai jumpa di chapter selanjutnya ya! 🫶

APSARA MAJA : SANG PARAMESWARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang