30 | Dyah Kusumawardhani

1.6K 126 117
                                    

1284 Saka

Peluh bercucuran, napas terengah-engah, tangan menggapai apa pun yang ada di sekitarnya. Itulah yang dirasakan Sudewi ketika si buah hati mendesak keluar. Sang Dewi mempertahankan kesadaran dengan mematuhi setiap arahan kdi dan waidya. Para paricaraka hulu-hilir membawa kendi yang berisi air. Oh, mereka membutuhkan lebih banyak lagi. Kaki-kaki mereka pun berjalan cepat, berpacu dengan waktu. Keswari mengambil peran besar dalam menenangkan sang Parameswari. Tiap kedipan, dayang senior itu diterjang ketakutan besar. Pun, Sudewi benar-benar merasakan jiwanya melayang tiap kali dirinya mengejan. Oh, hidup dan mati ia serahkan kepada Sang Hyang Agung.

Di balik pintu yang menjadi sekat, Hayam Wuruk melangkahkan kakinya tak tentu arah, sesekali ia menghentak-hentak tidak jelas. Ia bahkan tak sanggup mendengar pekikan Sudewi. Ya, istrinya itu tengah bertaruh nyawa demi melahirkan anak mereka. Oh, dahi sang Prabu telah berselimut keringat. Usapan-usapan kasar di wajahnya pun tak mampu membuatnya tenang. Menyambut awal tahun dengan berita bahwa permaisurinya melahirkan menjadi kabar membahagiakan, sekaligus menegangkan baginya sebagai calon ayah. Hayam Wuruk yang tadinya bergelut dengan tumpukan daluang dan lontar mengenai mesiu dan persenjataan yang diambil dari Tumapel pun segera meninggalkan benda-benda itu, lalu bergegas menuju Kaputren diikuti oleh Ra Banyak. Pikirannya kalap. Ia tak bisa memikirkan hal selain istrinya sendiri.

Teringatlah Hayam Wuruk bersama orang-orang membersamainya sepanjang menjalankan kewajiban menjaga Kerajaan Majapahit. Setelah persidangan yang melumat habis tenaga, tibalah masa bagi sang Prabu merenungi setiap kejadian yang berlalu. Saat dirinya dinobatkan menjadi yuwaraja, Sri Rajapatni pernah berpesan, "lindungi segala hal dari pusaran karma buruk, Cucunda." Hayam Wuruk masih mengingatnya, tetapi dirinya gamang. Pesan tersebut tersirat, sehingga ia perlu waktu dalam menjabarkannya.

Ibunda Hayam Wuruk bukanlah sosok yang digadang-gadang menjadi penguasa. Keberadaan Raden Kalagemet yang lahir terlebih dahulu dari rahim Indreswari menyatakan kelayakan dan haknya sebagai Sri Maharaja. Alhasil, demi menjaga nama baik suaminya, Dyah Tribhuwaneswari mengangkat putra Dara Petak tersebut. Ya, karena tuntutan para petinggi yang menginginkan putra mahkota secepatnya, permaisuri Raja Majapahit I itu melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati. Namun, Prabu Kertarajasa menyambutnya dengan sinis. Ternyata, keinginan mereka terbentur oleh keadaan. Ah, sudah kepalang, Raden Kalagemet dinobatkan menjadi yuwaraja —meski tak berdarah Jawa murni dan putra seorang selir.

Di satu sisi, Dyah Dewi Gayatri Kumara Rajasa yang bergelar Sri Rajapatni —istri Prabu Kertarajasa yang dinikahi dengan perayaan besar-besaran karena merupakan putri dari Prabu Kertanagara, Raja Singasari— melahirkan dua orang putri cantik. Dyah Gayatri kecewa dengan keputusan suaminya, was-was akan nasib Rajasawangsa di masa depan. Setelah Prabu Kertarajasa dan Permaisuri Tribhuwaneswari mangkat, kekhawatiran Dyah Gayatri menjadi nyata. Raden Kalagemet yang bernama abhiseka Prabu Jayanagara merupakan pemimpin yang tak cakap. Masa pemerintahannya diwarnai oleh begitu banyak pemberontakan, taktik culas Patih Mahapati, dan berakhir tewasnya sang Prabu di tangan Ra Tanca.

Kala semesta memainkan karma, maka tiada satu pun makhluk yang bisa menangkalnya.

Benar, benar kata Eyangnda Gayatri. Begitulah kesimpulan Hayam Wuruk. Pernikahannya dengan Putri Sunda Galuh yang batal merupakan takdir yang tidak dapat dihindari. Bukan tak mungkin, Majapahit berada diambang kehancuran jika Hayam Wuruk nekat melewati batasan. Oh, memang begitulah jalannya. Namun, sang Prabu sendiri yang memilih jalan hidupnya bersama Sudewi. Wanita itu tak memilihnya menjadi suami. Sudewi hanya menjalankan tugasnya sebagai seorang putri dan anak perempuan. Namun, suaranya begitu lantang ketika meminta janji Eka Patni Vrata yang bahkan tak sampai keluar dari mulut permaisuri-permaisuri raja terdahulu. Sudewi ingin menjadi satu-satunya.

APSARA MAJA : SANG PARAMESWARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang