3 | Abdi Abadi

2K 153 17
                                    

Peringatan 21+

"Heibei terserang wabah pada tahun 1253 saka. Kemudian berlanjut hingga menyebar ke kota lainnya. Wabah hitam melanda Yuan Raya pada tahun 1266 saka menyebabkan kemrosotan ekonomi yang tajam. Gagal panen di mana-mana, kekaisaran dalam posisi sulit karena rakyatnya kelaparan. Pemberontakan Serban Merah berhasil ditumpas, tetapi kembali lagi selang dua tahun. Penakhlukan Nanking yang berhasil dilakukan oleh Tsu Yuan Tsiang memperparah kondisi, sehingga Kaisar Shun Ti mengerahkan Pasukan Yuan Raya untuk menjaga Peking dan memperketat gerbang kota bagian Selatan. Hal tersebut bertujuan menghalau pasukan anak petani itu untuk menguasai wilayah di sekitar ibu kota," papar Tuan Ding akan kondisi Kekaisaran Khan Mongol yang tengah berjuang melawan musuh sekaligus alam yang tak bersahabat.

Ya, setelah acara penobatan Permaisuri Majapahit sekaligus perjamuan makan, Paduka Sori meminta waktu Tuan Ding untuk saling bertukar cerita di Siti Hinggil. Sementara Maharaja Wilwatikta tengah berdiskusi dengan Mahapatih Gajah Mada dan para raja Mitrekasatata. Keduanya berada di dalam satu ruangan terbuka, hanya bahan pembicaraannya yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan Hayam Wuruk tak bisa memberikan perhatian sepenuhnya untuk Tuan Ding, mengingat begitu banyak tamu kehormatan yang harus ia jamu. Menyadari bahwa perannya sebagai parameswari dibutuhkan, Sudewi dengan cepat bertindak. Ia tak mungkin membiarkan Tuan Ding berdiam seorang diri.

Sudewi mengangguk, mengerti bahwa kondisi yang dialami Yuan Raya tidak main-main. "Saya pernah mendengar bahwa Permaisuri Gi memegang kendali pajak di Kekaisaran Mongol, lantas bagaimana upaya sang permaisuri mengatasi krisis tersebut?"

"Gagal panen menyebabkan beberapa provinsi tidak dapat membayar upeti secara penuh. Apalagi wilayah yang terkena dampak paling luas akibat wabah hitam. Maka, pajak tidak bisa diputar kembali. Permaisuri Gi menyarankan untuk meminta dukungan dari Goryeo, tetapi permintaannya belum dikabulkan oleh Raja Goryeo. Kami tidak bisa menunggu selama itu, jika tak ingin Yuan Raya runtuh dalam kurun waktu dekat." Terlihat jelas raut wajah Tuan Ding begitu lelah karena menyangga amanat yang berat. Ia adalah duta yang ulung. Maka dari itu, Kaisar Shun Ti memercayakan Tuan Ding berlayar hingga ke Jawadwipa. "Hamba berterima kasih karena Majapahit masih membuka pintu yang begitu lebar setelah sekian lama tertutup."

"Pintu kami tidak pernah tertutup untuk menjalin hubungan persahabatan, Tuan Ding."

Tuan Ding mengarahkan pandangannya kepada Hayam Wuruk di meja lain. Pria itu terlihat antusias dengan pembicaraannya bersama tamu kehormatan. "Raja yang menjabat di Majapahit adalah seseorang yang bijaksana. Jauh sebelum Maharaja Sri Rajasanagara dinobatkan, Prabu Jayanagara sudah terlebih dahulu mengutus duta yang bernama Adityawarman sebanyak dua kali untuk bertandang ke Yuan Raya. Sudah sangat terlihat bahwa Raja Majapahit tidak pernah melupakan sejarah. Hamba tahu, hal yang dilakukan oleh Prabu Kertarajasa adalah bentuk pengkhianatan untuk Kaisar Kubilai Khan. Akan tetapi, posisinya sangat sulit karena runtuhnya Singasari," jelas Tuan Ding. Pria itu sangat tahu seluk beluk hubungan Kekaisaran Mongol dengan kerajaan lainnya.

Setelah percakapan singkat dengan Tuam Ding, Sudewi menghaturkan pamit karena perjamuan malam di Siti Hinggil telah usai. Tuan Ding dikawal oleh prajurit Yuan Raya dan prajurit Bhayangkara menuju tempat yang sudah disediakan secara khusus oleh Hayam Wuruk. Begitu juga dengan raja-raja di Mitrekasatata. Mereka akan bertolak menuju kerajaan masing-masing esok hari.

Sudewi dengan tergesa-gesa melangkahkan kakinya ke perpustakaan. Permaisuri itu sekilas melihat Mpu Prapanca yang sudah menunaikan tugasnya hari ini menuju tempat tersebut. Berbekal pengalamannya dahulu, Sudewi segera mengejar pria itu untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai Yuan Raya. Kesempatan emas ini tak akan terjadi dua kali, sehingga ia harus memanfaatkannya sebaik mungkin.

Sampailah Sudewi di depan perpustakaan. Lantas, ia berhenti tepat di pintu. "Kalian tunggu di sini," perintahnya kepada dayang-dayang Kaputren yang setia mengikuti pergerakan sang parameswari.

APSARA MAJA : SANG PARAMESWARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang