_HAPPY READING_
Tringgggg......
Tringgggg......Terdengar deringan ponsel dari handphone Hafizhan. Tanpa pikir panjang Hafizhan pun mengambil handphone milik nya yang ada di atas nakas, Lalu mengangkatnya. Tertera nama Bunda Aisyah di sana
"Assalamualaikum Hafizhan"
"Waalaikumussalam Bunda, ada apa?. Tumben jam segini telfon Hafizhan"
"Kamu lagi sibuk nggak Zhan"
"Enggak kok Bunda. Hafizhan nggak lagi sibuk. Emang ada apa Bun?
"Itu, sebentar lagi Zziza kan mau lulus SMA, terus katanya bezziza mau kuliah di Al-Azhar juga, sama kayak kamu dan Beyza. Bunda mau kamu sama Beyza jemput Zziza di bandara Jakarta. Nanti kalian bertiga pergi ke Kairo secara bersama-sama. Kamu mau jemput Zziza kan Zhan?"
"Hafizhan si mau-mau aja Bun tetapi....
Hafizhan menggantungkan ucapannya
"Tetapi apa Zhan?" Bingung Aisyah
"Beyza Bunda. Pasti anak itu nggak bakalan mau Hafizhan ajak ke bandara buat jemput Bezziza"
"Tetapi kamu bisa bujuk Beyza kan Zhan?"
"Insya Allah, Hafizhan akan usahain Bun, buat bujuk Beyza supaya mau menjemput Bezziza di bandara Jakarta"
"Alhamdulillah, makasih ya Zhan"
"Iya Bun, sama-sama"
"Oh ya Bun, emang Bezziza lulus SMA berapa bulan lagi?"
"Sekitar setengah bulan lagi Zhan"
"Ohhhhh"
"Ya sudah ya Zhan, Bunda tutup dulu telefon nya"
"Iya Bunda. Kasih salam buat Abah sama Bezziza ya Bun"
"Iya sayang. udah tidur, udah malam"
"Iya Bun. Good night Bunda"
"Good night too sayang. Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam"
Setelah telefon Aisyah telah di tutup, Hafizhan pun beranjak dari kamarnya menuju kamar Beyza. Jarak antara kamar Beyza dan Hafizhan bisa di katakan cukup jauh. Karena Beyza yang ada di lantai tiga sedangkan Hafizhan ada di lantai dua. Setelah sampai di depan ambang pintu kamar Beyza, Hafizhan pun langsung mengetuk pintu kamar Beyza
Tok
Tok
TokTidak membutuhkan waktu satu menit pun Hafizhan menunggu, Beyza sudah membukakan pintu kamarnya. Saat pintu kamar Beyza terbuka, Hafizhan langsung memberikan senyuman menawannya untuk Beyza. Apakah Beyza membalas senyuman dari Hafizhan?
Tidak Beyza hanya memperlihatkan wajah datar dan dinginnya yang tertutup oleh Burqa, di ambang pintu kamar miliknya. ia hanya diam dan tidak merespon sama sekali. 'seperti mayat hidup'
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Habib Albi
Teen FictionDear Habib Albi Cukup aku mencintainya dalam diam. Dan aku tidak menyalahkan takdir dari Allah karena kita berdua tidak di persatukan untuk bersama. Walaupun ada rasa yang sangat sesak di dalam dada. sepertinya, aku di takdirkan di dunia ini karena...