_HAPPY READING_
Saat Agler sedang berjalan berdua saja dengan Cakra di lobi kampus
"Ra" panggil Agler
"Hem" jawab Cakra dengan deheman
"Gue mau ngomong sama Lo"
"Tinggal ngomong aja. Kayak sama siapa" jawab Cakra
"Lagi pula mumpung gak ada tiga anak tengil itu"
"Kita harus temuin Beyza"
"Maksud Lo?" Bingung Cakra dengan memberhentikan langkahnya
Agler pun ikut memberhentikan langkahnya. Saat ini mereka sedang ada di lobi kampus yang sepi menuju kelas mereka
"Maksud lo temuin Beyza buat apa?"
"Pasti Beyza tau sesuatu"
"Gak mungkin riz"
"Ra gak ada cara lain"
"Betul juga. Pasti Beyza tau keberadaan varo saat ini"
Agler, Cakra dan Brian adalah teman dari kecil. Jadi mereka memiliki nama istimewa tersendiri. Yang hanya mereka bertiga ketahui
Saat masa kecil Brian dipanggil dengan nama 'varo'. Sedangkan Agler biasa dipanggil dengan nama 'riz'. Dan sedangkan Cakra biasa dipanggil dengan nama 'ra'
Nama tersebut hanya mereka bertiga saja yang mengetahuinya. Karena nama tersebut adalah panggilan istimewa di masa kecil mereka
"Kita mau ketemu Beyza kapan?" Tanya Cakra
"Pulang kampus" jawab Agler
"Oke"
"Tapi, ini cuman antara Lo sama gue"
"Iya gue juga maunya kayak gitu. Gak usah ngajak-ngajak tiga anak tengil itu. Bisa nya ngerepotin aja"
"Gue setuju"
Saat Brian, Agler dan Cakra sedang bertiga saja. Mereka bisa membicarakan tentang suatu hal lebih dari satu kalimat. Tetapi saat dengan anak-anak geng Black Demon lainnya. Mereka hanya berbicara satu atau dua kata saja
***
Saat Brian membuka kedua matanya. Sinar matahari menyilaukan tatapan nya. Brian mendudukkan tubuh nya di lantai kamarnya. Memang dari kemarin Brian tidak pulang ke rumah. Ia masih ada di rumah yang bernuansa putih abu itu
Saat Brian mengalami frustasi kemarin. Ia tertidur di atas lantai yang dingin dengan darah yang terus mengalir di bagian tubuhnya, yang terkena luka serpihan kaca. Mata Brian sembab akibat terlalu banyak menangis. Wajahnya juga pucat suhu tubuhnya sangat dingin seperti orang mati, dan pandangan nya juga buram
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Habib Albi
Fiksi RemajaDear Habib Albi Cukup aku mencintainya dalam diam. Dan aku tidak menyalahkan takdir dari Allah karena kita berdua tidak di persatukan untuk bersama. Walaupun ada rasa yang sangat sesak di dalam dada. sepertinya, aku di takdirkan di dunia ini karena...