PART 32

13 3 2
                                    

_HAPPY READING_

Saat Agler sedang berjalan berdua saja dengan Cakra di lobi kampus

"Ra" panggil Agler

"Hem" jawab Cakra dengan deheman

"Gue mau ngomong sama Lo"

"Tinggal ngomong aja. Kayak sama siapa" jawab Cakra

"Lagi pula mumpung gak ada tiga anak tengil itu"

"Kita harus temuin Beyza"

"Maksud Lo?" Bingung Cakra dengan memberhentikan langkahnya

Agler pun ikut memberhentikan langkahnya. Saat ini mereka sedang ada di lobi kampus yang sepi menuju kelas mereka


"Maksud lo temuin Beyza buat apa?"

"Pasti Beyza tau sesuatu"

"Gak mungkin riz"

"Ra gak ada cara lain"

"Betul juga. Pasti Beyza tau keberadaan varo saat ini"

Agler, Cakra dan Brian adalah teman dari kecil. Jadi mereka memiliki nama istimewa tersendiri. Yang hanya mereka bertiga ketahui


Saat masa kecil Brian dipanggil dengan nama 'varo'. Sedangkan Agler biasa dipanggil dengan nama 'riz'. Dan sedangkan Cakra biasa dipanggil dengan nama 'ra'

Nama tersebut hanya mereka bertiga saja yang mengetahuinya. Karena nama tersebut adalah panggilan istimewa di masa kecil mereka

"Kita mau ketemu Beyza kapan?" Tanya Cakra

"Pulang kampus" jawab Agler

"Oke"

"Tapi, ini cuman antara Lo sama gue"

"Iya gue juga maunya kayak gitu. Gak usah ngajak-ngajak tiga anak tengil itu. Bisa nya ngerepotin aja"

"Gue setuju"

Saat Brian, Agler dan Cakra sedang bertiga saja. Mereka bisa membicarakan tentang suatu hal lebih dari satu kalimat. Tetapi saat dengan anak-anak geng Black Demon lainnya. Mereka hanya berbicara satu atau dua kata saja









***





Saat Brian membuka kedua matanya. Sinar matahari menyilaukan tatapan nya. Brian mendudukkan tubuh nya di lantai kamarnya. Memang dari kemarin Brian tidak pulang ke rumah. Ia masih ada di rumah yang bernuansa putih abu itu


Saat Brian mengalami frustasi kemarin. Ia tertidur di atas lantai yang dingin dengan darah yang terus mengalir di bagian tubuhnya, yang terkena luka serpihan kaca. Mata Brian sembab akibat terlalu banyak menangis. Wajahnya juga pucat suhu tubuhnya sangat dingin seperti orang mati, dan pandangan nya juga buram

Dear Habib Albi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang