PART 42. PERUBAHAN SIKAP.

6.1K 290 76
                                    


~HAPPY READING~

Author pov.

Mobil yang dikendarai Sagara berhenti di basement kantor. Iya, cowok itu sengaja datang ke kantor OMERA CORPORATION. Ada beberapa berkas yang harus mendapat tanda tangannya.

Sagara melangkah masuk. Penampilan nya sungguh tidak dapat didefinisikan sebagai kata rapi. Kancing seragam sekolah sengaja ia buka seluruhnya sehingga menampilkan kaos hitam didalam. Jangan lupakan lehernya yang memakai kalung berwarna silver. Tak ubahnya berandalan inilah Sagara. Beberapa orang yang dilewatinya membungkuk hormat. Hal ini sudah lumrah mereka lakukan namun jika biasanya laki-laki itu juga membalas anggukan berbeda dengan kali ini.

Tidak ada anggukan atau membalas sapaan kini wajahnya hanya terlihat datar dengan dominan tatapan dingin dan tajam. Raut wajahnya yang sama sekali tidak bersahabat. Walaupun begitu kewibawaan pada diri Sagara selalu tetap ada.

Mereka menebak nebak apakah ada masalah dengan pimpinan?

"Tuan muda mencari saya?" Tanya pak Joanes ketika melihat tuan mudanya datang.

"Bawakan semua berkas yang perlu ditanda tangani ke dalam ruangan saya."

"Baik, tuan muda."

Cowok itu langsung pergi menuju ruangannya. Ruangan yang cukup besar dengan dominan warna monokrom khas yang sengaja dipilih langsung oleh sang pemilik sebelumnya. Kartajafa Omera.

Karta adalah ayahnya Sagara.

Ia membenarkan duduknya kemudian menatap serius pada berkas berkas penting perusahaan yang sudah diantarkan pak Joanes.

Pak Joanes menatap Sagara yang terlihat berbeda. Pemuda itu seperti tengah memendam rasa marahnya yang entah karena apa.

"Apa terjadi sesuatu hari ini tuan muda?"

"Tidak ada."

"Tuan muda terlihat sedang banyak pikiran."

"Saya memang seperti ini dari dulu, Jo."

"Ah iya." Kepala pak Joanes mengangguk membenarkan. Sesaat ia memberi jeda sebelum kembali berkata. "Tadi nona Ara menanyakan anda pada saya. Nona menelfon katanya tuan muda tidak bilang pergi ke mana. Nona Ara khawatir."

Mendengar nama Arania membuat ia menjedakan kegiatan tangannya yang sibuk.

"Ada lagi yang perlu tanda tangan saya?" Sagara mengalihkan pembicaraan nya sembari menekan ujung pena.

"Sepertinya sudah semua. Kalau begitu saya permisi keluar."

Pak Joanes keluar meninggalkan ruangan pimpinan mudanya itu. Sisalah Sagara seorang diri di dalam sana. Cowok itu mengusap wajahnya kasar. Ia menarik napasnya berdiri berjalan kearah pintu ruangan lainnya. Sagara melempar seragamnya ke sembarang arah kemudian bergerak menuju kamar mandi.

Menghidupkan keran air wastafel. Sagara sedikit merunduk untuk membasahi wajah serta rambutnya.

"Nggak akan gue biarin kita selesai, Ra! Gue tahu lo masih cinta kan sama gue. Hati kita masih sama, Kara."

"Iya. Aku memang cinta sama kamu, Rez."

Rahang cowok itu mengeras. Tangannya terkepal kuat hingga akhirnya melayang ke arah cermin di depannya.

Prang!

Cermin itu remuk dan hancur. Pecahan kaca jatuh di sekitar tempatnya sementara Sagara masih menatap pantulan bayangannya di cermin yang sudah tak lagi berbentuk itu. Darah perlahan mengalir membasahi punggung tangannya sedangkan empunya sama sekali tidak berniat membersihkan. Ia mengacuhkan lukanya.

SAGARA :(He is my husband) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang