~HAPPY READING~Author pov.
Hufft akhirnya perkara perut tertuntaskan dengan bernafas lega. Arania merapikan sebentar rambutnya didepan cermin sebelum bergegas keluar kembali menuju kelas.
Namun baru beberapa langkah menjauhi toilet ia malah berpapasan dengan cowok yang selama ini selalu dirinya hindari. Rezvan.
"Minggir, aku buru buru." Kata Arania dingin.
Perempuan itu bersikap demikian untuk menutupi rasa takut yang selalu muncul terhadap Rezvan. Tidak. Arania harus berani menghadapinya sekarang dia tidak mau terus terusan dilihat lemah oleh lelaki brengsek itu.
"Kamu budeg hah? Aku bilang minggir Arez!" Sentak Arania yang membuat dirinya sendiri terkejut bisa bereaksi macam itu.
Tetapi hal tersebut tak membuat langkah Rezvan mundur melainkan kini ia menahan lengan si gadis yang hendak ingin pergi.
"Kasih kesempatan buat gue ngomong sebentar, Ra." Ucap cowok itu mencoba untuk tidak terpancing emosi.
"Jangan sentuh!" Geram Arania menatap tidak suka pada Rezvan yang berani menyentuh lengannya.
"Gue bakal lepasin kalau lo mau dengerin gue."
"Lima menit."
"Ra, kita balikan ya. Gue nggak bisa kehilangan lo, Kara."
Apa? Balikan? Jangan bermimpi. Arania berusaha setengah mati untuk sembuh sendiri dari sakitnya trauma yang disebabkan lelaki itu dan apa yang dia minta sekarang? Sadarkah dia?
"Enggak! Sampai langit runtuh pun aku nggak bakalan sudi balikan sama cowok kaya kamu." Ucap mutlak Arania.
Tidak peduli seberapa pun cowok itu memintanya kembali Arania tak akan pernah mau.
"Lo tahu kan, Ra, gue paling nggak suka terima penolakan. Kayanya lo lupa semenjak dekat sama sibangsat itu, hiya?!" Bentak Rezvan.
Sudah berkali-kali ia berusaha mengendalikan emosinya di depan cewek itu tetapi tetap saja sifat itu sudah berdarah daging. Hasilnya Rezvan selalu menimbulkan luka dan ketakutan bagi Arania. Bagaimana cara mendapatkan gadis itu lagi jika Rezvan selalu mendapat penolakan seperti ini. Bersikap lembut dan kasarpun tak ada gunanya.
"Nggak akan gue biarin kita selesai, Ra. Gue tahu lo masih cinta kan sama gue, hati kita masih sama, Kara."
"Iya, aku memang cinta sama kamu, Rez."
Di sisi lain tanpa disadari Rezvan dan Arania seseorang sedang mendengar pembicaraan mereka.
Tadinya ia ingin menuju lantai dua tempat ruangan kelasnya berada tetapi sebuah suara menarik perhatiannya untuk mendekat. Ada Arania dan Rezvan disana mereka tampak sedang mengobrol sesuatu. Pemilik netra dingin itu melangkah hendak menarik Arania menjauhi laki-laki itu namun ucapan yang dikeluarkan gadis itu seketika menyuruhnya untuk berhenti di tempat.
Rautan wajah tampan itu berubah cukup terkejut apa yang ia ketahui saat ini.
Bibirnya memberi suara tawa kecil yang hanya bisa ia dengar sendiri. Tawa yang terkesan miris. Dasi yang sedari tadi di genggam berubah menjadi kusut tak beraturan karena terlalu kuat dia remas. Setelah itu kakinya langsung memutar mengubah arah kembali menaiki anak tangga menuju kelas tanpa ingin mendengar kelanjutan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA :(He is my husband)
Fiksi Remaja(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) Perjodohan, hingga sampai menikah muda dimasa putih abu abunya. Tidak pernah terlintas di benaknya ia akan menjadi calon istri di usia mudanya. Arania kara atau kerap disapa Ara ialah siswi cantik yang memiliki bola m...