5. Pergi

129 21 1
                                    

"Ca... Aca... Buka, Ca. Ini kakak Ca" Haikal mengetuk pintu kosan Aca berkali-kali.

"Mas Haikal, Aca nya udah pindah" Ucap Sari. Gadis yang tinggal tepat disamping kamar Kosan Aca. Yang Haikal juga tau jika gadis tersebut teman Aca.

"Pindah? Kapan, Sar?" Haikal menatap Sari penuh tanya.

"Tadi siang kak. Aca pamit ke aku. Katanya dia mau pindah"

"Dia bilang ke kamu pindah ke mana?" Sari menggelengkan kepalanya.

"Maaf kak. Aca gak bilang ke Sari"

"Makasih, ya. Sar" Haikal memutuskan untuk pergi.

Raya. Menjadi tujuan akhir Haikal. Kepalanya dipenuhi Aca. Gadis tersebut pasti tidak baik-baik saja seperti dirinya. Namun kemana ia pergi. Kenapa ia harus menjauh darinya sampai seperti ini? Sungguh, Haikal tidak mengerti. Apakah ada yang gadis itu sembunyikan darinya? Oh sungguh, otak Haikal tak lagi bisa berpikir dengan benar.

"Ray, gue didepan. Bisa keluar sebentar?"

"Tunggu kak"

Panggilan suara terputus. Raya menghembuskan nafasnya berat. Ia tau Haikal akan menemuinya. Dengan langkah berat Raya menghampiri Haikal. Lelaki tersebut nampak kacau.

"Kak, duduk" Raya menghampiri Haikal yang sejak tadi berdiri didepan teras Raya. Menunggunya.

"Ray, pls. Jujur sama gue. Gue yakin lu tau Aca kemana"

"Kak-"

"Dia tiba-tiba minta putus, Ray. Gue gak tau apa salah gue sebenernya. Dia bilang kita bakal sama-sama sibuk. Kenapa gue ngerasa itu cuma alesan dia doang, Ray. Gue ke kosannya, kata Sari dia udah pindah" Raya bisa memastikan jika lelaki disampingnya amat frustasi.

"Pls, Ray kasih tau gue. Gue harus ketemu Aca, Ray. Gue gak bisa. Gue harus ketemu dia Ray" Haikal memelankan ucapannya.

"Kak, jujur gue gak tau Aca kenapa. Tiba-tiba dia bilang dia harus pindah tanpa penjelasan apapun. Gue juga bingung, Kak" ucap Raya menundukan kepalanya.

"Ray, gue cuma takut dia kenapa-napa" Degup jantung Raya berdegup kencang.

"Apakah lelaki tersebut sadar jika kekasihnya mengandung anaknya?" Batin Raya

"Kak, sorry. Gue juga gak tau, gue bingung. Gue gak tau kak" Lirih Raya. Suaranya tercekat. Haikal sadar. Gadis tersebut menahan tangisnya.

"Gue cuma takut, Ray. Gue tau dia nyembunyiin sesuatu dari gue. Gue takut dia nanggung sendiri kesusahannya. Dia cuma punya gue, Ray" Haikal mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Satu hal kak. Gue yakin, Aca pasti punya alesan. Entah apa. Yang gue yakin, dia pasti mikirin lu" Ucap Raya lagi.

"Sorry, kak" Bantin Raya.

Hening. Raya pun bingung. Tak tau apa lagi yang harus ia ucapkan pada Haikal. Dalam hatinya, ia merutuki tindakan bodoh Aca.

Haikal menatap sendu Raya. "Gue balik, Ray. Kabarin gue kalo lu dapet kabar dari Aca"

"Pasti, kak"

Haikal lantas memilih pergi. Ia tau jika tak ada hasilnya menanyakan pada Raya. Entah jujur atau tidak. Ucapan Raya terus terngiang di kepalanya.

***

Haikal memilih berkeliling. Membelah dinginnya Jakarta sehabis hujan malam itu. Toh jalanan masih cukup ramai bahkan saat jam sudah menunjukan pukul 12 malam.

"Aku bakal nungguin kamu, Ca" Batin Haikal.

Haikal memutuskan untuk pulang ke Studio. Studio tersebut sebenarnya milik Agam. Namun setiap anggota band memiliki kuncinya masing-masing.

Renjana ( Haechan - Chaeryeong ) ✅ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang