"Hasya— Jangan lari-lari. Nanti jatoh, Sayang" Aca setengah berteriak.
Sore itu, Aca berniat mengajak Hasya sekedar jalan-jalan di sebuah taman daerah Jakarta Barat. Selain karena Aca yang mulai sibuk bekerja. Aca pun sengaja memberikan hari Sabtu dan Minggu nya khusus untuk Hasya. Tak jarang Aca mengajak Hasya menginap di rumah Raya. Alasannya, kedua orang tua Raya yang rindu pada Hasya. Beribu syukur Aca panjatkan karena ia dikelilingi orang baik yang bahkan menyayangi Hasya.
Aca memilih duduk dibangku pinggrian lapang sedang Hasya berlarian kesana kemari. Toh sesekali Hasya masih ada dalam pengawasannya. Hasya pun cukup pintar untuk tak berlari jauh dari Aca.
Tanpa Aca sadari sejak tadi. Seseorang pun ada disana. Bertemu dengan Hasya.
BRUUKKKK......
Haikal yang tengah fokus pada Handphonenya berhenti tiba-tiba. membuat gadis kecil yang tengah fokus pada es krim nya menabrak kaki Haikal, hingga es krimnya terjatuh. dengan segera haikal membalikan tubuhnya. bisa ia lihat seorang gadis tengah berjongkok meratapi es krimnya yang jatuh. Air matanya sudah diujung mata. Wajahnya sudah amat sedih. setengah panik Haikal berjongkok. menyamai posisi sang gadis.
"Es krim nya jatuh om" ucap gadis tersebut mendongakan wajahnya. Menatap Haikal sedih. Dada Haikal bergemuruh. Bukan karena gadis kecil tersebut mulai menangis. Namun wajahnya. Wajah gadis kecil dihadapannya mirip dirinya. Entah, kegilaan macam apa hingga membuat Haikal meyakini bahwa gadis kecil tersebut mirip dengannya.
"Om, beliin yang baru ya. mau?" gadis berumur 4 tahun tersebut nampak berpikir sejenak. Namun tetap menganggukan kepalanya pada akhirnya, mengiyakan tawaran Haikal. Haikal tersenyum bahagia. Menjulurkan tangannya. Meminta sang gadis kecil meraihnya. Lagi, dadanya berdesir hebat. Ada rasa rindu saat tangannya menggenggam jemari mungil tersebut.
"Kamu mau rasa apa?" Tanya Haikal lembut.
"Mau yang Vanilla boleh, Om?" Tanya gadis kecil tersebut menatap Haikal penuh harap. Haikal tersenyum lembut.
"Mbak, Vanilla nya satu ya" lagi, gadis tersebut bahkan menyukai rasa yang sama dengannya. bukan, ini bukan sebuah kebetulan. Siapa gadis tersebut? Apakah anaknya? Oh sungguh, Haikal Renjana jangan gila. Pikirannya kembali penuh oleh Aca.
"Makasih, Om Baik. Hasya pergi dulu ya" Gadis tersebut melambaikan tangannya. Berlarian menghampiri seorang Gadis yang tengah berbincang. Baru Saja Haikal hendak mengamati gadis tersebut. Sebuah dering telpon mengintrupsinya. Haikal segera pergi. Seseorang diseberang telpon sudah cukup membawelinya.
"Ibund, Tadi es krim Hasya jatoh. Terus diganti sam Om Baik" Cerita Hasya. Membuat Aca mengernyitkan dahinya bingung.
"Om Baik? Siapa Sayang? Om Rafael?" Hasya menggelengkan kepalanya.
"Bukan. Om Baik, Ibund" Hasya mengulang ucapannya. Oh siapapun itu, Hasya berterimakasih banyak karena sudah membelikan Hasya es krim baru.
***
Haikal melangkahkan kakinya memasuki studio rekaman. Hanya ada Tio disana. Haikal merebahkan tubunnya disofa. Memejamkan matanya sejenak.
"Kenapa, lu?" Todong Tio.
"Bang, Gue yakin gue harus cari Aca, Bang" Haikal berujar tanpa membuka matanya.
"Tiba-tiba?" Tanya Tio bingung. Haikal mau tak mau mendudukan tubuhnya.
"Serius amat. Ngomongin apaan sih?" Ucap Rafael yang baru saja masuk. Ikut mendudukan tubuhnya disamping Haikal.
"Gue harus nyari, Aca. El" Jawab Haikal, mantap. Rafael menatap Haikal kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana ( Haechan - Chaeryeong ) ✅ [SELESAI]
Fiksi Penggemarsedikit cerita tentang pengeorbanan, cinta yang dalam dan bahagia yang diperjuangkan.