7. Hari-Hari ngidam 1

123 20 0
                                    

 Aca menghembuskan nafasnya berat. Morning sickness benar-benar membuatnya tak berdaya. Beruntung, ada Emih dan Abah. Orang kepercayaan Bunda nya dulu, yang dengan senang hati mau merawat rumah peninggalan Bunda nya dan merawat dirinya yang tengah hamil.

"Sabar ya neng. Hamil muda mah emang gitu. Mual-mual, lemes. Tapi neng juga harus paksain makan. Mau apa aja jangan segen bilang Emih ya" Ucap Emih mengelus surai hitam Aca. Ada rasa haru dihati Aca.

"Makasih ya, Mih. Maaf Aca ngerepotin Emih sama Abah" Lirih Aca memeluk wanita paruh baya tersebut.

"Hus... Engga atuh. Emih mah gak merasa di repotkan sama neng. Emih sama Abah insha Allah dengan senang hati merawat neng sama calon cucu Emih" Aca menganggukan kepalanya singkat. Tersenyum hangat.

"Mih, bisa bikinin lotek? Aca pengen mam lotek" ucap Aca malu-malu. Acep yang mendengar terkekeh.

"Eleuh, cucu Emih pengen emam lotek? Atuh gampang itu mah. Nanti Emih belanja ke pasar ya.

"Aca boleh ikut?" Tanya Aca dengan mata memohon.

"Neng yakin mau ikut ke pasar?" Aca menganggukan kepalanya yakin.

"Iya atuh, Mih. Udah lama juga Aca gak ke pasar. Biasanya kan suka banyak jajanan" Aca tersenyum. Memamerkan deretan giginya.

"Yaudah, Hayu"

"Yes! Makasih Emih" Aca memeluk Sumi singkat. Segera berganti pakaian. Sumi dan Acep yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya gemas.

Mood seseorang yang sedang hamil nemang tak bisa ditebak. Beberapa saat yang lalu Aca terlihat murung. Namun kemudian bersemangat dan sangat bahagia hanya karena hendak pergi ke pasar.

Aca seperti wanita hamil pada umumnya. Sesekali ia amat sangat mendambakan suatu makanan. Orang biasa menyebutnya ngidam. Namun Aca cukup sadar diri. Jika itu sesuatu yang sulit. Aca akan mencoba berdiskusi dengan sang jabang bayi. Meminta agar calon bayinya tersebut tak meminta yang sulit.

Jika itu hanya sebuah makanan yang bisa ia beli atau makanan yang bisa di buat. Aca akan berbicara pada Sumi. Seperti lotek. Sebelum mengatakannya. Aca terlebih dahulu mencari tau soal lotek. Apakah sulit atau tidak. Jika ia rasa mudah, Aca akan meminta Sumi membuatkannya.

Pergi ke pasar merupakan pilihan yang tepat. Sumi dan Aca membeli banyak lauk untuk dimasak. Dari sayur, ikan hingga daging. Belum lagi kue kue yang hampir tak pernah Aca temui di jakarta. Gadis tersebut tersenyum cerah. Matanya berbinar. Tangannya dengan lihai mengambil kue yang menarik matanya.

Tak lupa gadis tersebut memotret makanan tersebut. Ia kirim pada Raga dan Raya.

"Ih kayanya enak. Mauuuu" begitu jawaban Raya. Sedangkan Raga? Ah lelaki tersebut seperti masih marah kepadanya. Aca memilih diam. Yang terpenting dia selalu mengabari Mas nya.

Pagi itu Aca cukup bahagia. Pulang dari pasar wajahnya amat berbinar. Acep dan Sumi yang melihatnya pun ikut bahagia. Diam-diam, keduanya tau jika Aca sering menangis sendirian dikamarnya. Namun keduanya memilih pura-pura tak tau.

Seperti saat ini. Aca tiba-tiba ingin sekali mendengarkan suara Haikal. Gadis tersebut memilih mengirimin sahabatnya sebuah pesan.

Aca

Ray, lagi dimana?

Raya

Studio, Ca

Kenapa? Perut lu sakit? Lu mau lahiran?"

Aca

GILA LUUU!!

Gue baru 5 minggu ya anjir

Raya

Yaa maaf kan panik gue

Renjana ( Haechan - Chaeryeong ) ✅ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang