9. Pengakuan

151 24 0
                                    

 Waktu berlalu. Haikal dan The Y0ungz semakin bercahaya. Menjadi band Indie yang cukup dikenal banyak orang. Walaupun jarang tampil dilayar kaca. The Y0ungz memiliki banyak penggemar. Pun dengan seorang Haikal Renjana. Lelaki tersebut tak luput dari ketenaran. Rupa Haikal yang tampan, pembawaan yang ramah dan jahil membuat Haikal memiliki banyak fans wanita. Beberapa bahkan terang-terang ingin mendekati Haikal. Namun lelaki tersebut selalu menolak dengan lembut.

Arcalia Putri.

Satu nama yang sampai saat ini masih menjadi pemilik hatinya. Ia mungkin sakit, ia mungkin terluka. Namun jauh dilubuk hatinya, ia yakin jika Aca adalah jodohnya.

Rindu tentu saja. Haikal sangat merindukan gadis tersebut. Dari sekian banyaknya hari. Tak pernah ia lewati tanpa merindukan Aca.

"Kal, ngelamun lu. Kenapa sih?" Agam menepuk bahu Haikal pelan. "Aca lagi?" Tanya Agam paham.

"Gue kepikiran Aca, Gam. Tadi gak sengaja gue liat cewek diujung. Gue gak bisa liat jelas mukanya tapi gue bisa liat jelas kalo dia lagi hamil" Haikal menjeda ucapannya.

"Terus urusannya sama Aca apa?" Dahi Agam mengerut mendengar ucapan Haikal.

"Gue pernah ngelakuin hal bodoh sama Aca. Kita emang sama-sama mau waktu itu. Gue jadi kepikiran kalo Aca hamil gimana. Dia pasti kesusahan sendirian" Haikal menerawang. Matanya menatap langit-langit ruang tunggu.

"Kal, lu beneran hs sama Aca? Udah gila lu. Terus Aca gimana?" Haikal menghela nafasnya berat.

"Justru itu, Gam. Lu kan tau. Aca tiba-tiba aja mutusin gue dengan alasan yang gak masuk akal. Terus dia pergi gitu aja dari gue. Dari semua orang. Kalo ternyata Aca bener hamil anak gue. Anjing. Gam, gue bakal bertanggung jawab!" Jelas Haikal.

Agam tertegun. "Ya apapun yang terjadi sama Aca, gue yakin dia ambil keputusan ini bukan semata demi dia doang. Tapi demi lu juga. Gue gak terlalu deket sama Aca. Tapi setau gue dia cewek yang kuat Kal. Yang lu perlu lakuin tetep berdoa sama Tuhan" Agam memijat pelan bahu Haikal. Menyalurkan energi positif kepada sahabatnya.

"Gam, Gue balik duluan ya" Haikal beranjak dari duduknya.

"Balik ke rumah?" Agam hapal jika sedang kalut, Haikal akan pulang ke rumah sang bunda.

"Hmm. Kangen masakan bunda, Gue" Agam menganggukan mengpersilahkan.

"Ti-ati lu" Haikal melambaikan tangannya.

Malam minggu, jalanan Jakarta malam ini cukup ramai. Padahal sehabia hujan. Tak menyurutkan anak muda untuk tak berkeliaran. Butuh 30menit bagi Haikal untuk sampai disebuah rumah putih yang cukup besar bagi Haikal.

"Bundaaaaaa" Teriak Haikal. Sudah menjadi kewajiban jika ia pulang, ia akan meneriakan bunda.

"Berisik! Tumben lu pulang!" Selidik sang kakak yang Haikal panggil dengan sebutan Teteh.

"Ini masih rumah gue juga kalo lu lupa, Teh" Hana, sang kakak mencibir.

"Loh, Ical. Kok gak ngabarin pulang ke rumah? Tau gitu kan Bunda bisa masakin" Riana menghampiri kedua anaknya diruang tengah.

Haikal mencium tangan sang Bunda. Mengekori Riana duduk disampingnya. Menyenderkan kepalanya pada bahu Riana. Jika sudah begini, Riana yakin anak lelakinya tersebut sedang tidaj baik-baik saja.

"Kenapa?" Riana mengelus surai hitam Haikal, lembut.

"Bund. Maafin Ical ya, Bund. Ical udah bikin bunda kecewa" lirih Haikal dengan nada bergetar.

"Coba ceritain sama Bunda. Teh, minta tolong bawain air putih" Riana menggenggam erat jemari Haikal. Menyalurkan energi agar putranya mau bercerita.

"Ical, Udah ngelakuin hal bodoh sama pacar Ical. Kita kebawa suasana, Bund. Kita juga ngelakuinnya sama-sama sadar—" Haikal menjeda ucapannya. Riana memejamkan matanya. Jantungnya berdegup kencang. "Tapi sebulan kemudian. Dia putusin Ical, Bund. Dia pergi. Dia seolah ngejauh dari Ical. Ical gak tau dia dimana, keadaan dia gimana, dia hamil atau enggak. Ical gak tau, Bund. Ical harus gimana?" Haikal menangis tersedu. Ada rasa frustasi yang tersirat dari ucapan Haikal. "Maafin Haikal, Bund. Haikal udah ngecewain Bunda" Lirih Haikal lagi. Riana segera menarik putranya kedalam pelukannya.

"Bunda mungkin kecewa atas perilaku Ical. Tapi Bunda juga gak bisa marah karena nyatanya gadis tersebut milih pergi" Haikal masih terisak. "Ical udah coba nanya temennya?" Riana melepaskan pelukannya. Menatap Haikal sendu.

"Udah, Bund. Tapi gak ada yang tau satupun. Kalo memang Pacar Ical hamil. Ical bakal tanggung jawab bund. Ical gak akan kabur. Ical cinta sama Aca, Bund" Lirih Haikal.

"Ical, Bunda percaya. Bunda bangga sama Ical karena Ical mau tanggung jawab. Tapi kita gak pernah tau apa yang terjadi sama Aca. Kita tunggu ya, Cal. Kalo suatu saat nanti Tuhan pertemuin Ical sama Aca. Dan ternyata Aca beneran hamil anak Ical. Ical gak boleh pergi ya, Sayang. Ical lelaki. Harus bisa dipegang ucapannya" Riana menggeratkan genggamannya pada Haikal. Putranya tersebut mengangguk paham.

"Makasih, ya Bund" Riana mengangguk mengiyakan. "Sekarang, Mandi. Istirahat" Haikal pergi meninggalkan Riana dan Hana yang masih terdiam.

"Teteh kenal sama Aca?" Hana menggelengkan kepalanya.

"Teteh belum pernah ketemu Aca, Bund. Tapi Teteh pernah liat Ical upload foto Aca dulu. Tapi ya Teteh juga lupa, Bund" Hana menatap Riana sendu. "Maafin, Ical ya Bund" Hana mengulang ucapan sang Adik. Merasa perlu meminta maaf atas perilaku salah sang adik.

"Teteh, sini peluk Bunda" Riana melebarkan tangannya. Disambut hangat oleh Hana. Keduanya menangis tersedu. Diatas, Diam-diam Haikal menguping. Berulang kali merutuki kebodohannya.

"Ca, kamu dimana" Lirih Haikal.

"Ca, kamu dimana" Lirih Haikal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hallo guys!!Huhu maafin ya kalo chapter ini pendek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hallo guys!!
Huhu maafin ya kalo chapter ini pendek.
Maafkan atas segala typo dan cerita yang membosankan.
Hope you guys like it!

Feel free to vote and comment!

XOXO!!

Renjana ( Haechan - Chaeryeong ) ✅ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang