Siang itu Haikal memutuskan untuk menghampiri Hasya di sekolah bimbam nya. Lelaki tersebut amat merindukan putri kecilnya.
"Hasya" Panggil Haikal. Melambaikan tangannya. Melebarkan tangannya saat Hasya berlarian kearahnya.
"Om Baik" Hasya menghambur kedapan pelukan Haikal. Mendekap Haikal erat. Ada rasa tak suka saat Hasya memanggilnya dengan sebutan "Om".
"Hasya mau jajan eskrim dulu sama Om?" Haikal melepaskan pelukannya dari Hasya. menatap gadis kecilnya tersebut, lembut.
"Mau Om!" jawab Hasya menggenggam jemari Haikal, erat.
Aca mematung. Tubuhnya nampak kaku melihat Hasya bersama Haikal.
"Hasya, ayo pulang sama Ibund" Aca menarik Hasya dari genggaman Haikal. Menggendong Hasya karena putrinya tersebut enggan pergi. Haikal yang juga masih mematung kaget melihat Aca. Gadis yang ia rindukan dihadapannya. terlebih gadis tersebut menggendong Hasya begitu saja.
"Ibund, Hasya mau main sama om" Lirih Hasya tak Aca indahkan. Gadis tersebut masih memasang wajah yang cukup menakutkan bagi gadis sekecil Hasya. "Om—" Hasya mulai menangis. Aca tetap tak peduli. Aca segera membawa Hasya kedalam mobil agya miliknya.
"Ca, Aca. Dengerin aku dulu Ca" Haikal menggedor kaca mobil Aca. Meminta agar gadisnya tersebut mendengarkannya. Namun nihil. Aca memilih pergi membawa Hasya. Haikal menghentakan kakinya. Mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Om baik—" Tangis Hasya tak mau berhenti.
"Hasya! Berhenti nangis!" Ucap Aca dengan nada sedikit tinggi. Membuat Hasya mau tak mau berhenti menangis mendengar nada bicara Aca yang meninggi. Perlahan, gadis tersebut mulai tertidur.
Aca segera merebahkan tubuh mungil putrinya dikasur perlahan. Mencoba tak membangunkan putri kecilnya. Aca menatap sendu Hasya. Air mata diujung masih tersisa. Rasa bersalah menghantuinya. Tapi Aca benar-benar kaget. ia tak pernah siap Hasya akhirnya bertemu dengan Haikal ayah kandungnya.
Aca memang merindukannya, Haikal. Tapi ia terlalu pengecut untuk bertemu Haikal. Ia terlalu takut dan malu untuk melihat Haikal.
"Maafin, aku kak" Lirih Aca. Menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Menangis dalam diam.
***
Lelah menangis. Aca bergegas membersihkan badannya. Ia butuh istrirahat. Setidaknya ia masih bisa berpikir waras. Setelah selesai membersihkan badan, Aca kembali ke tempat tidur. Malam itu, Aca memilih tidur bersama Hasya. Aca hendak merapihkan selitmut Hasya, namun matanya membulat sempurna. Terlalu kaget dengan tubuh Hasya yang amat panas. Dengan segera Aca memakaikan jaket pada Hasya. menelpon Raya namun nihil. Aca pun sedikit menyesal. Toh ini sudah pukul 12 malam. Tak mungkin sahabatnya tersebut mengangkat telponnya. Dengan panik Aca segera mencari taxi. Beruntung sebuah taksi masih beberapa yang berkeliaran.
"Gimana, dok kondisi Hasya?" Tanya Aca pada seorang dokter perempuan.
"Kita udah ambil sample darah Hasya. Kita liat besok buat hasilnya ya. Mudah-mudahan juga besok panas Hasya udah turun" Ucap Dokter tersebut tersenyum hangat.
"Terimakasih, Dokter Hana" Hana mengangguk mengiyakan.
"Oh iya, kita pernah ketemu sebelumnya? Saya ngerasa wajah kamu gak asing" Tanya Hana mencoba mengingat namun gagal.
"Mungkin karena saya beberapa kali kesini? Kita sering pas-pasan. Tapi kayanya Dokter gak sadar" Jelas Aca.
"Yaudah, saya pamit ya" Aca mengantar Hana sampai depan pintu.
Aca medudukan dirinya dikursi disamping ranjang. Memegangi tangan Hasya yang masih terasa panas. Dokter baru saja memberitahunya bahwa tak ada masalah dengan tubuh Hasya namun begitu, Ia masih harus menunggu hasil test darah Hasya besok. Dalam hatinya beribu doa Ia panjatkan agar Hasya sehat selalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana ( Haechan - Chaeryeong ) ✅ [SELESAI]
Fanficsedikit cerita tentang pengeorbanan, cinta yang dalam dan bahagia yang diperjuangkan.