Dengan malas Haikal memarkirkan mobilnya di area rumah sakit. Jika bukan sang Bunda yang memintanya ia benar-benar malas.
"Gue udah didepan, Teh. Lu buruan deh kesini"
"Iya bawel gue jalan"
"Hmm"
Haikal mematikan sambungan telponnya. Menunggu Hana di lobby rumah sakit. Menatap sekitar. Hingga manik coklatnya menangkap seorang gadis yang tengah menggendong bayi bersama seorang lelaki di sampingnya.
"Aca" Lirih Haikal.
"Wey, Cal" Hana menepuk bahu Haikal.
"Anjing, Kaget Teh" Gerutu Haikal.
"Kenapa sih? Liatin siapa?" Hana ikut mengedarkan pandangannya.
"Engga bukan siapa-siapa. Nih. Lain kali jangan nyuruh-nyuruh bunda deh" Haikal menatap sang kakak kesal. Sedang yang ditatap hanya memberikan cengiran khasnya.
"Makasih, Ganteng. Dah ah. Gue masuk ya. Bye" pamit Hana meninggalkan Haikal yang masih mematung. Mengingat-ingat apakah benar gadis yang baru saja dilihatnya Aca? Hendak mengejar namun tak satupun sosok tersebut ia temukan.
"Kamu yakin Ca mau pulang ke rumah mu aja?" Tanya Raga, sepupu Aca yang tinggal Di Canada. Raga selama ini memantau Aca lewat sambungan telpon. Saat dikabari Emih bahwa Aca sudah melahirkan, lelaki tersebut segera terbang ke Indonesia. Menemani sepupunya tersebut.
"Iya, Mas. Lagian di rumah kan ada Abah sama Emih. Aman kok, Mas" Aca mencoba meyakinkan kakak sepupunya tersebut.
"Yaudah, Mamih sama Papihh titip salam. Mereka gak bisa ikut pulang ke Indonesia" Aca tersenyum hangat.
"Gak pa-pa, Mas. Makasih Mamih sama Papih udah bantuin aku. Maaf ya mas, aku malah ngerepotin keluarga Mas Raga" Sendu Aca.
"Kok ngomongnya gitu? Gak dong. Udah ah yuk kita pulang. Temen kamu juga udah nunggu disana" Aca menganggukan kepalanya. Ia tatap lekat-lekat wajah putri kecil dipangkuannya. Cantik. Lucu. Benar kata Raya dan Rafael. Wajah Hasya begitu mirip dengan sang Ayah.
"Ca, kamu bener gak akan kasih tau Ayah nya?" Raga menatap Aca sekilas sebelum kembali fokus pada jalan didepannya.
"Iya, Mas" Pendek Aca. "Aku gak mau ngerusak karir kak Haikal, Mas. Lagian Hasya udah cukup punya aku. Punya Mas. Ada Raya sama Kak Rafael. Terus Emih sama Abah" Jelas Aca mengelus lembut pipi chubby Hasya.
Raga memilih diam. Tak melanjutkan ucapannya. Jika sudah begini, Keputusan yang Aca buat tak lagi bisa ia ubah.
***
Raga memilih untuk tinggal bersama Aca seminggu lagi. Takut-takut jika adik sepupunya mengalami baby blues. Ia hanya ingin mendampingi gadis tersebut.
"Ca, kenapa?" Raga menghampiri Aca yang mendudukan tubuhnya di kasur. Menatap baby Hasya yang tertidur pulas.
"Aku harus bangunin Hasya buat aku kasih Asi, mas. Tapi gak tega banguninnya. Dia lagi tidur pulas" Ucap Aca lirih. Matanya sudah berair.
Raga tersenyum hangat. Tangannya ia arahkan pada pipi bayi mungil tersebut. Membuat sang bayi sedikit terusik.
"Yuk, dikasih Asi dulu" Raga menatap Aca lembut
"Makasih, Mas" Raga mengangguk. Meninggalkan Aca agar lebih leluasa menyusui bayinya.
Raya dan Rafael selalu menyempatkan mampir. Pun dengan Herlina, Ibu Raya. Sesekali datang untuk mampir. Bahkan menginap di rumah Aca demi memastikan bahwa Aca dan Bayinya baik-baik saja.
Beribu syukur Aca panjatkan atas orang-orang baik disekitarnya.
Pagi itu Aca nampak sendu. Tatapannya kosong, Aca melamun. Bahkan kehadiran Raga disampingnya pun tak ia sadari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana ( Haechan - Chaeryeong ) ✅ [SELESAI]
Fiksi Penggemarsedikit cerita tentang pengeorbanan, cinta yang dalam dan bahagia yang diperjuangkan.