16. Maaf

117 20 0
                                    

 "Ca!" Aca segera memeluk Raya erat. Aca tak lagi menahan tangisnya. Malam itu, Aca hanya ingin menangis sesegukan dalam pelukan Raya. sedang Raya memilih membiarkannya.

"Udah tenang?" Raya menyodorkan segelas air putih pada Aca. "Minum dulu, Ca" ucap Raya, di iyakan Aca tanpa penolakan.

"Kak Haikal ketemu Hasya, Ray" lirih Aca. Dengan tatapan kosongnya.

"Gue tau, Ca. Kak Haikal— kak Haikal— Sorry Ca" Raya tak melanjutkan ucapannya. Aca paham. ia memilih memeluk Raya erat.

"Gak pa-pa Ray. Maaf yah. Kak Haikal pasti marah banget sama lu sama kak El? Maaf bawa-bawa kalian" lirih Aca menundukan kepalanya.

"Caa, engga. Pls gak usah minta maaf okey?"

Aca menatap Hasya yang tengah terlelap dalam tidurnya. "Hasya keliatan seneng banget ketemu Kak Haikal, Ray. gue jahat ya Ray? Gue sejahat itu sama Hasya sama kak Haikal?" Aca menatap nanar gadis kecilnya.

"Engga, ca. Engga ada yang salah. Stop nyalahin diri lu sendiri oke?" Raya menggenggam tangan Aca erat. Sebuah telpon mengintrupsi keduanya.

"Hallo kak"

"Aca gimana, Ray?"

"Aca udah gak pa-pa kak. Kak Haikal?"

"Haikal pergi. Aku gak tau dia kemana, Ray. Kamu kapan pulang?"

"Maleman mungkin kak. Kakak kalo sibuk nanti aku pake gojek aja"

"Enggak. Nanti kamu kabarin aja kalo udah mau pulang. Biar aku jemput"

"Oke, Kak"

Raya memutuskan sambungan telponnya. Aca menatap Raya penuh tanya. Tentu saja gadis tersebut ingin tau perihal Haikal. Diam-diam, dia pun mengkhaatirkan Haikal.

"Apa katanya, Ray? Kak Haikal gimana?" Raya tau. Raya amat tau, jika sejujurnya Aca bahkan masih sangat mencintai Haikal. Bahkan setelah 5 tahun. Aca yang diam-diam masih mencari tau kegiatan Haikal, Aca yang diam-diam masih mengkhaatirkan Haikal saat Raya bercerita Haikal sakit. Raya tau.

"Kak Haikal pergi. Dia marah. Tapi gue yakin dia butuh nenangin diri juga, Ca. dia bener-bener shock. dia bahkan nyalahin dirinya sendiri. Ca" ucap Raya kembali membuat Aca menangis.

"Gue takut Kak Haikal kenapa-napa, Ray" Aca menatap Raya dengan mata yang sudah sangat sembab.

"Ca, percaya sama gue, dia bakal baik-baik aja. Dia cuma butuh waktu" Raya meyakinkan.

"Gue siap Ray, kalo emang kak Haikal gak mau nerima Hasya" Aca tersenyum getir.

"Kok ngomongnya gitu. Gue yakin kak Haikal pasti nerima Hasya, Ca. Sekarang, berhenti mikirin kak Haikal. Lu juga perlu mikirin diri lu sendiri" Raya menarik Aca ke dapur. "Lu harus makan" Paksa Raya, Aca terkekeh melihat tingkah laku sahabatnya.

***

"Lu yakin gak mau gue nginep aja?" Raya menatap Aca cemberut.

"Gak, lagian gue udah gak pa-pa kok. udah balik gih." Aca memberikan senyum terbaiknya. Mencoba meyakinkan sepasang kekasih tersebut bahwa ia baik-baik saja.

"Lu serius Ca? Gue gak maslah kalo Raya harus nginep disini nemenin lu" Rafael menatap Aca lagi. Aca menggelengkan kepalanya.

"Gue serius kak. Beneran gue gak pa-pa"

"Yaudah, kita balik. Kalo ada apa-apa pls telpon gue langsung" Aca menganggukan kepalanya mengiyakan ucapan Raya.

"Maaf, Ray. Gue pengen sendirian malem ini" lirih Aca. Melihat mobil yang dibawa Rafael semakin menjauh dan hilang dari pandangannya.

Renjana ( Haechan - Chaeryeong ) ✅ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang