Sudah 2 hari sejak Haikal mengutarakan keinginannya untuk keluar dari The Y0ungz. Siang itu Rafael memintanya untuk datang ke Studio. Haikal tau ia tak bisa terus menghindarinya. Perihal Agam dan Nando pun. Harus ia selesaikan.
"Kal, Udah dateng" Rafael mendudukan dirinya tepat disamping Haikal.
"Yang lain?" Mengamati studio yang nampak sepi hari itu.
"Bentar lagi, paling" Rafael memejamkan matanya. Haikal tak menjawab. Memilih sibuk dengan handphonenya.
"Agam sama Nando masih marah?" Haikal menatap Rafael yang masih memejamkan matanya.
"Masih" jawab Rafael singkat. "Eh anjing. Gue juga marah ya sama lu, nyet!" Rafael membuka matanya. Membenarkan posisi duduknya. Menatap tajam Haikal. Sedang Haikal hanya terkekeh menanggapinya.
Tak lama Agam, Nando dan Tio datang. Ketiganya duduk disofa.
Hening.
"Gam, Sorry!" Ucap Haikal akhirnya. Membuka percakapan.
"Gue juga minta maaf, Kal. Sorry gue egois" Haikal menatap Agam tertegun.
"Gue juga" Nando menimpali. "Sorry gue emosi kemaren" Tambah Nando.
"Walaupun jujur kita kecewa sama keputusan lu—" Agam menjeda ucapannya. "Tapi ya, lu juga punya alasan. Dan mungkin kalo gue ada diposisi lu pun. Gue akan ngambil keputusan kaya lu" Agam menatap Haikal tersenyum hangat.
"Tapi lu bener-bener yakin buat keluar? Lu udah jelasin sama Aca semuanya kan? " Rafael memastikan.
"Udah. Gue udah ngobrol sama Aca" Haikal terkekeh. Yang lain justru menatap Haikal heran. "Tapi tiap kali gue liat Hasya. Gue selalu ngerasa bersalah karena gak ada disamping Aca pas dia lahir, gak adzanin dia waktu dia lahir, gak ada waktu dia pertama jalan. Anjing kok jadi sedih" Haikal menundukan kepalanya.
Rafael merangkul bahu Haikal. Memberikan kekuatan pada sahabatnya. "Lu gak perlu merasa bersalah. Karena lu gak terlambat. Kalo lu merasa bersalah kasian Aca yang udah relain waktunya demi lu" Ucap Rafael dijawab anggukan oleh Agam dan Nando.
"Lu bisa ganti waktu yang kemaren sekarang, Kal. Lu masih bisa temenin Hasya sekolah. Denger Hasya cerita soal temen cowoknya" Seru Tio
"Anjing, Bang. Hasya Aja baru 4 taun. Masa udah ngomongin cowok" Haikal menatap Tio tajam.
"Belum tau aja. Tunggu sampe Hasya sekolah TK" Tio terkekeh.
Haikal mendelik sebal. Menatap sahabatnya sekali lagi satu persatu.
"Santuy, Kal. Toh lu masih jadi Produser kita. Jadi ya lu masih bisalah tipis-tipis nyanyi sama gitaran bareng kita" Nando menaikan alisnya sebelah.
Mata Haikal menatap Tio. Tio memberikan anggukan. "Gue udah jelasin ke mereka" Haikal tersenyum lega.
"Makasih, Bang" Tio menatap Haikal. Mengangguk mengiyakan.
"Sorry, gue udah nonjok lu kemaren" Agam menjulurkan tangannya tentu saja disambut hangat oleh Haikal.
"Haha. Gak masalah. Lu berhak nonjok gue. Toh gue masih tetep ganteng"
"Anjing lu" Pekik Agam.
"Nyebat yuk. Diluar dah" ucap Nando tak mau terlalu larut dalam suasana sedih yang justru menjadi sengit.
"Yuk dah. Berasa gerah didalem. Gue rasa AC nya rusak" Ucap Tio melenggang keluar lebih dulu bersama Nando. Haikal, Agam dan Rafael tertawa melihat tingkah laku Nando dan Tio.
"Gimana Aca? Kapan lu nikahin Aca?" Agam menrangkul bahu Haikal. Rafael hanya mengekori dari belakang.
"AYAH!" Panggil sebuah suara kecil yang sudah sangat Haikal hafal. Wajah Haikal mendongak kearah sumber suara. Mendapati seorang gadis kecil tengah berlarian ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana ( Haechan - Chaeryeong ) ✅ [SELESAI]
Fanfictionsedikit cerita tentang pengeorbanan, cinta yang dalam dan bahagia yang diperjuangkan.