4. Break up

143 22 0
                                    

 "Hi, Kak" Aca menghampiri lelaki yang sejak tadi tengah asik dengan Gitarnya. Aca memilih menghampiri Haikal di studio. Tentu saja setelah berbicara pada Rafael dan kedua sahabat Haikal yang lainnya agar memberi mereka berdua ruang untuk berbicara.

"Hi, Sayang. Kok gak bilang mau kesini? Sini, duduk" Haikal menepuk sofa disampingnya. Aca mengikuti. Lantas, menatap Haikal dalam. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Udah makan?" Haikal menatap Aca dalam. Aca hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan.

"Kak" Lirih Aca. Jantungnya berdegup kencang.

"Hmm" Haikal menaruh Gitarnya. Memindahkan seluruh atensinya pada Aca, kekasihnya.

"Boleh nanyaiin aku Cean Jr - YK?" Aca menatap Haikal lembut.

"As your wish baby" Haikal mulai menyanyikan lagu tersebut.

Never thought about a day that I'll be needin' more

Of this feelin' I can't hide it to you anymore

The way you look the way you move you heatin' up the floor

Babe you got that somethin' special knockin' on my door

Oh woah

Baby you know (baby you know)

Know I can't control (know I can't control)

Can't handle this feelin' babe

Stop teasin' me

No I ain't playin' games (ain't no playin' games)

Aca tersenyum lembut mendengarkan Haikal membawakan lagu favoritenya.

"Yeeyyy" Aca memberikan tepuk tangan pada saat lelaki tersebut berhasil menyelesaikan lagunya.

"Kok nangis?" Haikal mengelap air mata Aca yang jatuh tanpa ia sadari. Gadis tersebut memilih memeluk Haikal erat. "Kenapa, sayang?" Tanya Haikal lembut. Mengelus surai hitam Aca. Aca hanya memberikan sebuah gelengan. Entah kenapa bibirnya terasa kelu. Ia bahkan tak bisa mengatakan apapun pada Haikal.

Aca melepaskan pelukannya dari Haikal. Ia tatap wajah Haikal lama. Tangannya terulur merapihkan rambut Haikal. Ia selalu suka melihat Haikal dari jarak sedekat ini. Keduanya beradu tatap. Haikal mendekatkan wajahnya. Mengeup bibir Aca pelan. Gadis tersebut membalas ciuman Haikal.

Hatinya mencelos. Rasanya sakit sekali membayangkan bahwa ini menjadi ciumannya yang terakhir bersama Haikal. Hatinya kembali bertanya. Benarkah keputusan yang sudah ia ambil? Haruskah ia benar-benar menjauh?

"Cantik" Ucap Haikal merapihkan rambut Aca. Tersenyum lembut.

"Kak, kayanya aku gak bisa lanjutin hubungan kita. Aku mau put—"

"Hey, hey. Maksud kamu apa? Ca, sini liat aku. Coba bilang sekali lagi"

"Let's break up, kak"

"Kenapa? Tiba-tiba? Sayang, no. Maafin aku, oke??"

Aca menggelengkan kepalanya. Air matanya berhasil lolos.

"Maaf, Kak. Aku gak bisa. Maafin aku" Ucap Aca. Haikal menatap Aca bingung.

"Salah aku apa, Ca? Seenggaknya jelasin" Haikal menggenggam jemari Aca erat.

"Kita mulai sibuk sama urusan kita masing-masing kak. Aku sibuk sama kuliah aku. Kakak juga sibuk kuliah, sibuk sama Band kakak. Aku gak akan selalu bisa nungguin kabar dari kakak. Kakak juga gak akan selalu bisa ngasih kabar aku" Lirih Aca menundukan kepalanya.

"Makasih udah jadi lelaki hebat buat aku, Kak" Aca menatap Haikal sendu.

"Ca, bilang kalo kamu cuma becanda. Iya kan sayang?" Haikal memegangi pipi Aca.

"Aku serius kak. Maaf" Aca menatap Haikal. Mengecup pipi Haikal singkat. Lelaki tersebut nampak terdiam. Membiarkan gadisnya pergi begitu saja.

Tiba-tiba saja gadis yang dicintainya memintanya putus. Tanpa Haikal tau apa salahnya. Sakit? Tentu saja. Bahkan untuk sebuah alasan yang sudah ia dengarpun entah kenapa terdengar bohong.

"AH, ANJINGGGG!!!" Haikal mengacak-acak rambutnya frustasi. Meraih handphone di atas meja. Mencoba menelpon gadisnya yang pergi meninggalkannya, Namun nihil. Tak satu pun telponya dijawab, tak satupun pesannya dibalas. Lelaki tersebut hampir gila.

"SIALAN! KOK JADI GINI SIH ANJING!!" Haikal bahkan tak tau harus berbuat apa. Kepalanya penuh dengan pertanyaan tentang apa salahnya sebenarnya? Karena sebuah kesibukan? Benarkah? Ataukah gadisnya sudah memiliki lelaki lain? Saat itu juga Haikal memilih pergi. Mencoba meminta kejelasan dari Aca.

Dilain sisi. Aca menangis tersedu dalam pelukan Raya. Hatinya amat sakit. Meninggalkan Haikal tak pernah terpikir olehnya. Ia amat sangat mencintai lelaki tersebut. Haikal seperti penyelamatnya saat ia terpuruk karena kepergian sang Bunda.

"Ca, Jadi pergi sekarang?" Aca menganggukan kepalanya lemah. Setelah menghampiri Haikal. Aca memutuskan untuk pergi dari kosannya saat itu juga. Ia tak ingin lagi bertemu Haikal. Ia tak ingin keputusannya hancur karena rasanya pada Haikal yang masih sangat besar.

Beribu maaf ia ucapkan dalam hati untuk Haikal. Aca mungkin egois. Namun gadis tersebut hanya ingin melihat lelakinya sukses.

"Maafin, Aca kak" lirih Aca pada dirinya sendiri. Mencoba menahan tangisnya. Tak lagi mau menunjukan tangisnya dihadapan Raya dan Rafael. Sudab cukup ia membuat keduanya khawatir.

 Sudab cukup ia membuat keduanya khawatir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HALLO GUYSSS!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HALLO GUYSSS!!

another part updated.

maaf kalo ceritanya gajelas atau banyak typonya.

hope you guys like it!

enjoyyyyy!!

feel free to vote and comment <3

XOXO!!

Renjana ( Haechan - Chaeryeong ) ✅ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang