Tokk Tokk
Dahi Aca mengerut. Pasalnya sudah jam 10 malam. Siapa yang akan datang selarut ini. Haikal? Pikir Aca.
"Kak Haikal" Aca tersentak kaget saat dilihatnya sosok Haikal didepan pintu. Walaupun gadis tersebut sudah menebaknya. Haikal, Lelaki tersebut memeluk Aca erat. Membenamkan wajahnya pada leher Aca.
"Kakk" Aca mengelus punggung Haikal, lembut. Aca tau ada yang tak beres dengan lelakinya tersebut.
"Aku mau tidur sama Hasya malem ini. Boleh kan?" Haikal menatap wajah Aca sendu. Sebuah senyum coba Haikal berikan. Aca memberikan anggukan sebagai jawaban.
"Kakak udah makan?" Haikal menganggukan kepalanya, bohong.
Haikal memilih pergi menuju kamar Hasya. Kasur Hasya cukup besar untuk menampung Haikal disebelah Hasya. Dengan perlahan, Haikal membaringkan tubuhnya di kasur. Ia miringkan tubuhnya agar mampu memandangi wajah sang putri dengan leluasa. Gadis tersebut terusik. Ikut memiringkan badannya. Seolah tau kehadiran Haikal disampingnya. Haikal memeluk erat tubuh putri kecilnya.
"Maafin ayah ya, sayang" Lembut Haikal mengecup kening Hasya singkat sebelum memejamkan matanya.
Aca termenung didepan televisi yang masih menyala. Wajah Haikal lebam. Ia tau jika lelaki tersebut mungkin berkelahi. Aca menghembuskan nafasnya panjang. Mungkin ia harus menunggu Haikal untuk bercerita padanya besok.
Sebelum masuk ke kamarnya. Aca memilih mengecek Haikal dan Hasya. Perlahan, Aca memasuki kamar Hasya. Bibirnya tersenyum melihat Haikal tertidur sembari memeluk Hasya. Pun dengan Hasya yang nampak nyaman dipeluk Haikal. Hatinya menghangat. Perlahan, Aca sematkan selimut untuk keduanya. Sebelum kembali ke kamarnya.
***
Sebuah lengan kekar melingkar erat pada pinggang sang gadis. Memeluk gadis tersebut dari belakang. Aca yang tengah sibuk dengan masakannya sedikit tersentak, kaget.
"Pagi, sayang" Ucap Haikal menyenderkan kepalanya pada bahu Aca. Tentu saja membuat jantung sang gadis berdegup kencang. Sebisa mungkin gadis tersebut menormalkan jantungnya. Membiarkan Haikal memeluknya untuk beberapa saat.
Dirasa cukup tenang, Aca memegangi kedua tangan Haikal agar lelaki tersebut melonggarkan pelukanya. Tentu saja Haikal menurut.
Ia melonggarkan pelukanya agar gadis tersebut bisa berbalik.
"Pagi, Kak" Aca tersenyum lembut. Meraih jemari Haikal untuk digenggam kemudian menarik Haikal agar lelaki tersebut duduk disofa.
"Sini, kak. Duduk dulu" Haikal menatap Aca yang sudah memegangi kotak p3k. Haikal menghembuskan nafasnya kasar.
Haikal pikir gadis dihadapannya akan banyak bertanya tentang luka yang ia dapat. Nyatanya gadis tersebut sangat fokus mengobati lukanya. Perlahan.
"Selesai. Sakit?" Tanya Aca memastikan.
Jantung Haikal berdegup kencang entah sudah keberapa kalinya. Pasalnya Aca bukan hanya cantik. Tapi benar-benar mengerti apa yang harus dilakukan.
Haikal menggelengkan kepalanya. Sungguh, tak sakit sama sekali. Ia lebih merasa bersalah pada gadis dihadapannya karena tak bisa menjelaskan. Sebuah anggukan diberikan Aca.
"Ibund" Panggil Hasya.
"Bentar ya, Kak. Hasya udah bangun" Aca beranjak. Meninggalkan Haikal yang masih mematung di ruang tengah. Ingin sekali berbicara dengan Aca. Namun ia tak ingin gadis tersebut sedih.
"Kak, Ayo sarapan dulu" Panggil Aca. Membuyarkan Haikal dari lamunannya. Menyadari bahwa Hasya sudah bangun. Segera Haikal mengambil Hasya dari gendongan Aca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana ( Haechan - Chaeryeong ) ✅ [SELESAI]
Fiksi Penggemarsedikit cerita tentang pengeorbanan, cinta yang dalam dan bahagia yang diperjuangkan.