30. Tumbang

113 16 0
                                    

 "Kak, bener gak cape? Sini aku aja yang  nyetir" Ucap Aca Menatap Haikal khawatir.

"Aku gak pa-pa, sayang" balas Haikal. Menjulurkan tangannya. Menarik tangan gadis di sampingnya. Aca terdiam. Jika Haikal sudah memanggilnya sayang. Sudah dipastikan wajahnya akan memerah. Jantungnya berdegup kencang. Aca tak lagi berkutik.

"Berat gak?" Aca menatap Haikal bingung.

"Hasya" Ucap Haikal lagi.

Aca menggelengkan kepalanya. "Enggak kok, Kak" Jawab Aca tersenyum.

"Kita mampir ke depan sebentar ya" Haikal melepaskan tautan jemarinya. Memarkirkan mobilnya didepan sebuah Baby shop.

"Sebentar ya, kamu tunggu disini aja" Haikal tersenyum kemudian turun dari mobil. Sementara Aca menatap punggung lelaki tersebut bingung. Terkadang isi kepala lelaki tersebut tak bisa ia tebak. Selalu ada saja kejutan baginya.

15menit berlalu. Haikal kembali dengan sebuah Car Seat yang ia bawa dibantu seorang pegawai. Dengan gesit, Haikal dibantu pegawai mesang Car seat tersebut dibangku belakang.

"Sini, biar Hasya tidur dibelakang" Haikal menggendong Hasya dari pangkuan Aca perlahan. Tak mau membangunkan putri kecilnya. Dengan telaten Haikal menidurkan Hasya di Car Seat barunya. Haikal tersenyum puas melihat Car Seat yang ia pilih cocok dengan tubuh Hasya.

"Kak, padahal aku gak pa-pa kok" Aca menatap Haikal yang baru saja duduk dikursi kemudi, tak enak.

"Hasya kan udah lumayan berat, Ca. Lagian jarak Studio ke rumah kamu sejam. Kasian juga Hasya kalo tidur kaya gitu" Haikal menempelkan satu tangannya pada pipi Aca. Mengelus pipi chubby Aca lembut. Aca meraih tangan Haikal dari pipinya. Menggenggamnya erat. Aca selalu suka saat jemarinya menggenggam erat jemari Haikal. Hangat.

"Lagian kan kalo Hasya di belakang. Kita jadi bisa pacaran, Ca" Ucap Haikal dijawab delikan oleh Aca. Haikal terkekeh melihat wajah lucu Aca.

***

Haikal sudah menidurkan Hasya di kamarnya. Mengecup dahi Hasya saat putrinya tidur sudah menjadi kebiasaannya.

"Mau aku bikinin minum dulu kak?" Aca menatap Haikal yang nampak lelah.

"Aku langsung pulang aja ya. Gak pa-pa kan?" Aca hanya memberikan sebuah anggukan. "Besok aku jemput ya. Kita ke rumah Bunda. Katanya bunda kangen kalian" Aca tersenyum cerah.

"Iya, Kak" Baru saja Haikal melangkahkan kakinya. Aca menanggil Haikal pelan.

"Kak" Haikal membalikan badannya. "Boleh peluk dulu gak?" Tanya Aca. Tersenyum hangat pada Haikal. Haikal tersenyum bahagia. Menghampiri gadis tersebut memeluknya erat. Mengecup dahi sang gadis singkat. Dapat dipastikan gadis tersebut salah tingkah.

"Udah gih sana pulang" Aca mengusir Haikal pelan.

"Tadi aja minta peluk. Sekarang diusir" Haikal mencibir.

"Kakak! Udah sana. Udah malem. Kabarin kalo udah sampe" Haikal terkekeh mendengar omelan Aca.

***

Sudah pukul 12 siang. Haikal tak kunjung datang menjemputnya. Telpon pun tak ia angkat. Khawatir mulai menyelimuti. Aca tau ada yang tak beres dengan Haikal. Aca memakaikan Hasya jaket. Mengotak-atik handphonenya. Menunggu grab datang menjemput.

Rumah Riana menjadi tujuan Aca. Gadis tersebut memilih menyambangi Rumah Riana terlebih dahulu. Setidaknya jika Haikal belum datang ia bisa menitipkan Hasya pada Riana. Hatinya sejak pagi tak tenang. Terlebih lelaki tersebut tak ada kabar.

"Siang, Bunda" Aca memasuki rumah Riana.

"Aca, loh Hasya tidur?" Aca hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Riana. "Yaudah yuu tidurin aja dikamar Bunda, Ca" Riana menawarkan.

Renjana ( Haechan - Chaeryeong ) ✅ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang