3. Janji

147 19 0
                                    

 "Ca, astaga! Mual banget?" Raya menghampiri Aca yang baru saja keluar dari kamar mandi. Aca sedikit kaget, melihat Raya dihadapannya. "Nih, gue bawain bubur. Makan dulu yuk"

"Gak nafsu, Ray" Pelan Aca. "Mual" tambah Aca lagi. Gadis tersebut nampak kacau. Matanya sembab. Wajahnya pucat. Belum lagi, tubuhnya yang lemas.

"Iya, Ca. Tapi lu harus paksain. Lu sekarang punya bayi di perut lu. Lu harus sehat biar dia sehat juga, Ca" pinta Raya. Aca justru memeluk Raya erat. Menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Raya.

"Makasih, lu masih mau jadi temen gue. Makasih lu masih mau dateng kesini. Maaf gue ngecewain lu" Raya membalas pelukan Aca erat.

"Maaf juga kemaren gue emosi. Gue gak akan ninggalin lu, Ca. Lu punya gue, Ca. Jadi pls, jangan jauhin gue. Oke?" Aca melepaskan pelukannya. Menatap Raya sendu.

"Janji" Ucap Aca tersenyum.

"Yaudah, sekarang makan dulu ya buburnya. Kata Ibu kalo mual gini paksain makan bubur" Ucap Raya.

"Ibu udah tau?" Raya memberikan sebuah anggukan sebagai jawaban. "Ibu pasti kecewa sama gue" Lagi, Aca mendudukan kepalanya. Merasa malu.

"Enggak. Udah, sekarang lu harus paksain makan bubur" Raya menuntun Aca untuk duduk.

"Ray, Gue boleh minta tolong?" Raya menganggukan kepalanya. "Gue mau ngobrol sama kak Rafael" Raya menganggukan kepalanya lagi paham.

"Gue minta kak Rafael kesini ya, Ca"

"Sendiri, Ray. Tanpa Kak Haikal" Raya menghembuskan nafasnya kasar. Namun, tetap ia turuti pula permintaan sahabatnya.

Sore Hari, Rafael benar datang seorang diri. Rafael yang memang kekasih, Raya cukup dekat dengan Aca.

"Ray" Panggil Rafael dari luar. Lelaki tersebut cukup tau ia tak akan berani masuk tanpa izin sang kekasih meskipun Raya ada didalam.

"Masuk aja Kak" Ucap Raya setengah berteriak. Perlahan Rafael membuka pintunya. Mendapati Raya dan Aca tengah terduduk di karpet berbulu milik Aca. Rafael menatap Aca bingung. Melihat kondisi Aca yang cukup kacau.

"Duduk, Kak" pinta Aca. "Sorry, ya kak ganggu." Rafael tetap diam. Membiarkan gadis dihadapannya berbicara. Tak mencoba mengitrupsi sedikit pun. Aca memberikan test peck pada Rafael. Membuat Rafael membulatkan matanya kaget.

"Ca——"

"Iya, gue hamil kak"

"Haikal?" Aca mengangguk mengiyakan pertanyaan Rafael.

"ANJING!!!" Pekik Rafael.

"Kak, Dengerin Aca dulu" Raya mengelus lengan Rafael menenangkan.

"Gue minta lu rahasiain ini dari Kak Haikal, Kak. Gue gak mau dia tau. Gue bakal putusin kak Haikal" Rafael menatap tajam Aca.

"LU UDAH GILA, CA? LU DIPERKOSA HAIKAL?"

"Enggak kak! Kita ngelakuinnya sadar. Gue sadar kak. Kita sama-sama sadar—" Aca menjeda ucapannya. "Kak, pls. Gue gak mau gara-gara gue karir kak Haikal ancur"

"Ca! ANJING! Terus lu mau gimana? Lu gak akan gugurin anak lu kan?" Raya memukul pelan Rafael kekasihnya.

"Ca, Haikal harus tanggung jawab. Ini anaknya, Ca. Persetan karir Haikal, Ca!"

Aca menggelengkan kepalanya. Air mata mulai mengalir dari mata sipit Aca.

"Enggak, kak. Pls gue mohon. Gue gak akan gugurin anak ini. Makanya gue minta tolong sama lu. Pls, rahasiain ini dari kak Haikal. Gue gak mau dia tau kak. Pls gue mohon, kak" Aca merapatkan kedua tangannya. Memohon pada Rafael. Lelaki tersebut mengacak rambutnya frustasi. Memejamkan matanya sejenak. Menarik nafasnya dalam.

"Terus, apa rencana lu?" Tanya Rafael melemah.

"Gue bakal pindah ke Bekasi, kak. Disana ada rumah peninggalan Bunda. Seinget gue masih layak. Sesekali gue kesana." Rafael mengangguk paham. "Haikal?" Tanya Rafael lagi.

"Gue bakal ngomong sama kak Haikal besok"

"Hahhh. Haikal goblok. Lu juga, Ca! Bisa-bisa nya gak pake pengaman. Gak susah beli kondom, Anjing!" Rafael menggerutu.

"Kak, Udah ih" Raya menatap Rafael kesal.

"Temen lu bego!" Rafael mengungkapkan amarahnya.

"Temen lu juga bego, kak kalo lu lupa" Raya tak mau kalah.

"Maafin gue jadi ngerepotin kalian" Ucap Aca lirih. Rafael hanya menghela nafasnya kasar. Bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Haruskah ia menuruti pinta gadis tersebut? Merahasiakannya dari Haikal? Tapi jika boleh jujur, mungkin benar taruhannya adalah karir mereka. Bolehkah kali ini ia juga egois.

"Haikal, Goblok" Pekik Rafael lagi. Memilih pergi dari hadapan kedua gadis tersebut. Menghirup udara segar. Terlalu penat.

"Gimana, Aca?" Tanya Rafael saat Raya menghampirinya.

"Udah tidur. Dari kemaren dia gak tidur, Kak" lirih Raya sendu. Rafael merengkuh Raya kedalam pelukannya.

"Kak, Kasian Aca. Aku tau dia bego. Tapi aku gak mau ninggalin dia. Aku gak bisa ninggalin dia. Aku gak mau dia nekat kak" Raya terisak dalam pelukan kekasinya.

"Aca gak akan nekat, Sayang. Oke. Kita turutin mau Aca. Kakak gak akan bilang ke Haikal perihal kehamilan Aca" Ucap Rafael pada akhirnya.

Raya mengeratkan pelukannya pada sang kekasih. Menangis pilu.  


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Hallo guys!!!

akhirnya aku pub 3chapter buat awal-awal.

makasih ya udah mampir.

gak akan bosen bilang maaf kalo banyak typonya.

hope you guys like it.

feel free to comment and vote!

XOXO!!

Renjana ( Haechan - Chaeryeong ) ✅ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang