38. Berjuang bersama

59 13 0
                                    

 "Pagi, sayang" Sapa Haikal pada sang Bunda dan Aca yang tengah sibuk didapur. Aca membulatkan matanya saat dengan santai Haikal mencium pipinya. Riana yang melihat hanya menggelengkan kepalanya.

"Hasya belum bangun?" Tanya Haikal, lagi.

"Belum. Tapi harusnya jam seginian sih dia bangun" Haikal bergegas menuju kamarnya. Ya Aca dan Hasya menempati kamar Haikal. Toh lelaki tersebut lebih sering tidur di apartment.

"Hi, princess" Sapa Haikal saat membuka pintu ia dapati Hasya yang tengah mengerjapkan matanya. Haikal mengamati wajah Hasya lekat. Gadis kecil tersebut benar-benar amat mirip dengannya. Bahkan beberapa tingkah dan sifat Hasya diwarisi dari Haikal.

"Masih ngantuk ya? Yuk ayah gendong" Hasya merentangkan kedua tangannya. Haikal tersenyum gemas.

"Pagi, cucu nenin" Riana mencium Hasya dalam gendongan Haikal.

"Pagi, Sayang" Kini giliran Aca yang mencium gadis tersebut.

"Ayah nya gak dicium juga?" Goda Haikal.

"Boleh, mau di cium pake katel panas atau panci panas?" Tawar Aca mampu membuat Riana tertawa geli.

"Galak banget. Liat Bunda galak banget ya. Pergi yuk" Haikal berbicara pada Hasya.

"Yuk yuk yukk. Pergii yuk" Ucap Hasya mengulang ucapan Haikal.

Aca menarik nafasnya sebal. Riana mengelus punggung Aca lembut.

"Kayanya stok sabarmu harus dinaikin lagi, Ca" Riana terkekeh pelan.

Setelah selesai memasak. Semua berkumpul dimeja makan. Riana duduk di kursi kepala keluarga, Haikal disisi kiri, Hasya ditengah diantara dirinya dan Aca. Sedang Hana memilih sisi kanan. Dengan telaten Aca menyiapkan nasi dan beberapa lauk pauk untuk Haikal. Membuat Riana dan Hana yang melihatnya tersenyum bahagia.

"Makasih, sayang" ucap Haikal pelan. Sedang Aca memilih menyuapi Hasya terlebih dahulu.

"Kamu gak makan?" Haikal menatap Aca kaget.

"Bentar deh, Kak. Aku suapin Hasya dulu" Aca kembali fokus pada Hasya. Haikal menatap Aca kaget. Ia baru tau jika Aca memilih menyuapi Hasya baru memikirkan dirinya sendiri. Atau bahkan lupa. Bergegas Haikal menghabiskan makannya.

"Udah? Gak nambah? Emang kenyang?" Tanya Aca menatap bingung Haikal.

Haikal menganggukan kepalanya sebagai jawaban untuk Aca.

"Udah sekarang kamu gih makan dulu. Hasya biar aku yang suapin" Haikal mengambil piring ditangan Aca.

Aca tersenyum. Hatinya menghangat. Melihat sikap Haikal yang mau bekerjasama bersamanya. Haikal tak bohong saat ia bilang untuk sama-sama berjuang membesarkan Hasya. Membahagiakan Hasya.

"Nih, pake dagingnya. Sumpah enak banget daging buatan kamu" Hana menaruh daging di piring Aca. Aca tersenyum malu.

"Serius enak, Kak?"

"Bangeeettt. Tanya aja Bunda. Iya kan Bund?"

"Iya, Bunda nih sampe nambah 2x"

Semua tertawa. Untuk kesekian kalinya Haikal merasa beruntung memiliki Aca di hidupnya. Wanita lembut yang bahkan mampu diterima dengan baik oleh Ibu dan Kakaknya. Terlepas dari kesalahan bodoh yang ia lakukan bersama Aca. Ibu dan Kakaknya mau menerima Aca bahkan Hasya dengan sangat baik dan tulus.

***

"Kak, kakak beneran udah kenyang? Tadi baru sedikit banget loh makannya" Aca menghampiri Haikal yang tengah menyeruput kopinya diteras depan rumah.

Haikal mengalihkan seluruh atensinya pada Aca. Menatap Aca dalam. Membenarkan rambut Aca yang sedikit berantakan.

"Ca, ingetkan kalo kita mau berjuang bareng-bareng buat gedein Hasya?" Aca memberikan sebuah anggukan. "Jadi, aku mohon. Mulai sekarang, biasain minta tolong apapun sama aku soal Hasya. Apapun bahkan bersihin pup Hasya aku gak masalah. Hasya kan bukan cuma anak kamu. Tapi anak aku. Anak kita, Ca. Boleh?" Tanya Haikal menatap Aca dalam. Tentu saja gadis dihadapannya menangis, haru.

Renjana ( Haechan - Chaeryeong ) ✅ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang