Mohon memberikan dukungannya....
Nadia
Aku terbangun di pagi hari sendirian.... tampaknya Mas Arya sudah pergi duluan tanpa pamit sama sekali padaku. Aku benar-benar merasa menjadi pelacur halal untuknya, dia bercinta sesukanya dan pergi sesukanya pula tanpa pamit. Sungguh aku muak sekali dengan situasi ini, aku tidak mau terus-terusan menjadi perempuan tidak berdaya di bawah bayang-bayang Mas Arya. Aku harus menghentikan semuanya dan tidak lagi menjadi istri simpanan.
Helaan nafas kasar mulai keluar dariku dan aku terbangun dengan tubuh terasa sakit hingga sama sekali tidak nyaman. Aku menyalakan dan mengecek ponsel yang semalam ku matikan, Mas Ian mengirimiku pesan berupa kata-kata cinta yang mesra. Sontak aku tersenyum membaca pesan darinya, ternyata Mas Ian adalah sosok yang romantis.
Aku memutuskan untuk membersihkan tubuh sambil mencari makan. Bi Yati masih belum pulang dan aku sedang dalam kondisi malas untuk memasak. Sehingga membeli makanan dengan cara delivery merupakan hal yang tepat saat ini.
Setelah selesai mandi dan mengganti baju aku teringat ucapan Mas Arya tadi malam.. dia bilang akan menceraikan Soraya. Tapi ucapannya entah kenapa tak lagi ku percaya meskipun dia telah memasang wajah serius. Sudahlah kenapa aku masih juga memikirkan Mas Arya, saat ini aku harus segera move on karena akan segera menikah dengan Mas Ian.
"Halo iya mas? Aku lagi ada di apartemen gak kemana-mana.."
Ponselku mulai berbunyi dan ternyata itu merupakan panggilan dari Mas Ian. Sontak aku langsung menjawab panggilan tersebut, berharap Mas Ian memberikan kabar yang gembira-gembira saja. Tidak seperti seseorang yang selalu saja membuatku resah, kesal bahkan emosional.
"Sore ini aku bakal jemput kamu ke Depok, kita fitting baju buat tunangan nanti"
"Lho emang kita tunangan dulu mas? Kok aku baru tahu ya?"
"Iya Nadia... kayaknya paling tepat kita tunangan dulu supaya kamu mulai membiasakan diri sama aku, dengan begitu saat nikah nanti kita udah saling beradaptasi"
Ini di luar dugaan... tapi keputusan Mas Ian sama sekali tak buruk. Memang kami harus bisa mengenal dan membiasakan diri satu sama lain. Apalagi aku bertekad saat menikah bersama Mas Ian nanti pernikahan kami minim drama dan bisa saling mendewasakan diri.
"Hmm... aku setuju mas... oh ya Panji apa kabar?"
"Dia baik tapi aku gak bisa bawa Panji soalnya dia mulai sibuk sekolah"
"Ya udah kalau gitu sampai ketemu sore nanti ya mas.... bye-bye!"
Aku menutup sambungan telepon dari Mas Ian duluan dan mulai makan karena layanan pesan antar sudah tiba. Apalagi hari sudah mulai siang sehingga aku pun makan dengan lahap sekali karena sungguh perutku sangat lapar. Tak lama ponsel berbunyi lagi dan ternyata Mas Arya mengirimku sebuah pesan, dia bilang akan segera kembali secepatnya padaku dan membereskan masalah yang ada. Hmm... memangnya Mas Arya punya masalah apa? Kenapa pesan darinya penuh dengan teka-teki seperti ini? Ah sudahlah aku tak mau ambil pusing memikirkan pesan darinya. Lebih baik aku tak memikirkan Mas Arya lagi, aku harus mulai membiasakan diri tanpa kehadirannya mulai saat ini.
...........................
"Gimana Nadia mana baju yang kamu suka?"
Tepat sore hari Mas Ian menepati janjinya untuk mengajakku mencari gaun untuk tunangan nanti. Semua gaun yang disuguhkan di butik ini sangat bagus dan aku menyukai semuanya. Tapi tentu saja aku harus memilih salah satu saja tak mungkin memborong semua. Namun di saat seperti ini tiba-tiba aku ingat kalau Mas Arya memberiku gaun pernikahan yang cantik dan masih ku simpan di lemari. Cincin pernikahanku pun dengan rapi ku simpan di tempat yang aman.
Aku tidak boleh terus-terusan memikirkan Mas Arya di saat Mas Ian sedang bersamaku. Aku harus fokus pada acara pertunangan.. sudahlah lupakan segala hal tentang Mas Arya jangan terus mengingatnya. Sangat tak etis sekali memikirkan pria lain saat bersama Mas Ian bukan?
"Kayaknya gaun warna merah muda ini bagus banget deh mas.." ucapku di tengah keheningan.
"Ya udah kalau gitu kita beli ini sekarang..."
"Eh tapi kan harus matching sama jas kamu juga... emangnya kamu mau pakai jas warna merah muda?" Ucapku sambil terkikik.
"Gak papa... ini kan cuma tunangan bukan nikah jadi beda warna baju pun gak masalah Nadia..."
Aku menganggukan kepala setuju dan membantu memilihkannya jas juga. Mas Ian terlihat cocok dengan jas apapun dan akhirnya dia memilih jas berwarna abu yang mewah nan elegan. Benar-benar memilili aura orang kaya yang menyilaukan mata.
"Ganteng banget mas..."
Aku memuji Mas Ian saat dia mengenakan jas tersebut. Aku tersenyum puas tapi entah kenapa lagi-lagi bayangan Mas Arya kembali memasuki pikiranku....... gila sekali aku malah membayangkan Mas Arya mengenakan jas ini, sungguh membuatku tak habis pikir kenapa bayangannya ada terus dalam otakku.
Kami pun memutuskan pulang setelah fitting gaun dan jas. Dalam perjalanan di mobil Mas Ian, lagi-lagi entah kenapa aju terus saja membayangkan wajah Mas Arya. Semua kenangan di masa lalu yang indah saat bersamanya mulai berputar lagi di otakku.
Saat itu aku masih kuliah dan mobil Mas Arya mogok sehingga kami memutuskan untuk menggunakan sepeda motor saja saat berkencan. Lucunya Mas Arya sempat tak bisa membawa sepeda motor.... saat itu pula aku membelikannya kue cubit dan dia bilang baru pertamakali memakan jajanan murah seperti itu tapi rasanya sungguh enak.
Tidak... tidak bisa seperti ini, keputusanku untuk lepas dari Mas Arya sudah benar. Aku sudah memikirkan ini semua dengan matang dan mempertimbangkan semua konsekuensinya. Aku tidak boleh goyah begitu saja, apalagi Mas Ian sangatlah tulus mencintaiku.
Aku menatap wajah Mas Ian sesaat di sampingku yang sedang mengemudi. Dia adalah orang yang baik dan aku yakin Mas Ian bisa memberiku kebahagiaan. Dengan memilih bersamanya maka aku bisa menjadi seorang istri sungguhan dan diakui oleh negara......
Tidak terasa kami pun sampai di apartemen dan Mas Ian ku persilakan masuk. Pasti Mas Ian merasa lelah apalagi jarak Jakarta dan Depok sangatlah jauh. Keputusan yang sangat tepat menyuruhnya istirahat sebentar di apartemenku.
"Mas mau minum apa?" Tanyaku setelah Mas Ian duduk di sofa.
"Hm... aku kopi aja"
"Oke tunggu ya.."
Aku segera membuat kopi untuk Mas Ian, sebisa mungkin aku ingin Mas Ian betah di apartemen ini. Aku bertekad tidak akan membuatnya merasa sungkan karena saat ini aku ingin semakin dekat dengannya.
"Mas ini kopinya..." tak lama aku memberikan kopi padanya semoga saja Mas Ian suka.
"Thanks... oh ya Nadia aku punya sesuatu buat kamu"
"Apa emang?" Tanyaku setelah duduk.
Mas Ian mengeluarkan sesuatu dari jasnya dan dia membuka sebuah kotak kecil yang ternyata itu sebuah kalung. Tampaknya sangat mahal dan kalung tersebut benar-benar indah.
"Mas ini?........."
"Hadiah dariku... ayo sini aku bantu pakein"
Aku duduk di samping Mas Ian dan dia memakaikan kalung ini. Setelah itu Mas Ian mencium puncak kepalaku mesra, sungguh membuatku terharu... aku merasa sangat dicintai olehnya.
Saat masih saling menatap, Mas Ian semakin mendekat padaku dan membelai pipiku mesra. Tak lama dia mulai mencium bibirku dan aku memutuskan untuk memejamkan mata, mulai saat ini aku tak akan lagi menolak sentuhannya............
Bersambung.....
![](https://img.wattpad.com/cover/353245582-288-k485064.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Wife
Storie d'amoreArya merupakan seorang pengusaha sukses yang ternyata memiliki istri simpanan