Mohon memberikan dukungannya berupa vote dan kasih komentarnya juga ya, yang enggak harap menyingkir dulu!!
Arya
Setelah Nadia dinyatakan sembuh aku pun membawanya pulang ke rumah kami. Disana papi dan mami sudah datang menyambut, namun tak lama kemudian papi ingin berbicara secara empat mata denganku. Mimik mukanya sangat serius sehingga aku pun langsung memutuskan berbicara dengan papi di ruang kerja.
Tanpa banyak berucap papi memberikan file berupa dokumen dan flash disk yang harus aku buka sendiri. Namun yang membuatku makin tak bisa berkata-kata ternyata papi memberikan barang bukti jika mami membayar orang untuk merusak rem mobil kesayanganku kala itu. Sungguh aku tak menyangka jika mami sejahat ini padahal aku kan anak kandungnya, apa mami ingin aku mati? Bisa-bisanya mami tidak bisa berpikir secara logis, ada apa dengan ibu kandungku ini?
"Bijaklah dalam melihat semua bukti ini, papi yakin jika mamimu hanya sedang emosi karena kamu telah menceraikan Soraya tanpa meminta izin darinya.."
"Dengan cara menyakitiku? Itu benar-benar jahat papi.." balasku tak percaya.
"Ya papi tahu... biarkan papi yang mengurus mamimu, jadi fokus saja pada anak dan istrimu jangan sampai mereka celaka lagi atau papi tidak akan pernah memaafkanmu, papi ingin segera mendapatkan cucu!!"
Aku menghela nafas kasar dan memutuskan tidak merespon ucapan papi. Sial sekali kemarin-kemarin aku justru menuduh Adrian yang sudah mencelakaiku dan membuatnya babak belur. Padahal ini semua bukan kesalahannya tapi saat itu aku tak percaya, ah benar-benar memalukan sekali aku!!
"Aku serahin urusan mami.. tapi kalau sampai mami lukain istri dan anakku lagi tentu aku gak akan diam aja pi.."
"Exactly.. papi juga gak akan diam melihat itu semua terjadi Arya..." ucap papi sambil menepuk-nepuk punggungku.
Akhirnya setelah sepakat kami pun kembali ke ruang keluarga namun aku mendengar percekcokan sedang terjadi antara Nadia dan mami disana. Bisa-bisanya mami menyakiti Nadia lagi padahal Nadia baru saja sembuh. Geram sekali melihat tingkah mami yang semakin kekanak-kanakan dan tidak bisa menahan emosi!!
Aku tak mau dicap anak durhaka tapi kelakukan mami sudah melampaui batas. Beliau sudah tak lagi memiliki hati nurani, aku saja yang anak kandungnya dia celakai apalagi Nadia yang merupakan menantu. Belum lagi mami sama sekali tidak merestui Nadia sebagai menantu hingga aku malah terlibat percekcokan dengan mami karena membela Nadia.
Mami banyak berubah...dulu beliau tidak begini. Aku yakin mami dulu sangat menyayangiku tapi entah kenapa semenjak Soraya hadir di tengah-tengah keluarga kami, mami makin aneh. Yang jelas aku tak tahu apakah Soraya menghasut mami menjadi lebih buruk atau tidak.
Semua masalah ini akhirnya mereda dengan mami dibawa paksa oleh ambulan. Papi dengan teganya menghukum mami supaya bisa tinggal di rumah sakit jiwa untuk sementara waktu. Entah sampai kapan aku pun tak tahu karena papi seringkali tak bisa ku tebak. Beliau terlalu misterius tapi papi adalah orang yang baik meskipun beliau adalah sosok yang perhitungan. Aku harap mami bisa menyesali semua kelakuannya, semoga saja mami kapok dan bisa berubah menjadi lebih baik saat dikurung di RSJ.
...............................
Seminggu kemudian adalah sidang perdana kasus Soraya yang mudah-mudahan hakim langsung menjatuhi vonis dan aku harus hadir ke pengadilan karena bertindak sebagai pelapor. Aku harus memastikan hukuman yang diberikan pada Soraya cukup setimpal, kalau bisa Soraya mendapatkan hukuman yang berat. Sudah 5 tahun dia menipu dan mencuri uang perusahaan maka tak mungkin aku hanya diam saja dengan kelakuan liciknya.
Dengan wajah yang geram karena kesal aku duduk di kursi audience bersama Nadia. Aku menggenggam erat tangannya sambil membelainya lembut, tadinya aku mau datang sendiri tapi Nadia bersikeras mau hadir di sidang ini sehingga aku akhirnya mengalah. Nadia bilang ingin melihat bagaimana jalannya sidang, dia sangat penasaran sekali.
Soraya terlihat berantakan dan wajahnya pucat saat dia duduk di kursi terdakwa. Sebenarnya aku sedikit tak tega tapi melihat begitu banyak kejahatannya membuatku berusaha sebisa mungkin untuk tega pada Soraya agar dia kapok. Dia harus mendapatkan hukuman agar merasa jera.
"Baiklah kita mulai saja sidang pada hari ini saya selaku jaksa penuntut umum ingin bertanya pada tersangka apa motif anda menipu Pak Arya?"
"Saya tidak pernah menipu suami saya sendiri, saya istri CEO Yudhistira Grup!!" Soraya menjawab pertanyaan jaksa dengan histeris.
"Anak yang anda lahirkan bukan anak Pak Arya kan? Bukankah sama saja ini artinya anda menipu? Lalu disini tertulis jika anda sudah mencuri uang perusahaan sebanyak 300 milyar rupiah dan menyuruh ayah anda yang menyimpan uang itu, ini juga masuk kepada kasus pencucian uang bukan?" Tanya jaksa dengan bertubi-tubi.
"Ini semua fitnah! Bagaimana mungkin saya mencuri uang suami saya sendiri!!!" Lagi-lagi Soraya tak mau mengaku dan terus berakting.
"Mohon tenanglah nyonya anda terlalu emosional!" Jaksa mencoba menenangkan Soraya.
Aku menatap Soraya dengan tatapan yang sangat dingin dan muak. Di saat seperti ini dia masih tak mau mengaku, padahal bukti sudah termpampang nyata. Sebenarnya apa yang dia inginkan? Aku sangat membencinya karena dia menipuku dan terus bersikap playing victim padahal yang selingkuh duluan itu dia.
"Saya sebagai pengacara Nyonya Soraya yakin sekali kasus ini hanyalah kasus salah paham pak hakim.. bukankah uang suami itu uang istri juga? Sangat tak etis sekali suami menjebloskan sang istri ke penjara? Atau mungkin sang suami yang terlalu pelit!"
Pengacara Soraya mulai membuka mulutnya untuk membela Soraya. Cih ternyata pengacara Soraya memakai cara satu ini... dia ingin melawanku dengan mengaburkan semua bukti. Bisa-bisanya Soraya memakai cara kotor seperti ini, dia pikir aku sebodoh itu? Bagaimana mungkin mereka bersikap seperti itu setelah bukti yang terpampang nyata di hadapan mereka.
"Saya rasa anda salah tuan pengacara... saya lihat dalam laporan jika Pak Arya memberikan uang bulanan pada Bu Soraya sebesar 1 milyar per bulan, kalau Bu Soraya masih mencuri uang perusahaan itu tandanya bu Soraya serakah..."
Aku tersenyum puas dengan jawaban yang diberikan jaksa penuntut umum. Inilah jawaban yang aku harapkan dari jaksa. Lihatlah Soraya kamu takkan bisa keluar dari jeruji besi begitu saja...
"Baiklah... setelah melihat semua pernyataan dari jaksa dan semua bukti yang ada.. kami dewan hakim memutuskan jika terdakwa dijatuhi hukuman penjara selama 6 tahun dan denda sebanyak 2 milyar rupiah.."
Keputusan hakim tidak buruk juga... aku sedikit puas dan tersenyum penuh kemenangan. Soraya melihatku bersama Nadia hendak keluar dari ruangan sidang. Namun entah bagaimana caranya dia dengan secepat kilat mencekik leher Nadia hingga ruangan sidang menjadi ricuh.
"Jalang sial kamu pikir Mas Arya itu milikmu hah? Dia itu milikku jangan harap kamu bisa merebutnya dariku!!!!!"
Soraya terlihat kesetanan dan mencekik Nadia sampai wajah Nadia sedikit membiru. Para polisi berusaha melepaskan cengkraman Soraya.... aku hampir panik dan tidak tahu harus berbuat apa dengan situasi yang terjadi.
"Soraya lepaskan Nadia!!!" Aku mulai memarahi Soraya.
"Matilah kamu pelakor!!!" Dengan tatapan mata yang mengerikan Soraya berusaha sekuat tenaga mencekik leher Nadia.
Di tengah buntunya isi kepalaku, tiba-tiba refleks aku memukul belakang kepala Soraya sampai dia pingsan. Setelah itu aku memeluk Nadia yang terlihat lemas dan dia mulai menghirup oksigen dengan rakus. Aku segera menggendong Nadia dan membawanya ke mobil, persetan dengan Soraya kalau dia pingsan itu semua karena ulahnya sendiri
"Mas Arya..." ucap Nadia pelan.
"It's okay sayang tenangkan dirimu... bernafaslah yang banyak...."
Nadia ku peluk dengan erat dalam pangkuanku di kursi pengemudi. Dia terlihat sangat lemas dan tidak bertenaga... namun perlahan nafasnya mulai stabil, dengan lembut aku menciumi seluruh wajahnya dan meminta maaf karena hampir membiarkannya untuk terluka lagi. Aku harus melindungi Nadia sebisa mungkin dari kerasnya dunia.......
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Wife
RomanceArya merupakan seorang pengusaha sukses yang ternyata memiliki istri simpanan