37 - Who are you

741 25 9
                                        

Mohon memberikan dukungannya....






Arya

Hal yang paling ku suka dari sebuah pernikahan adalah bangun di pagi hari dengan memeluk seseorang. Rasanya hatiku kian menghangat karena tidur bersama seseorang yang sangat aku cintai. Seluruh dunia dan isinya berasa sudah ku miliki saat telah resmi menikah dengan Nadia yang mana kini kami sah bukan secara agama saja tapi sah juga secara negara.

Tapi alarm yang berisik membuyarkan suasana romantis ini karena Nadia terbangun dan dia mulai menyuruhku untuk bersiap-siap ke kantor. Padahal hari ini aku memutuskan cuti dan kami masih berada di hotel serta belum pulang. Dia pasti lupa kalau kemarin kami mengadakan resepsi yang pernikahan.

"Kamu lupa kalau hari ini aku cuti? Kemarin kita habis nikahan lho" ucapku terasa malas sekali.

"Oh ya ampun aku lupa mas! Maaf ya...."

Aku kembali memejamkan mata sambil memeluk Nadia. Sungguh tidur dalam keadaan damai seperti ini jarang ku rasakan tapi Nadia merusak suasana dengan menepis pelukanku. Dia bangun lalu setengah berlari ke kamar mandi hingga akhirnya muntah-muntah. Bagi ibu hamil morning sick adalah hal yang wajar dan aku segera bangun untuk membantu Nadia.

"Sayang hari ini kita periksa ke dokter ya?"

"Mas aku lemes...."

Dengan segera aku menggendong tubuhnya dan dia terkulai lemas di bahuku. Kami hanya berpelukan sampai beberapa saat hingga aku memutuskan untuk menyuruh pegawai hotel untuk menyiapkan sarapan dan menyiapkan teh chamomile yang merupakan kesukaan Nadia.

"Sayang kamu jangan patah semangat ya.. kamu harus kuat demi anak kita" ucapku menyemangatinnya.

"Iya aku akan berusaha tapi kamu harus janji gak bakal pernah ninggalin aku.."

"Aku janji... selamanya akan berada di sisi kamu dan jadi suami kamu..."

Kami saling melempar senyum hingga tak lama ada yang mengetuk pintu, tampaknya makanan sudah siap. Lalu aku memutuskan segera membuka pintu dan kami pun sarapan bersama. Tentu saja Nadia sedang dalam mode manja karena dia hanya bisa makan kalau disuapi olehku.



............................





Karena pekerjaan kantor aku pun terpaksa cuti selama 2 hari saja dan kembali disibukkan dengan aktivitas yang menggunung. Kebetulan hari ini kami harus mengadakan rapat penting bersama Adrian karena aku dan dia merupakan penyumbang terbesar proyek pembuatan vaksin. Entahlah karena selama ini perusahaanku sudah bergerak di berbagai bidang akhirnya aku memutuskan untuk terjun ke bidang farmasi juga.

"Setelah apa yang lo lakuin, bisa-bisanya lo masih berani nunjukkin muka lo sama gue!!" ucapnya memulai pertengkaran sengit.

"Maksud lo apa sih Ad? Kita sekarang lagi bahas pekerjaan, kayaknya gak etis juga lo bahas hal pribadi" balasku sedikit kesal dengan ketidakprofesionalannya.

"Halah bacot! Kayak lo sendiri bisa profesional aja kalau kerja, selama ini kan lo udah main licik juga......"

"Gue lagi gak mood ribut sama elo lebih baik kita bahas proyek ini sekarang!"

"Gue mau narik sebagian saham gue di proyek ini... bidang farmasi gak cocok sama background perusahaan gue" ucapnya menyebalkan.

Sinting! Bisa-bisanya dia bersikap semaunya hanya karena dia merupakan salah satu keturunan konglomerat kaya. Proyek ini tidak bisa main-main, apalagi produk vaksin sudah hampir rampung.

"Elo gila? Produksi vaksinnya udah siap anjir! Lalu dengan gak pake otaknya lo bilang mau mundur?" Sungguh dia membuatku kesal bukan main.

"Gue gak mundur, gue bilang cuma mau ambil sebagian uang gue!!"

"Ya sama ajalah! Sialan banget lo!!"

"Lebih sialan lo yang udah ngancurin hidup gue ya setan!" Balas Adrian berapi-api.

"Kalau ini tentang Nadia, toh dianya juga milih gue, bisa apa lo? Dia juga hamil anak gue jadi jelas gue pemenangnya!!!"

Adrian terdiam tidak mengucapkan sepatah katapun. Tapi raut wajahnya terlihat sangat berbeda, dia sangat membenciku. Wajar saja karena memang aku yang menghancurkan rencana pernikahannya dengan menculik Nadia saat itu. Tapi perlu dicatat kalau Nadia itu masih istri sahku lalu kenapa aku harus merasa bersalah menculik istriku sendiri?

"Gue cuma mau ingetin lo Ar, abis ini hidup lo bakal berantakan!!"

"Elo nyumpahin gue?"

"Enggak.. gue cuma mau ingetin jadi manusia gak usah sombong karena apa yang terjadi di masa depan kita gak tahu, oke gue cabut duluan!!"

Adrian pergi begitu saja meninggalkan ruangan ini. Bisa-bisanya dia mengacaukan segalanya padahal proyek ini bukanlah main-main. Tapi ucapannya membuatku sedikit kepikirian, ah... sudahlah tak usah ku hiraukan omongan anehnya!

Setelah selesai membicarakan proyek ini bersama pihak terkait, aku pun memutuskan pulang. Aku sangat merindukan Nadia saat ini dan hanya ingin bersamanya untuk melepas penat. Sehingga aku merasa bersemangat sekali dan memutuskan membawa mobil sendirian.

Suasana kota Jakarta memang selalu ramai namun suasana inilah yang sangat ku sukai. Terlebih aku memang tak suka sepi sehingga kondisi ramai jelas jauh lebih baik.

Dalam perjalanan pulang aku terus tersenyum dengan sumringah. Bahkan tanpa sadar aku mengendarai mobil dengan cukup kencang, tapi entah mengapa mobil ini tak berfungsi remnya padahal aku sudah mengerem sampai berkali-kali. Tidak..... kenapa malah seperti ini? Dalam kondisi aku merasa cemas tiba-tiba sebuah minibus menabrak mobil ini begitu saja hingga aku tak sadarkan diri........


.........................





Rasanya aku telah tertidur dalam waktu yang sangat lama. Tidurku begitu nyenyak dan tak ada satupun gangguan hingga entah bagaimana caranya aku mulai terbangun dalam kondisi tubuh terasa sakit. Ternyata aku berada di rumah sakit hingga ku sadari ada seorang wanita yang terlihat sedih memandangku.

"Mas Arya... kamu udah sadar? Sebentar aku panggilin dokter dulu!"

Wanita itu memiliki wajah yang polos... ku akui dia sangat cantik tapi entah kenapa aku merasa sangat asing dengannya. Siapa dia sebenarnya? Apa aku memang mengenalnya? Tapi aku sungguh merasa tak pernah bertemu dengannya selama ini.

"Kondisi pasien sudah lebih baik... syukurlah dia sudah bangun sekarang, bagaiman kondisi anda Pak Arya?" Ucap dokter setelah memeriksa tubuhku.

"Tubuh saya terasa sangat sakit sekali... tapi maaf siapa wanita ini?" Ucapku sangat bingung.

Tatapan wanita itu tak bisa ku jelaskan tapi wajahnya mulai berkaca-kaca. Entah kenapa wajahnya selalu sedih seperti itu, tampaknya kehidupan yang dia jalani selalu sulit dan terjal.

"Mas Arya.... aku Nadia mas... aku istri kamu.."

Aku terlonjak kaget mendengar ucapannya, aku suaminya? Sejak kapan aku menikah dengannya? Tapi kenapa aku sama sekali tak mengingat dia? Bukankah selama ini istriku hanya Soraya saja?

"Maaf nona saya tidak mengenal anda...." ucapku jujur.

"Nyonya tunggu sebentar.. saya harus memeriksa pasien lagi, tampaknya dia amnesia..."

Setelah itu dokter tersebut kembali memeriksaku dan wanita itu duduk menungguku. Air mata mulai mengalir di matanya yang indah, sebenarnya siapa dia? Kenapa aku tiba-tiba menikah dengannya? Memang sejak kapan aku dan Soraya bercerai?

"Nyonya Nadia maafkan saya tapi Tuan Arya tampaknya amnesia.. tapi amnesia yang dimiliknya hanya amnesia parsial.. dia hanya melupakan anda saja"

Dia kembali menangis, entahlah aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan karena aku tidak mengenalnya. Aku hanya merindukan Soraya saja pasti dia juga ingin segera bertemu denganku. Selain itu aku juga sangat merindukan Zain anakku.

"Maaf nona bisakah kamu pergi? Tolong panggilkan istriku Soraya dan anakku Zain karena aku sungguh sangat merindukannya....."




Bersambung......

Secret WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang