36 - Remarried

632 21 3
                                    

Mohon memberikan dukungannya...





Nadia

Bertemu dengan kedua orang tua Mas Arya sangat menguras mentalku. Apalagi ibunya Mas Arya ternyata sangat menentang hubungan kami dan menghinaku habis-habisan. Sungguh aku tidak tahu harus bagaimana dalam menghadapinya dan hanya diam tanpa melakukan apapun. Terlebih ibunya Mas Arya tampak sangat membenciku hingga dia menyiram wine ke wajahku sampai basah kuyup. Apakah salah jika aku yang hanya orang miskin ini mencintai anaknya? Memangnya orang miskin tidak layak bahagia?

Penghinaan ini membuat hatiku sakit sekali, aku memang orang miskin dan yatim piatu tapi bukan berarti aku bisa dihina seperti ini. Bahkan aku bertanya pada Mas Arya apakah aku sejelek itu di mata ibunya? Kita sama-sama manusia, kenapa kekayaan dan jabatan selalu menjadi tolok ukur seseorang itu bermartabat atau tidaknya. Sehingga sepanjang perjalanan menuju rumah, aku hanya diam saja tanpa mengatakan apapun. Aku lelah dan hanya ingin tertidur pulas tanpa memikirkan apapun dan sesekali mengusap perut ini berharap anak dalam kandunganku kuat.

Mas Arya tampaknya sangat memahami kondisiku saat ini karena dia seperti memberiku ruang untuk sendirian. Dia membiarkanku tidur sendiri, sedangkan dia tidur di ruang kerjanya. Hingga tangisanku pecah dan berharap bisa kuat dalam menghadapi masalah rumit ini. Apakah hidup sebagai yatim piatu sebegitu buruknya?

"Nadia maafin aku... maafin mamiku..."

Mas Arya datang ke kamar karena mendengar tangisanku dan dia mulai memelukku dari belakang. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi dan hanya membelai rambutku lembut. Hingga aku mulai membalikan tubuh dan mencium tangannya berkali-kali. Apapun ujian yang diberikan pada rumah tangga kami, aku tidak akan menyerah. Bahkan kalau aku dilahirkan kembali aku akan tetap memilih dia sebagai pendamping hidupku.

"Apapun yang terjadi aku gak akan pernah menyerah mas..."

"Kita hadapi ini semua sama-sama ya..."

Mas Arya tersenyum lebar dan kami pun berciuman dengan mesra. Semua rasa sakit itu tidak ada artinya asalkan Mas Arya selalu berada di sisiku. Ciumannya yang romantis dan perlakuan mesranya tanpa sadar membuat suasana hatiku membaik. Dunia yang kejam ini tetap terasa indah kalau Mas Arya ada disisiku.



..........................





Hari ini adalah sidang perceraian Mas Arya dengan Soraya. Karena Soraya sudah dipenjara, tentu dia tak akan hadir di sidang ini. Semua bukti perselingkuhan Soraya dan bukti bahwa Zain bukan anak Mas Arya sungguh membuatku syok. Hal ini sangat di luar dugaanku, ternyata Soraya tidak mencintai Mas Arya dengan tulus dan sudah berselingkuh dengan pria lain sejak lama. Pantas saja Mas Arya begitu keras mempertahankanku, tanpa sadar aku merasa sedikit menyesal di masa lalu pernah mengatainya brengsek. Aku baru sadar selama ini belum 100 persen mengenal Mas Arya dan berkali-kali pernah menyimpulkan bahwa Mas Arya itu cuma pria yang suka mempermainkan hati wanita.

Aku yang duduk di kursi audience terus memperhatikan jalannya sidang hingga hakim memutuskan Mas Arya resmi bercerai dengan Soraya. Entah kenapa aku merasa lega dengan semua ini. Sekarang tidak ada lagi yang akan menghalangi kebersamaanku dengan Mas Arya, syukurlah perjuanganku ternyata tidak sia-sia......

Mas Arya menghampiriku setelah sidang berakhir dan kami pun keluar ruang sidang sambil berpegangan tangan. Aku menggenggam tangannya erat dan berjanji takkan pernah lagi ada niatan untuk pergi dari Mas Arya. Aku takkan pernah melepaskan dia seumur hidupku.

"Nadia dalam waktu dekat aku akan menikahimu kembali.... aku mau semua orang tahu kalau kamu adalah istri yang sangat aku cintai" ucapnya membuat hatiku menghangat.

"Aku gak sabar dalam menantikannya...."

Kami saling melempar senyum satu sama lain dan pulang ke rumah dalam keadaan lega. Sebelumnya kami memutuskan untuk menjemput Bi Yati ke Depok karena aku mau Bi Yati tinggal bersama lagi di rumahku. Sedangkan rumah lamaku bersama Mas Arya sudah dijual dengan alasan jauh dari kantornya.



.....................





Karena Mas Arya sudah bercerai dengan Soraya, sesuai yang dijanjikan beberapa hari kemudian Mas Arya menikahiku kembali dengan disaksikan oleh papinya Mas Arya dan semua tamu undangan yang hadir. Namun maminya Mas Arya tidak hadir sama sekali, tentu saja aku sedikit merasa sedih tidak mendapat restunya namun Mas Arya bilang tak masalah asalkan papinya hadir dan itu sudah lebih dari cukup. Tampaknya ibunya Mas Arya memang akan sangat sulit menerimaku sebagai menantu. Mengingat aku hadir begitu saja dalam kehidupan Mas Arya sebagai istri kedua dan kini menjadi istri sahnya di mata negara tentu beliau memang pantas membenciku. Siapa sih yang tidak membenci sosok pelakor dan aku tidak mau membela diri karena pada kenyataannya aku memang seorang pelakor.

Rasanya aku begitu terharu karena pernikahan impianku telah terkabul. Semua orang mengucapkan selamat dan kami resmi mendapatkan buku nikah. Mulai saat ini aku sudah resmi menjadi nyonya Yudhistira dan bukan menjadi istri simpanan lagi. Rasanya ini seperti mimpi di siang hari yang bahkan tak pernah ku bayangkan sebelumnya.

"Seneng yah dari tadi senyum-senyum terus.." Mas Arya menggodaku setelah kami ijab qabul.

"Iya... seneng banget" balasku dengan antusias.

Kami pun berjabatan dengan semua tamu undangan yang hadir. Mereka mengucapkan selamat, meskipun pernikahan ini hanya mengundang 100 orang saja dan tidak terlalu megah tapi aku tak peduli. Asalkan sudah menjadi istri sahnya Mas Arya, menikah dengan sederhana pun bukan masalah untukku karena yang penting sahnya bukan kemegahannya.

Setelah acara selesai, kami memutuskan untuk menginap di hotel. Papi Mas Arya hanya bilang supaya aku menjadi istri yang baik dan bisa menemani Mas Arya kapanpun baik di kala senang maupun susah. Setelah itu dia pamit bersama para bodyguardnya pergi duluan. Wajah papinya begitu mirip sekali dengan Mas Arya, beliau berwajah tegas dan dingin tapi ku yakin beliau memiliki hati yang hangat seperti anaknya. Lagi pula menilai seseorang dari luarnya saja sangat tidak bijaksana.

"Jangan kebanyakan melamun...."

Mas Arya memelukku dari belakang saat aku berdiri memperhatikan hiruk-pikuk kota Jakarta yang tak ada habisnya. Kami sudah berada di hotel dan akan menginap disini selama 2 hari. Katanya Mas Arya butuh suasana baru, memang dia selalu saja memutuskan segala sesuatu sendirian tanpa melibatkanku. Yah aku sih sama sekali tak keberatan tinggal dimanapun asalkan bersama dirinya.

"Mas kamu udah ngomong kan sama Mas Ian kalau aku kembali sama kamu?"

"Iya aku udah ngomong kemarin-kemarin.. udah yuk sekarang kita istirahat, aku gak mau kamu kecapekan" ucapnya terlihat mengalihkan pembicaraan namun aku tak keberatan.

"Aduh suamiku ini perhatian banget sih...."

Sambil menggodanya aku mencubit pipi Mas Arya gemas dan dia malah menggigit hidungku. Entah kenapa dia sangat suka menggigit, memangnya aku makanan apa.

Kami memutuskan tidur karena lelah, di sebelahku Mas Arya terlihat pulas dan tenang sekali dalam tidurnya. Aku yakin Mas Arya merasa lega karena kami bisa bersama dan aku bukan lagi istri simpanannya. Meskipun banyak sekali hal yang kami korbankan saat memutuskan untuk menikah. Selain itu aku merasa tak enak hati dengan Zain, meskipun dia bukan anak kandung Mas Arya tapi selama ini dia pasti sangat menyayangi Mas Arya dan menganggap Mas Arya adalah ayah kandungnya.

Dalam keheningan aku membelai wajah Mas Arya yang sedang tertidur sambil sesekali mencium keningnya. Lalu akhirnya aku ikut terlelap dalam dekapannya yang hangat.........



Bersambung.....

Secret WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang