41 - Cry baby husband

1.1K 34 0
                                        

Mohon memberikan dukungannya dengan memberi vote jangan jadi silent reader yaaaa







Nadia

Saat aku memotong urat nadi di tangan dengan pisau yang tajam, Mas Arya terlihat sangat panik dan setelah itu aku mulai tak sadarkan diri. Keputusanku untuk mencoba bunuh diri karena aku ingin tahu apakah Mas Arya peduli padaku atau tidak, rasanya begitu sakit diabaikan dan dilupakan oleh orang yang kita cinta sehingga aku memilih untuk bersikap nekat. Meskipun itu merupakan keputusan yang ceroboh dan tidak ku pikirkan dengan matang karena aku tak tahan dengan perlakukan Mas Arya yang dingin dan lupa denganku.

Saat bangun, ternyata aku berada di ruangan berwarna putih dan di sekelilingku ada alat-alat medis. Aku masih diberikan kesempatan untuk hidup dan berkali-kali mengucapkan maaf dalam hati pada anak dalam kandunganku. Sungguh aku merasa seperti ibu yang buruk dan di masa depan aku tidak boleh lagi bertindak gegabah. Aku menyesal telah melakukan percobaan bunuh diri. Tapi di sisi lain aku merasa lega karena masih diberi kesempatan untuk hidup.

"Dok pasien sudah sadar!" Ucap seorang perawat saat melihatku mulai membuka mata.

"Baiklah coba kita periksa terlebih dahulu....."

Seorang dokter memeriksaku dengan telaten hingga mereka pergi dari ruangan ini. Tak lama seseorang datang dan ternyata itu Mas Arya, dia terlihat lelah dan sedih menatapku. Tatapan hangatnya kembali... sepertinya Mas Arya sudah mengingatku sehingga aku berusaha tersenyum padanya serta menyapanya. Meskipun tubuh ini masih terasa sakit tapi aku berusaha keras untuk tersenyum.

Mas Arya menangis di pelukanku, dia terlihat sangat menyesal. Pelan-pelan aku membelai rambutnya... ada rasa lega dalam hati karena metode ini sangat ampuh untuk membuatnya kembali mengingatku. Meskipun cara ini sangat salah dan aku berjanji tak akan lagi melakukan hal gila seperti kemarin-kemarin. Aku harus memprioritaskan kandunganku, menjadi ibu yang baik adalah keinginanku saat ini. Sungguh menjadi seorang ibu adalah keinginanku yang telah lama terpendam.

"I am sorry Nadia... i am sorry..." ucap Mas Arya sambil sesenggukan padahal dia itu laki-laki tapi cengeng.

"Gak papa mas.. kamu udah inget aku lagi aja itu lebih dari cukup.... jangan pernah lupain aku lagi ya..."

"Iya sayang.. aku janji aku gak akan pernah lagi nyakitin kamu tapi kamu juga harus janji gak pernah lagi lakuin hal mengerikan kayak gitu.."

Aku tersenyum lemah dan setelah itu Mas Arya kembali memelukku dalam diam. Kami terus berpelukan tanpa mengatakan apapun sampai berjam-jam lamanya sampai perawat datang untuk memberiku obat. Saat ini aku harus fokus pada kesehatan dan tidak lagi bersikap ceroboh.....




.........................






Dua minggu kemudian aku dinyatakan sembuh dan boleh pulang ke rumah. Sesampainya di rumah ada kedua mertua yang datang menyambut kehadiranku tapi ibunya mas Arya masih terlihat membenci dan terlihat sangat terpaksa menyambut kedatanganku ke rumah. Aku hanya bisa tersenyum kikuk sedangkan ayahnya Mas Arya tampaknya sudah bisa menerimaku karena saat ini aku sedang mengandung cucunya.

Sebenarnya aku tidak berharap terlalu banyak pada mertua, cukup mereka memberi restu padaku supaya tetap bersama Mas Arya itu sudah lebih dari cukup. Kalaupun mereka tak suka padaku itu urusan mereka dan aku tidak mau memaksakan keadaan, toh memang pada dasarnya aku orang miskin dan selama remaja semua kebutuhanku sudah ditanggung oleh Mas Arya. Kita tidak bisa membuat semua orang suka karena pada hakikatnya sebaik apapun kita tetap ada yang tidak menyukainya.

"Hanya karena Arya sudah ingat bukan berarti saya setuju kamu jadi menantu saya!"

Di ruang keluarga hanya ada aku dan ibu mertua karena Mas Arya dan ayah mertua ingin berbicara serius. Sehingga mereka berbicara di lantai dua tepatnya di ruangan kerja Mas Arya dan aku terpaksa harus disini bersama ibu mertua.

"Aku tahu mami..." aku lelah dan hanya berbicara seadanya saja.

"Stop! Jangan sebut saya mami dengan mulut rendahanmu itu, ingat kamu dan Arya akan tidak pernah sepadan sampai kapanpun!!"

Aku tidak membalas ucapannya dan hanya tersenyum tipis. Tidak mengapa kalau beliau tak menyukaiku, mau menerima kehadiranku saja itu sudah lebih dari cukup. Mungkin saat ini aku hanya bisa bersabar karena memang aku tak tahu bagaimana cara meluluhkan hati ibunya Mas Arya.

"Mami maaf tapi derajat manusia itu sama di hadapan Tuhan...." ucapku beberapa saat kemudian.

"Tidak perlu menasehati saya, dengar ya hanya karena papinya Arya mau nerima kamu bukan berarti saya pun mau nerima kamu jadi menantu saya, jangan ngimpi!!"

Dengan kasar mami mendorong tubuhku sampai jatuh. Beruntung aku jatuh tak terlalu kencang dan jahitan di tanganku tidak kenapa-kenapa. Aku berusaha bangun dan Mas Arya terlihat buru-buru untuk menolongku hingga kini aku bisa duduk lagi di sofa.

"Mami apa-apaan sih? Mami mau lukain Nadia??" Mas Arya mulai emosi.

"Bukan urusan kamu! Mami mau pulang sekarang juga!!"

Ibu mertuaku mulai membereskan barang-barangnya dan berencana pulang. Aku tak berani berkata apapun apalagi suasana di rumah ini mulai memanas. Bahkan maunya aku masuk kamar saja tapi tentu itu tidak mungkin bisa terjadi.

"Mami jujur sama aku, mami yang rusakin rem mobil kan sampai aku kecelakaan??"

"Anak durhaka!! Setelah kamu jeblosin Soraya ke penjara lagi sekarang kamu mau fitnah mami?"

"Aku gak lagi fitnah mami, tapi semua bukti merujuk sama mami bahkan aku udah nemu CCTV kalau mami nyuruh seseorang buat rusakin mobil dan aku denger sendiri mami milih aku celaka daripada aku terus bersama Nadia...."

Mas Arya terlihat sangat kecewa, frustasi sekaligus marah. Dikecewakan oleh orang yang kita cintai memang sesakit itu, tapi apakah mungkin ibunya Mas Arya tega melakukan hal seperti itu? Apa ada seorang ibu yang ingin anaknya celaka?

"Gak usah ngarang kamu!!"

Di tengah keributan, papinya Mas Arya mulai melerai pertengkaran Mas Arya dan maminya. Beliau menjauhkan mereka berdua dengan wajah dinginnya.

"Sudahlah Anita kamu mengaku saja, semua bukti sudah mengarah sama kamu" ucap papi tetap terlihat tenang.

"Ah.... jadi papi juga udah mulai fitnah mami?"

"Papi gak fitnah, papi punya bukti dan ini semua papi dapatkan atas bantuan tenaga profesional, mereka semua detektif handal dan papi sangat kecewa sama mami!!!"

"Papi sama saja kayak anak papi, papi mau nyudutin mami kan?" Ucap maminya Mas Arya menepis genggaman papi.

"Papi kecewa sama kamu... teganya kamu mau nyakitin Arya karena keegoisan kamu yang mau mempertahankan Soraya sebagai menantu, mulai besok semua fasilitas mewah kamu papi rampas dan untuk kedepannya papi harap kamu tidak lagi melakukan sesuatu yang memalukan seperti ini!!!"

Kemarahan papi tampaknya tidak main-main karena setelah itu entah bagaimana caranya papi malah mendatangkan 5 perawat RSJ dan mami mulai dibawa oleh mobil ambulans. Aku sungguh kaget bukan kepalang, ternyata papinya Mas Arya setega itu memasukan istrinya ke rumah sakit jiwa.

Maminya Mas Arya berteriak-teriak minta dilepaskan hingga suara lengkingannya lambat laun menghilang. Setelah itu papi pamit dan pergi begitu saja dari rumah kami. Aku sungguh masih syok karena tak menyangka ayah mertuaku setegas itu dalam membuat keputusan.

"Nadia ayo istirahat di kamar, kamu kan baru sembuh...."

"Mas emang gapapa kalau mami masuk RSJ?" Tanyaku sangat cemas.

"Itu cuma sementara sampai mami kapok buat jahatin aku dan kamu... papi emang dari dulu kan tegas sudah jangan lagi pikirin masalah itu ya.."

Aku setuju dengan Mas Arya dan memutuskan istirahat di kamar. Rasanya sudah lama sekali tak berpelukan dalam ranjang yang sama dengan Mas Arya. Hingga ku rasakan Mas Arya menciumi pipi dan keningku dengan lembut sampai aku mulai tertidur.

"Nadia.... mari kita bahagia bersama untuk kedepannya..."




Bersambung...

Secret WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang