3. Bersama Septa

376 113 31
                                    

Yolanda sudah duduk di sofa lusuh di rumah Septa. Gadis itu sedang menggosok-gosok rambutnya gangs setengah basah. Setelah ajakan laki-laki itu, Yolanda memilih mengiyakan ajakannya. Lumayan, bisa numpang makan.

"Septa, lo tinggal sendirian disini?", tanya Yolanda saat melihat suasana rumah yang sangat sepi.

Septa mengangguk. Laki-laki itu sudah berganti pakaian kaos oblong dan celana seadanya, rambut setengah basah juga terpampang jelas di hadapan Yolanda.

"Mau langsung pulang atau gimana? Biar gue anter", tanya Septa sambil menyodorkan teh hangat buatannya.

Yolanda menerima gelas itu. Menyeruputnya perlahan sambil meresapi rasa hangat yang mulai memasuki relung tubuhnya.

"Gue baru sadar kalo lo udah banyak omong, Ta", ucap Yolanda tiba-tiba.

Septa di sampingnya terlihat sedikit tidak nyaman dengan kalimat yang baru saja Yolanda ucapkan. Sadar jika Septa tak nyaman, Yolanda langsung mengalihkan topik pembicaraan.

"Nanti gue balik sendiri aja, nggak usah dianter", lanjut Yolanda kembali menyesap tehnya.

Septa hanya mengangguk. Keheningan kembali menyelimuti keduanya. Bunyi jarum jam yang berdetak sedikit mengisi kekosongan rumah ini. Rumahnya sederhana tetapi nyaman untuk ditinggali. Benar-benar hening, hanya hembusan nafas teratur milik keduanya yang terdengar pelan.

"Yaudah deh, gue balik dulu ya. Makasih teh sama handuknya", pamit Yolanda beranjak berdiri. Tak lupa mengemasi beberapa barangnya.

Septa turun berdiri. Ia mau mengantar Yolanda sampai ke depan pintu rumah. Sadar jika sedang di perhatikan, Septa melirik ke arah Yolanda. Wajah Yolanda terlihat cukup aneh.

"Kenapa?", tanya Septa penasaran.

"G-gue ga ada kuota. Hospot dong", cengir Yolanda tak merasa bersalah.

Septa langsung mengambil ponselnya. Mulai menyalakan fitur hospot supaya Yolanda bisa menghubungi siapapun.

"Udah", sahut Septa sambil berlalu menuju satu ruangan.

Yolanda sudah asyik dengan ponselnya. Menggulir layar kesana kemari hingga akhirnya ia memilih menelpon adik kesayangannya.

"Jemput gue dong, alamatnya gue kirim", ucap Yolanda langsung.

"Cepetan! Kalo nggak mau, gue cepuin papa", ancam gadis itu sebelum Davin mulai beradu argumen.

Setelah mendengarkan jawaban dari seberang, Yolanda langsung menyimpan kembali ponselnya. Celingukan mencari keberadaan Septa yang tiba-tiba menghilang.

"Septa? Lo dimana?", panggil Yolanda sambil berjalan pelan menuju rumah belakang.

"Septa?", panggil Yolanda lagi.

Belum sempat ia mendorong pintu kayu, tiba-tiba Septa keluar dari dalam ruangan itu.

"Anjir kampret! Bikin kaget aja", latah Yolanda reflek memukul dada laki-laki itu.

Septa hanya diam. Menatap Yolanda yang masih mengumpati dirinya secara terang-terangan. Tangannya menenteng kresek kecil berisi sesuatu yang sepertinya.. risol?

"Buat orang rumah", ujar Septa menyodorkan kantong itu.

Walaupun bingung, Yolanda tetap menerima kantong itu. Dibukanya sedikit dan ternyata benar, isinya adalah risol. Jumlahnya cukup banyak di dalam kantong, apakah dagangan Septa tidak laris?

"Masih sisa banyak ya? Sini gue beli aja", ucap Yolanda sedikit merasa kasihan.

Septa menggeleng. Ia berjalan mendahului Yolanda yang masih berdiri di depan pintu. Dapat terdengar langkah kaki gadis itu yang mulai mengikutinya.

MY CUPU BOYFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang