"AAA!" jerit Yolanda yang kehilangan keseimbangan.
Bruk
Terasa badan Yolanda membentur sesuatu yang keras tetapi bukan lantai. Ternyata ini adalah tulang lengan laki-laki yang mengejutkannya tadi. Oh! Ternyata dia..
"Om Azka?" sapa Sela saat melihat orang yang dipanggil 'om Azka' tadi memasuki kamarnya.
"Om Azka?" beo Yolanda.
Laki-laki bernama Azka ini menengok ke arah Yolanda. Jarak wajah mereka sangat dekat. Ujung hidung keduanya nyaris bersentuhan.
"Boleh minta tolong di naikkin aja? Pegel, om," pinta Yolanda karena ia merasa bagian punggungnya seperti akan patah.
Sesuai permintaan gadis di dekapannya, Azka membantu menaikkan tubuh Yolanda. Dengan kembali tegaknya tubuh Yolanda, gadis itu sedikit melakukan peregangan. Walaupun sedikit malu, tetapi ini bukan kesalahan Yolanda karena Azka yang menabraknya lebih dulu.
"Ada apa om?" tanya Sela berjalan menghampiri keduanya.
"Tadi disuruh anter minum buat temen kamu. Maaf ya jadi basah begini," sahut Azka sambil memunguti pecahan gelas di sampingnya.
"Sini biar Yolan bantu," ucap Yolanda berbaik hati. Ia juga merasa kalau ini bagian kesalahannya.
"Aww sakit," cicit Yolanda saat dirinya baru saja memegang pecahan gelas.
Azka dengan cekatan langsung meraih telapak tangan itu. Menghisap darah Yolanda dengan mimik wajah khawatir. Setelah dirasa cukup, Azka langsung menghentikan aktivitasnya. Melihat Yolanda yang akan membereskan pecahan gelas tadi, Azka langsung menarik lengan gadis itu.
"Udah, biar saya aja. Sela, tolong diobati temennya," pinta Azka langsung membereskan sisa kekacauannya.
Sela dengan cepat menarik lengan Yolanda. Tangannya meraih kotak P3K di dekat meja riasnya. Sela masih mengobrak-abrik isi kotak obat tadi, berusaha menemukan obat merah atau salep yang dapat meredakan luka goresan.
"Duhh mana sih!" gerutu Sela sudah merasa tertekan karena tidak kunjung menemukan obatnya.
"Udah gapapa, nggak sakit banget kok," ucap Yolanda berusaha menenangkan temannya.
"Nggak sakit gimana orang berdarah gini. Aha ini dia!" ujar Sela tersenyum sumringah.
Gadis itu mengoleskan obat merah ke bekas luka Yolanda dengan sangat hati-hati. Sela tak lupa meniupkan udara supaya perihnya dapat tersamarkan.
"Masih sakit?" tanya Sela.
Yolanda menggeleng. Lukanya memang tidak sesakit itu, hanya pegal sedikit. Setelah dibalut dengan kain kasa dan plaster, Sela langsung membereskan kotak obatnya. Berniat mengajak Yolanda untuk makan malam bersama keluarganya.
"Lo belum makan malam kan? Ayo makan sama gue," ajak Sela menarik lengan Yolanda dikit memaksa.
Yolanda yang tak mau mengecewakan keluarga Sela, ia hanya bisa mengiyakan permintaan temannya. Yolanda turut menuruni anak tangga menuju ruang makan di lantai bawah. Disana sudah ada kedua orangtua Sela dan orang bernama Azka yang sedang berbincang ria. Rupanya pria tadi sudah selesai membereskan pecahan gelas tadi dengan cepat.
"Ma, pa. Ini ada Yolanda," ucap Sela sedikit menyela perhatian mereka.
Ina menyambut kedatangan Yolanda dengan cipika-cipiki ala bunda-bunda arisan. Tak lupa ia juga memeluk Yolanda bak memeluk putrinya sendiri.
"Akhirnya kamu turun juga, sayang. Tante sama om udah nungguin ini loh," gurau Lina memukul bahu Yolanda pelan.
"Hehe iya tante, tadi ada urusan sebentar," cengir Yolanda berusaha tetap baik-baik saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY CUPU BOYFRIEND
Teen FictionYolanda Melviana. Gadis super galak nan jutek dari SMA Angkasa. Setiap harinya diisi kelakuan super bar-bar yang sudah tidak dapat dikontrol lagi olehnya. "Wehh minggir lo pada! Princess cantik mau lewat", kelakar gadis itu. "Kiw kiw cowo, cakep a...