20. Lampu Hijau?

223 87 5
                                    

Saat ini Yolanda sedang berdiri di depan lemari es yang berisi berbagai macam rasa es krim. Disampingnya ada Damar yang hanya berdiri diam sambil menatap sang putri.

"Kakak mau yang mana?", tanya Damar ikut melongokkan kepalanya ke dalam lemari es.

Tangan Yolanda masih mengobrak-abrik isi benda kotak itu. Setelah menemukan yang ia sukai, Yolanda mengambil itu dan memberikannya kepada Damar.

"Cuma satu?", tanya Damar sedikit menaikkan alis.

"Cih, sombong amat. Mentang-mentang ada banyak duit", cibir Yolanda sambil menahan senyum.

"Ambil yang banyak. Biar nggak cemberut mulu", ucap Damar mencubit pipi Yolanda.

Yolanda mematuhi perintah papanya. Ia mengambil lima buah es krim varian kesukaannya,m serta beberapa mochi ice kesukaan Davin.

"Yang mochi buat Davin aja pa. Papa mau yang lain?", tanya Yolanda ke arah Damar.

"Enggak. Papa udah kenyang", tolak Damar.

Yolanda mengangguk paham. Mereka berjalan menuju kasir kantin rumah sakit ini. Disana Damar membayar semua barang belanjaan Yolanda dengan memakai kartu. Yolanda sendiri, ia sudah duduk manis di depan kantin sambil matanya melirik kesana-kemari.

"Yuk, papa udah selesai bayar", ajak Damar menggenggam jemari dingin Yolanda.

Gadis itu mengikuti langkah kaki papanya. Mereka berjalan beriringan menuju bangunan rumah sakit. Kantin dan bangunan rumah sakit ini sedikit terpisah. Jadi, mereka harus berjalan sedikit lebih dalam.

"Pa, Yolan mau makan esnya sekarang boleh?", tanya Yolanda disela-sela perjalanan mereka.

"Boleh. Mau makan dimana?", tanya Damar balik.

"Disitu", sahut Yolanda berlarian kecil menuju ayunan.

Malam kali ini rumah sakit terlihat sedikit ramai. Ada beberapa pasien beserta keluarganya sedang jalan-jalan malam di taman ini. Untung saja masih ada ayunan kosong.

"Kamu udah gede ya kak. Masa masih mau naik ayunan begini?", tanya Damar terkekeh kecil. Tak urung dirinya ikut duduk di seberang putrinya.

"Gapapa. Dulu juga sering begini kok sama papa", balas Yolanda santai.

Jemari lembut gadis itu mulai membuka bungkus es krim cokelat vanilla kesukaannya. Mulut kecil Yolanda sudah asik menjilati makanan dingin itu.

"Papa ambil satu ya?", ucap Damar meminta izin ke arah Yolanda.

"Katanya udah kenyang", sindir Yolanda tersenyum mengejek.

Walaupun begitu, Yolanda tetap mengiyakan permintaan papanya. Mood-nya semakin meningkat kala rasa manis dingin mulai mengalir di tenggorokannya. Damar yang melihat hal itu, diam-diam menghembuskan nafas lega. Putrinya tidak banyak berubah.

"Papa masih inget nggak kejadian pas kita lagi piknik begini terus Davin tiba-tiba jatuh karena papa teledor nggak liatin Davin?", tanya Yolanda tiba-tiba.

"Pas kalian masih kecil itu?", tanya Damar balik.

"Hem. Papa dimarahin mama habis-habisan 'kan?", ledek Yolanda dengan senyuman lebar di wajahnya.

"Kamu masih inget aja", timpal Damar ikut tersenyum pula.

"Abisnya papa lucu banget. Kalian berdua masih kayak orang pacaran tau, Pa", ujar Yolanda masih berkutat dengan es krimnya.

"Masa iya? Padahal harusnya kamu yang udah bawa pacar, kak", sahut Damar lempeng.

Wajah Yolanda sedikit berubah. Guratan senyum perlahan pudar dari wajahnya. Damar yang sadar akan hal itu, cepat-cepat ia mengalihkan pembicaraan.

MY CUPU BOYFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang